Kamis, 02 Agustus 2012

Cemburu?? Ini Solusinya!


Cemburu merupakan salah satu perasaan negatif yang paling kuat dalam sebuah hubungan. Perasaan ini sangat manusiawi, dialami baik pria dan wanita. Hanya saja bentuk ekspresi atau ungkapan yang tidak rasional akan mengganggu kualitas suatu hubungan.

Memang benar, katanya “cemburu itu tanda cinta”, sehingga berkesimpulan “tidak cemburu berarti tidak cinta”.

Tapi....

Cinta itu memang menyatukan, tetapi juga sekaligud membebaskan. Oleh karena itu segala sesuatu yang menyebabkan perpecahan, menjauhkan, merenggangkan, dan sampai memisahkan adalah bukan cinta lagi. Begitu juga, hal-hal yang membuat pasangan merasa terkekang, tidak bebas, dirundung prasangka, merasa diawasi, dan tidak nyaman juga merupakan hal yang bukan cinta lagi.

Jadi....

Jikalau rasa cemburu telah membuat hubungan menjadi tidak nyaman dan tertekan, maka itu bukan lagi “cemburu tanda cinta”.

Sebenarnya, cemburu itu berasal dari dalam diri sendiri, bukan pada pasangan atau orang ketiga. Cemburu berasal dari rasa tidak aman, karena membandingkan diri dengan orang lain. Kita merasa terancam melihat orang lain lebih daripada kita. Kita melihat kelebihan-kelebihan yang tidak ada pada diri kita.

Cemburu itu tidak lah tanda cinta, melainkan tanda seorang kurang mampu menerima kekurangannya sendiri. Cemburu tanda seseorang merasa tidak nyaman dan terancam oleh kelebihan orang lain. Cemburu adalah sinyal bagi seseorang untuk lebih mendewasakan diri dan menumbuhkan kualitas kepribadian.

Perasaan cemburut adalah pemikiran dan perasaan yang berdasarkan prasangka, bukan fakta. Maka tidak ada cara jitu untuk mengatasinya, kecuali STOP! Lebih baik kita membuang prasangka itu dan menggantinya dengan berpikir POSITIF. Kemudian belajar menempatkan diri pada posisi pasangan, merasakan bagaimana tidak enaknya berada si sebuah posisi yang dicurigai. Menyemaikan keprihatinan dan belas kasihan membayangkan pasangan mengalami kesulitan. Pikiran positif ini kendati tidak berdasarkan fakta, akan mengalirkan kelembutan dan kasih sayang. Sebaliknya prasangka buruk karena cemburu akan mengobarkan amarah dan kebencian.

Tapi memang ada beberapa orang yang memelihara rasa cemburu, karena pengalaman ketidaksetiaan pasangannya di masa lalu. Tapi perlu kita ketahui bahwa cinta adalah “now and here”, saat ini dan di sini. Kita tidak adil kalau memvonis kesalahan pasangan di masa lalu untuk keadaan sekarang. Lihatlah fakta nyata saat ini, fokuskan energi untuk meningkatkan kualitas hubungan saat ini. Terus menerus mengingat masa lalu, justru tidak bertanggungjawab terhadap relasi yang harus dibangun bersama di masa kini.

Setiap manusia tidak luput dari kesalahan, termasuk diri kita sendiri. Dengan cinta diharapkan mampu mengatasi kesalahan masa lalu dan membantunya dengan memberi ruang gerak di masa kini. Seharusnya cinta melesat tanpa meninggalkan jejak, tak perlu lagi menoleh ke belakang. Menghayati cinta berarti hidup di masa sekarang, mengubur dalam-dalam masa lalu.

Kiat mengatasi cemburu :

Pertama, sadari kita bukan satu-satunya orang yang terbaik dalam segala hal. Kalau pasangan memilih kita berarti sudah memperhitungkan kekurangan dan kelebihan kita.

Kedua, kalau kita berpikir bisa memenuhi semua kebutuhan pasangan, pasti akan menemui kekecewaan karena kita memiliki kekurangan dan kelemahan. Ketika pasangan mencari “sesuatu” pada diri orang lain yang tidak ada pada diri kita, kita tidak perlu merasa terancam. Sejauh tidak melanggar batas-batas komitmen dan kewajaran, biarlah.

Ketiga, lebih baik untuk selalu mencurahkan perhatian untuk membangun komunikasi yang lebih intensif. Belajar memotivasi diri untuk lebih terbuka, mendengarkan dan memilih ekspresi perasaan yang lebih lembut dan terhormat. Dengan cara demikian kita mempersempit jarak yang ditimbulkan oleh aneka perbedaan dengan pasangan.

Keempat, cinta tak mungkin dibangun tanpa saling percaya. Yang berarti memberi kesempatan pasangan untuk bertanggungjawab secara dewasa sekaligus menghindarkan diri dari prasangka. Setiap kepercayaan selalu rentan terhadap pengkhianatan.

Kelima, saling mengampuni. Jika kita tidak rela dan berbesar hati memaafkan kesalahan pasangan, berarti belum siap untuk menikah. Berhadapan dengan kesalahan yang dibuat pasangan, tak ada jalan lain kecuali mengampuni.

Sumber : Kiat-kiat Jitu Merawat Perkawinan oleh Paul Subiyanto