Kamis, 29 Mei 2014

Jangkar dan Salib

Kali ini gue pengen berbagi cerita tentang Jangkar dan Salib (Anchor and Cross)


























Jangkar dan Salib adalah dua liontin kalung yang sudah beberapa bulan ini gue pake kemanapun, dalam kegiatan apapun, dan bertemu siapapun.

Gue mutusin buat share ini di blog, setelah sekian kali banyak yang bertanya tentang, “Mengapa kamu jadikan satu, liontin salib dan jangkar di kalungmu?”

Yang pertama perlu lo tahu adalah ini : Jangkar menjadi simbol utama Kekristenan selama periode penganiayaan Romawi. Simbol abad pertama pada awalnya bukanlah salib tetapi jangkar.

Penggunaan jangkar dalam Kekristenan menggemakan Ibrani 6:19-20 : "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.”

Mengapa Jangkar? Karena jangkar melambangkan stabilitas, ketenangan dan kekuatan.
Lalu apa hubungannya dengan pengharapan? Pengharapan adalah jangkar bagi jiwa. Pengharapan dan jangkar itu sesuatu yang kuat dan memberikan keamanan atau ketenangan.
Maka dari itu gambaran yang ditulis penulis kitab Ibrani sangat tepat menggambarkan hal ini.

Pengetahuan di atas juga baru gue ketahui akhir-akhir ini (dari google) untuk memperkuat tulisan gue. Sementara sebelum gue tahu tentang makna di atas, gue udah punya keyakinan tersendiri akan makna Jangkar dan Salib.

Menurut gue sendiri makna nya adalah seperti ini :

Jika berbicara tentang jangkar, maka kita berbicara tentang Laut dan Kapal.

Nah, laut itu sendiri adalah suatu lokasi yang menakutkan dan berbahaya karena kemisteriusan apa yang ada di dalamnya. Gue beranalogi, bahwa laut itu adalah dunia kita ini, kehidupan kita di bumi kita ini. Dimana segala sesuatu tentang kejahatan merajalela dan godaan untuk berbuat dosa itu adalah gelombang, hembusan angin, atau arus laut.

Kapal adalah analogi untuk kita manusia. Kita adalah kapal yang selalu harus berlayar dalam kehidupan kita masing-masing untuk menuju Pulau Tujuan kita masing-masing. Memecah hantaman gelombang dan kerasnya batu karang. Untuk tau luasnya samudra, dalamnya lautan, bersahabat dengan ikan-ikan. Hingga akhirnya sampai di Pulau Tujuan. Dalam hal ini, bagi saya adalah Kehidupan Abadi di Surga. Tetapi sejauh apapun berlayar, semua kapal selalu butuh waktu untuk beristirahat, untuk berlabuh. Dan bukankah tempat paling aman dan nyaman untuk sebuah kapal adalah di pelabuhan? Tapi tanpa jangkar yang kuat,  kapal tidak akan lihai menghindari gelombang, arus laut, dan hembusan angin.

Sementara itu jangkar dalam fungsi nyatanya adalah sebagai alat penambat kapal ke dasar perairan, di laut. Jangkar dihubungkan dengan rantai yang terbuat dari besi ke kapal. Jangkar didesain sedemikian kuar sehingga dapat tersangkut di dasar perairan. Dengan adanya jangkar ini memberikan suatu jaminan stabilitas dan kekuatan bagi kapal di tengah kondisi yang menakutkan.

Maka dari itu jadikanlah Tuhan, dalam konteks saya yang Katolik yaitu Yesus Kristus sebagai jangkar bagi kehidupan kita. Sebagai pedoman pembatasan pergerakan kita pada saat kita berlabuh. Supaya kita bisa tetap berada pada kedudukan kita walaupun ada tekanan dari arus laut, gelombang, angin, dan sebagainya.

Kemanapun kita akan berlayar selalulah bawa Jangkar yaitu Tuhan.

Di pulau manapun kita akan berlabuh, jadikanlah Tuhan sebagai Jangkar.

Salam damai untuk semua umat beragama.



^_^