Selasa, 30 September 2014

Siang Meragu

Hmm.
Aku benar- benar kelelahan. Rambutku semakin parah rontok dan patah. Bertebaran dimana-mana. Seperti mau mati saja. Kulit telapak tangan ku yang terkelupas akibat terlalu banyak mencuci piring belum juga membaik. Aku sudah mati kelelahan bekerja.

Tadi sore sayang, mereka menyuruhku untuk mengakhiri kisah kita. Mereka bergurau, tanpa tau bagaimana hatiku bergetar. Melihat punggungmu menjauh saja aku tak sanggup.

Katanya tidak akan ada jalan untuk kisah cinta kita. Tidak akan ada ujung untuk perbedaan ini. Sayang, aku berusaha menjawab tenang dan tertawa biasa saja. Tapi bagaimanapun juga, itu tetap mengganggu pikiranku. Sejauh mana ketidakmungkinan itu bisa melawan perasaan kita?

Sayang, lakukan sesuatu. Katakan sesuatu. Yakinkan aku sayang.
Sayang, aku takut.

T.T 

Sabtu, 20 September 2014

"Onel, Maukah Kamu Jadi Pacarku?"

Dua hari ini rasa bahagiaku meningkat.
Lelah yang belakangan menggantung di persendianku pun ikut terbang.

Aku melihat matamu. Kau melihat mataku. Dan kau mengatakannya, dan kau menanyakannya.

Sekalipun mungkin kau hanya sekedar melakukannya, menurutiku, dan hanya terbawa arus lelucon yang kubuat. Tapi siang itu hatiku bergetar.

Aku tak mungkin menangisinya, kita sudah sama-sama terlanjur, menganggap semuanya hanya lelucon.

Tapi aku betul-betul bahagia.
Bagaimana tidak? Kau memang tidak pernah melakukan sesuatu jika bukan karna aku yang memintanya bukan?

Aku memang terlalu egois siang itu. Entah kemana rasa malu gengsi dan harga diri kusembunyikan. Entah darimana wajah tebal ini datang.
Ya, aku memang terlalu egois untuk bahagia, sekalipun sendirian.

Dan ya, aku sudah terlalu lama menantikan saat itu, sendirian.
Terimakasih sayang.

Aku menerimamu.