Senin, 03 Februari 2014

27 Januari Punya Cerita

Awal tahun yang kacau atau umur 20 tahun yang sulit?

Aku menikmati awan siang itu. Mereka tersenyum lembut, seakan mampu mendengar suara hatiku.

27 Janurari 2014 adalah hari yang tak akan terlupakan.

Hari dengan masalah, yang lagi-lagi memaksaku untuk bersikap dewasa, seperti yang semua orang inginkan.

Bertemu dan merasakan saling mencintai bersama namamu adalah sesuatu yang cukup indah bagiku untuk mengawali tahun ini. Aku akui, kau memang bukan cinta yang pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, bahkan keenam, juga bukan yang ketujuh bagiku. Tapi cinta yang aku rasakan untukmu bukanlah yang lebih buruk daripada cinta-cinta sebelumnya. Ya, aku mencintaimu.

Banyak yang ingin aku katakan. Banyak yang ingin aku teriakan.

Tapi dedaunan itu berayun-ayun, memaksaku untuk tetap tenang, memintaku untuk memaafkan namamu perlahan-lahan dalam hatiku.

Hingga detik aku menulis semua ini, aku masih belum bisa percaya semua yang telah terjadi.

Banyak kenangan berputar-putar di kepalaku. Kenangan yang sebenarnya sejak awal telah memperingatkanku bahwa aku akan mengalami sesuatu yang pahit seperti ini.

Kisah (kurang lebih) dua tahun yang lalu. Bersama dia, lelaki yang berinisial P.
Persis. Hubungan kami kandas, seminggu setelah kejadian aku tidak diijinkan melihat telepon genggamnya. Hubungan kami kandas, setelah akhirnya ketahuan bahwa ternyata dia masih memiliki hubungan dengan wanita yang katanya adalah mantan kekasihnya. Tapi waktu itu nasibku tidak terlalu mujur. Setelah aku memilih meninggalkannya, dia pun kembali kepada wanita itu, hingga kini. Tak bisa kujelaskan bagaimana sedihnya aku waktu itu. Sekian kali putus cinta, ntah mengapa hanya dia yang mampu membuatku benar-benar menangis, saat memutuskan untuk meninggalkannya. Cerita lebih lengkap bisa kau baca di sini :

Setelah waktu berlalu dan aku mengerti bahwa dia bukan lelaki yang cukup baik untukku, kini aku merasa beruntung, beruntung telah memilih meninggalkannya.

Lalu aku kembali mengingat namamu. Bukankah persis? Hubungan kita pun menjadi tidak jelas, seminggu setelah aku tak kau ijinkan melihat telepon genggammu. Perasaan buruk benar-benar menghantui ku sejak senja itu. Aku masih ingat bagaimana kau menggunakan sekuat tenagamu untuk menarik telepon mu dari genggamanku.

Tak perlu kujelaskan secara rinci, apa saja yang telah aku pertanyakan, dan apa saja yang telah aku sampaikan kepadamu. Sejak aku mulai menyadari aku mencintaimu, aku telah mempersiapkan keikhlasan, dan sejak saat itu, aku pun mempertebal rasa ikhlas itu, bersiap-siap.

Ya, akhirnya terjadi juga cerita yang sama. Kau pun ternyata masih menjalin rasa dengan wanita yang kau katakan telah menjadi mantanmu. Aku hanya bisa tertawa pahit bersama pepohonan di medan bapaneh itu. Angin semilir membelai rambutku. Mereka berusaha meredakan panas dalam dadaku yang hingga kini belum mampu kukeluarkan.

Tak ku sangka, kau mampu melakukannya.

Dari sekian banyak ucapanmu, bisakah kita menghitung pernyataan yang bukan kebohongan?
Dari sekian mimpi yang kau rencanakan bersamaku, mimpi mana yang benar-benar bisa aku harapkan terjadi?
Dari sekian janji yang kau titipkan pada hatiku, masih adakah yang bisa aku tagih di hari-hari selanjutnya?
Hahaha.

Aku terlalu dini untuk rasa sakit ini.

Kepalaku pun berputar ke kisah satu tahun yang lalu.

Tentang kakak kandung ku yang dikecewakan kekasihnya di perantauan, kota pelajar, Jogjakarta.  Bukankah persis sama? Aku telah menceritakannya bukan? Bagaimana keluargaku telah begitu mempercayai mereka untuk tinggal bersama sepupu lainnya di bawah atap yang sama?

Aku masih mengingat jelas, bagaimana aku tidak bisa membantu kakak ku melewati masa sulitnya saat itu. Air mataku menggantung. Bagaimana bisa aku menyakiti wanita lain dengan cara yang sama, setelah aku tidak bisa membantu kakak ku melalui hari yang sulit itu?

Melihat air mata yang mengalir dari mata kekasih simpananmu pagi dan sore itu, aku merasa sakit yang luar biasa, yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Tidak hanya satu rasa sakit yang ku emban dalam dadaku. Aku merasakan sakit kekasihmu, aku juga kembali merasakan sakit kakakku, aku merasakan sakitnya aku yang tidak bisa membantu mereka berdua, dan berikut rasa sakitku sendiri karna semua kebohonganmu. Sakit. Luar biasa. Bug, berdebar kerasa jantungku.

Tak ada yang bisa aku lakukan. Aku tak tahu bagaimana. Mataku panas, tapi dia enggan menangis. Dadaku sesak, tapi bibirku bergetar setiap ingin bicara. Kepalaku berat dan penuh, tapi tak satupun menghasilkan keputusan. Jemariku ngilu, tapi tak bisa bergerak.

Kupu-kupu berterbangan indah di depanku, pindah dari bunga satu ke bunga lainnya. Mengelilingi tetumbuhan kecil di bawah pohon-pohon besar itu. Mereka melantunkan lagu yang benar-benar menyayat hatiku, tapi ntah mengapa bisa menyisipkan rasa bahagia dalam hatiku. Aku tak mampu bergeming, menikmati mereka menari dan bernyanyi.

“Aku ingin bersamamu.” desis hatiku. Kemudian tetiba kau hadir dan meminta ijin untuk duduk di sampingku. Walaupun hanya sebentar, aku hargai waktu yang kau beri padaku, menemaniku menikmati alam sore itu, dalam diam. Ya, setidaknya kita bersama-sama.

Senja tiba, dan kuteguk sebotol susu cokelat. Perutku panas tapi dia tidak lapar. Ntah kemana nafsu makan ku dibawa terbang. Ini kali pertama, seumur hidupku, aku mampu mengacuhkan perutku hingga 3 hari.

“ Romeo, take me somewhere we can be alone. I’ll be waiting, all thats left to do is run. You’ll be the prince and I’ll be the princess. Its a love story, baby just say yes! Romeo, save me, they try to tell me how to feel. This love is difficult, but its real. Dont be afraid, we’ll make it up of this mess. Its a love story, baby just say yes! ”

Parah. Aku benar-benar merasa cukup tua setelah kejadian ini.


Ya, kau menghadirkan bahagia dan sakit secara bersamaan. 
Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro