Minggu, 15 Juli 2018

Sumba Kali Kedua : Tentang Perawan dan Rindu.

Kali ini sepertinya aku datang di musim yang berbeda. Ada tiga hal yang tidak kutemui tahun ini. Langit tak berawan, ternak yang kurus kering, dan bintang laut di bibir Pantai Walakiri. Awal kedatangan, sempat aku kecewa, bertanya-tanya mengapa langit berawan yang menyambutku. Tapi hari-hari berikutnya, kulihat sapi dan kuda yang berserakan di padang rumput. Mereka kini sudah jauh lebih tambun, walaupun sempat kulihat seekor anjing yang sangat kurus di pinggir jalan. Apakah karena langit berawan, hujan turun, rumput menjadi subur dan ternak menjadi segar? Tahun lalu, aku bergidik tidak percaya melihat sapi yang kulitnya memamerkan tulang rusuknya. Jika kau pernah menonton film seri Game of Thrones, ternak-ternak itu persis seperti ternak pasukan White Walker, mengerikan. Begitu juga dengan air surut di Pantai Walakiri, tidak ada bintang laut yang bisa kuajak bermain. Dulu saat liburan sekolah, orangtuaku sering mengirim aku dan saudaraku liburan ke Mentawai. Ntahlah laut apa itu namanya, aku dan sepupu-sepupu berenang sedikit dalam ke laut hijau bening. Masih aku ingat betapa senangnya aku pertama kali bertemu bintang laut. Kutangkap sebanyak mungkin dan kukantongi pulang ke rumah. Dua kali aku mengunjungi Pantai Walakiri demi melihat bintang laut, tapi nihil. Sedang bulan purnama, kata mereka. Aku mencepak, lalu melihat jauh ke tengah laut, berharap rinduku bisa sampai ke bintang laut yang kini sedang berenang di laut dalam. Di bibir pantai sedang banyak orang, kebanyakan tamu domestik, karena sekarang sedang liburan sekolah. Ah, beruntung juga bintang laut itu sekarang di tengah laut dalam. Daripada mereka harus mati karena terpijak tamu-tamu yang tidak kenal kasihan, datang berkunjung demi sebuah gambar bersama pohon mangrove berlatar matahari terbenam. Saat kepulangan, aku kemudian mengerti, langit indah bukan tentang berawan ataupun tidak berawan. Bak laki-laki jaman sekarang yang senang melihat wanita berparas cantik, tanpa peduli perawan atau tidak perawan. Toh jika ternak-ternak itu tambun dan sehat, manusia seperti aku juga yang ikut senang. Begitu juga bintang laut Walakiri yang sepertinya berbisik, "Rindu bukan berarti harus bertemu, ada saatnya kita harus sabar menunggu, semua juga demi kebaikan yang kita rindu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro