Rabu, 16 April 2014

Foto Gue Donk!

Awal dari muncul nya niat buat nulis malam ini adalah setelah ada seorang teman yang ngirim pesan begini, “Woy, ga malu apa, share foto bareng pacar yang beda-beda terus?”

Lalu ada temen yang tiba-tiba bercanda nyeletuk begini, “Semua foto aja dishare. Pengen eksis ya?”

Kemudian pernah ada temen yang sebelum dia minum jus buah, sempat ngomong begini, “Foto terus deh, ga bosan-bosan apa?”

Ditambah lagi ada yang sedikit lebih pedas seperti ini, “Foto-foto palingan cuma buat pamer di facebook atau twitter doank, seringnya minta ampun, haha”

Oke. Sebelumnya gue minta maaf. Buat semua teman yang ngerasa pernah ngomong begitu ke gue, gue ga marah kok. Cuma ya, izinkan gue memberi sedikit penjelasan.

Mulai.

Sebenarnya tulisan kali ini udah setengahnya gue jadiin status di facebook. Ga nyangka banyak yang like, dan yang komen pada bilang setuju. Ini printscreennya.



Nah jadi begitu lah sebenarnya gue.

Bukankah tidak ada hal yang benar-benar sejati dalam hidup ini, termasuk kebahagiaan itu sendiri?

Teman atau sahabat yang paling dekat, bisa jadi kawan yang paling jauh.
Makhluk yang hidup, suatu saat akan meninggal.
Pacar yang terbaik, bisa jadi mantan yang terburuk.
Suami istri yang mesra bisa saling membenci, bahkan bercerai.
Keluarga yang harmonis, bisa bertengkar.

Lihatlah! Semua benda, kondisi, dan semua orang dalam sebuah foto pasti akan berubah suatu waktu. Tapi bagaimana segala kenangan di dalamnya? Akan tetap abadi.

Berbicara tentang kenangan, maka kita akan berbicara tentang masa lalu. Ya gue yakin lo udah sering dengar dan baca banyak kata bijak yang intinya menyampaikan betapa pentingnya masa lalu. Ntah itu dibungkus dalam kata “sejarah”, dibungkus dalam istilah “fungsi kaca spion”, atau dibungkus dalam banyak bahasa asing lainnya.

Hal tersebut bukan sekedar kata-kata bijak yang sifatnya mengada-ada atau fiksi. Hal yang gue sampaikan di atas ikut didukung oleh hasil uji ilmiah loh! Nih, lo bisa beli buku ini. Penulisnya adalah seorang psikolog terapi tradisional yang awalnya juga skeptis tentang “pentingnya masa lalu”, tapi akhirnya menolong ribuan orang untuk terhubung dengan kehidupan lampau si pasien dan mengalami penyembuhan yang luar biasa.


Judulnya “KEAJAIBAN”. Dengan sub judul, “Transformasi Kekuatan Penyembuhan dari Ingatan Masa Lalu.”

Inti dari buku ini adalah, bagaimana regresi kehidupan lampau adalah kunci bagi tujuan spiritual kita. Kesadaran bahwa kita memiliki kehidupan berulang, terpisah dari jeda spiritual lain, membantu untuk menyingkirkan rasa takut terhadap kematian dan membawa lebih banyak kedamaian dan suka cita pada pembacanya.

Buku ini akan mengungkapkan bagaimana kita bersentuhan dengan kehidupan lampai kita secara mendalam dan permanen menyembuhkan pikiran dan tubuh. Pada akhirnya, kita menjadi terinspirasi, terbarukan, dan yakin terhadap kebenaran bahwa kita adalah makhluk abadi yang bebas untuk menyembuhkan luka kita sekarang melalui pengertian yang lebih baik tentang masa lalu kita.

Jadi praktik berfoto adalah salah satunya. Praktik untuk membantu meningkatkan kehidupan kita sekarang, berevolusi di sepanjang jalan spiritual kita dan idup setiap hari dengan tujuan.

Maka dari itu, berfotolah! Berfotolah dengan penuh makna dan syukur!

Ckrik!