Minggu, 02 Maret 2014

Love Both!

Perkenalkan, mereka adalah dua adam teratas dalam kategori orang yang paling gue sayang sekarang.


Ketika setiap orang punya masalah dalam kehidupannya masing-masing, gue punya mereka berdua sebagai penenang jiwa gue. Ketika setiap orang punya aktivitas dan kesibukannya masing-masing, gue punya mereka berdua sebagai pelepas kejenuhan gue. Di satu sisi gue ngerasa bahagia dengan sederhana dengan keberadaan mereka. Di sisi lain, gue sering bertanya, “Sejauh mana mereka ngerasain hal yang sama terhadap gue ya?”

Kita mulai dari sebelah kiri. Nama dia Deby Zuriatmo. Salah seorang senior satu fakultas di kampus, yang notabene kurang lebih udah dua bulan jadi pacar gue. Dengan cara berkenalan yang cukup abstrak, dan intensitas komunikasi yang cukup tinggi dalam waktu yang cukup singkat, seketika setiap senti urat nadi gue ga sanggup menolak kehadiran dia. Mungkin lo semua bakal kaget, kalau sebenarnya gue sendiri baru menyadari keberadaan seorang makhluk bernama Deby di fakultas gue itu sekitar 6 bulan yang lalu.

Waktu yang singkat, bukan berarti perjalanan kami tanpa cerita. Ga sekali dua kali gue secara pribadi jatuh bangun cuma buat ngebuktiin perasaan gue juga perasaan dia (gue ga tau yang dia hadapin). Bahkan kalo boleh jujur, sekian kali pacaran, ini kali pertama gue paling banyak diuji. Bahkan untuk hubungan yang masih sangat singkat, gue udah ngalamin perasaan paling down yang pernah gue rasain seumur hidup gue. Mungkin ini pertanda kalo hubungan ini emang bakal berat buat dipertahanin. Atau ini pertanda kalo hubungan ini sebuah hubungan yang pantas dipertahanin?

Gue pribadi ga terlalu peduli.

Apa yang gue rasain sekarang adalah, dia cukup mampu buat jadi seseorang yang gue butuhin. Gue ga benar-benar tahu tentang gimana perasaan dia ke gue. But ya, I don’t care. Sejak awal gue tahu gue suka dia, gue juga ga peduli dia suka juga atau nggak ke gue. Gue ngerasa apapun yang gue bilang ke dia, yang gue kasih ke dia, perasaan apa yang gue punya buat dia, satupun ga ada yang perlu dia balas ke gue. Ga tahu deh perasaan macam apa yang sekarang sedang menuhin dada gue.

Back to the topic. Seperti gue bilang tadi, dia jadi penenang jiwa or pelepas kejenuhan gue. Bukan berarti dia tipe pria humoris yang selalu punya segoni lelucuan. Bukan juga tipe pria romantis yang selalu punya seribu gombalan manis dan puisi-puisi cinta. Bukan juga pria yang selalu punya waktu buat ada di samping gue. Yap, dia bukan pria sempurna yang menjadi ideal setiap wanita. Percayalah, dia hanya pria biasa, yang gue minta untuk tidak bersikap dewasa di depan gue. Dia cuma pria biasa yang pengen gue mengerti. Dan dia hanya pria biasa yang tetap membuat kondisi di sekeliling gue menjadi biasa, normal, dan apa adanya. Yang pada akhirnya membuat gue merasa tenang, dan nyaman. Karena sering hidup sendiri dalam kondisi yang tidak biasa, membuat gue ga bisa hidup sendirian dalam kondisi yang biasa.

Sama seperti adam kedua. Namanya Takkas Abelio. Panggilannya Abel. Dia adik kandung gue nomor dua. I love him more than anything, even for my daddy or mommy. Sejak gue SD, satu hal yang selalu jadi prinsip gue ke dia adalah : “Gue bakal ngelakuin semua yang pengen gue dapatin dari kakak dan abang gue ke dia.”

Ya, setiap hal-hal yang gue lakuin bareng dia, adalah kondisi dimana gue nganggap dia itu kaya diri gue sendiri. Setiap hal yang gue lakuin adalah, gue nganggap ngelakuinnya buat diri gue sendiri. Kalau gue bisa buat dia seneng, maka yang gue buat seneng itu adalah gue. Begitu seterusnya dan sebaliknya. Haha.

Sama seperti Deby, Abel bukan pria humoris, romantis, atau ideal. Tapi keberadaan dia dalam hidup gue, memunculkan perasaan bahwa keberadaan gue dibutuhkan. Bisa dibilang, separuh nafas gue ada di dia. Bukan berarti kami bukan kakak adik yang benar-benar dekat, bukan berarti kami ga pernah beranteman. Tapi ikatan saling membutuhkan di antara gue dan dia, adalah ikatan dengan intensitas kebutuhan paling tinggi yang gue rasain dalam hidup gue, di banding ke anggota keluarga gue yang lain.

Memiliki mereka berdua dalam hidup gue sekarang adalah kebahagiaan tersendiri buat gue. Yang gue yakin ga dimiliki orang lain dalam hidupnya. Gue punya keyakinan tersendiri, kalau selagi mereka berdua masih hidup, gue bisa ngejalanin hidup sebaik mungkin, senormal mungkin.

Mempertemukan mereka berdua dalam satu waktu dan tempat yang sama, juga memberikan sensasi tersendiri buat gue. Ini foto gue ambil tadi malam. Sekarang Abel kelas 3 SMP, waktu yang pelik buat dia dengan segudang ujian yang harus dia lewati. Belum lagi masalah kecil di rumah, yang gue yakin secara psikologis ngaruh ke dia. So, Minggu malam, setelah pulang misa di Gereja, gue ngajak Abel nangkring di Coffee Toffee, salah satu tempat nongkrong baru di Padang. Hari itu gue juga iseng ngajak Deby buat nyusul ikutan ngumpul, ga ngarep banget sih dia bisa datang, ternyata dia bisa, tembus langit ke tujuh deh gue. Dengan posisi duduk dimana gue bisa mandang wajah mereka berdua bersamaan, benar-benar sesuatu yang tidak bisa dijelaskan rasanya.

Melihat mereka bisa tertawa di waktu yang sama, karena hal yang sama, cuma bisa bikin gue bilang berkali-kali dalam hati, : “Oh, Tuhan! Terimakasih banyak! Puji namaMu sepanjang masa!”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro