Selasa, 15 Oktober 2019

FILM JOKER : Catatan Sambungan

Catatan Sambungan, yang Sedih.

Baru banget minggu lalu aku cuap-cuap tentang Film Joker, rendahnya kesadaran sosial netijen, tingginya jumlah pengguna FB/Twitter, kasus sembarang ngomong/kasih feedback, perkara bunuh diri dan imbauan belajar banyak mendengarkan.

Kita masih acuh, mungkin karena yang bunuh diri itu Robin William komedian dari USA, atau karena yang bunuh diri itu Chester Bennington juga musisi USA, atau karena yang bunuh diri itu Sully adalah aktris Korea yang masih cukup jauh dari Indonesia. Tapi kemarin yang bunuh diri itu anak SMP dari Kupang, loh........ (gw nangis baca beritanya dan yang mau bilang gw baper atau lebay, bodo amat!) Jaman sekarang di desa, berita bukan lagi tentang mati kelaparan, tapi mati bunuh diri!!!!!!!! Sekarang Indonesia punya masalah sama kaya negara maju Jepang, BUNUH DIRI, what a progress!!

Kita masih acuh, mungkin karena belum ada teman dan keluarga dekat yang bunuh diri. BUT HEY, HARUSKAH KITA MENUNGGU KELUARGA JADI KORBAN DULU BARU ACUH? Awful!❌

10 Oktober itu Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dan tema tahun 2019 adalah Pencegahan Bunuh Diri. Ini adalah keputusan WHO (World Health Organization). WHO itu adalah salah satu organisasi PBB. Catatan-catatan aku bukan drama, bukan sesimpel pengen nyindir satu dua orang, bukan kata bijak dari google searching. Ini masalah kita, masalah dunia. Sama gentingnya sama masalah global warming! Gimana cara nya shay mau nyelamatin alam kalo nyelamatin manusia yang lo bisa ajak ngomong aja lo gagal? Katanya kalian pada ga setuju sama aborsi, tapi kenapa kalo udah lahir, besar, stres, malah dibiarin sendirian?

"Iya Lia, tapi kalo orang sakit mental itu pas ketemu terus senyum gitu gimana caranya juga kita tahu dia sakit?"

Easy. Ajak ngobrol dan kamu yang aktif nanya (tersirat kepo tapi bukan), dan sesekali selipin dirimu sebagai contoh kalau kamu pernah di posisi yang sama.

Anak kecil kalo jatuh, karena takut diketawain, dia bakal nahan tangis. Tapi pas mamanya peluk, trus nanya 3 kali, "Sakit ya dek?", pasti langsung mewek kan? Sama deh.

Catatan ini bukan mau menghakimi, aku benar kamu salah atau sebaliknya. Aku cuma pegawai hotel biasa yang belum punya duit lebih buat mendirikan yayasan sosial. Aku cuma pegawai hotel biasa yang belum punya banyak pengikut untuk bisa kampanye besar-besaran. Tapi aku percaya, gak harus jadi orang besar dulu baru bisa peduli sesama. Gak harus punya uang banyak dulu baru bisa bantu sesama. Gak harus jatuh dulu baru tahu rasanya sakit. Gak harus 24 jam jadi Mother Teresa dulu baru boleh peduli orang sakit. Aku cuma cewek baperan yang katanya suka caper. Kebetulan Tuhan kasih kelebihan buat nulis, yaudah ini usaha aku. Kebetulan Tuhan kasih dua telinga berfungsi normal, yaudah itu usaha aku. Kita bisa kok empati, bisa kok diasah, bisa kok dipelajari.

Kalau kamu punya harta lebih, bisa sumbangin makanan/pakaian. Kalau kamu, merasa dalam kondisi mental dan emosi yang lebih baik, berarti bisa sumbangin pikiran dan support positif ke orang lain, bukan malah gibah 😎 hati-hati kalo kamu yang kebanyakan gibah, jangan-jangan kamu gak sadar kamu yang lagi sakit, ups, itu lebih bahaya lagi loh 😭😭

So back to the main point, aku mau ngajak teman-teman buat saling meningkatkan kesadaran kita. Kesehatan fisik dan kesehatan mental itu sama-sama masalah kesehatan. Biasa aja kan pergi ke GYM waktu tahu badan kurang olahraga? Harusnya pergi ke Psikiater waktu tahu mental mulai kurang sehat, atau pikiran mulai stress, atau waktu ngerasa kesepian, juga hal yang biasa aja. Berhenti jadikan Rumah Sakit Jiwa sebagai lelucon memalukan! Kalian pikir cuma kuliah teknik aja yang bisa ngabisin 8 tahun? Jadi Psikiater itu kuliah nya juga bertahun-tahun keles, shay!

Mind is everything, it has all the control setup, taking care of it is more important.

Selasa, 08 Oktober 2019

Film Joker dan Hubungannya dengan Bisnis Fesbuk/Twitter yang Gemilang.

Sebuah catatan rendahnya kesadaran sosial manusia modern, dari seorang wanita yang bibirnya dikenal sulit menjaga rahasia, tapi kupingnya sering mendengar banyak curhatan

Sebagai orang yang gak pernah ngikutin serial DC dari komik, to be honest gw awalnya ngerasa receh gitu nonton Joker. Why? Karena setelah Batman yang gak jadi berantem sama Superman karena nama ibu mereka sama-sama "Martha", sekarang fakta lain yang diangkat adalah Batman dan Joker ternyata satu ayah biologis (?). Tapi kemudian gw tersedak saat tiba pada scene Joker membaca surat terakhir ibunya untuk Thomas Wayne. Karena ingat dulu pernah baca surat tulisan tangan yang isinya nyaris sama di hape pacar (udah jadi mantan). Si wanita bilang, "Aku tidak meminta apa-apa, hanya saja anakmu berhak mendapatkan kasih sayang ayahnya, bla bla bla." Dan sekarang si mantan malah jalan sama adik sepupu si wanita. Big applause!! People might say my life full of drama, but the thing is they just did not experience what I had. It happened, Man! It happened, conciously experienced it in my life!

Joker bisa ada dimana saja, bisa jadi dia bahkan orang terdekat kalian, kita. Tapi ya kita netijen memang bisanya cuma duduk enak, komen sana sini, merasa bijaksana dari ujung rambut sampai ujung kaki. Trus kalau tiba-tiba ada saudara yang meninggal gantung diri, malah ngomong, "Ya Tuhan, kasihan sekali imannya lemah ya." Atau, "Ya Tuhan, gak percaya orang baik-baik gitu bisa ambil keputusan bunuh diri." Come on, saudara udah mati itu butuhnya doa, bukan gibah! Kenapa tidak berpikir, "Ya Tuhan, ampunilah dosa almarhum dan terimalah dia di sisiMu, karena sesungguhnya hamba belum menjadi manusia yang mampu menolong saudaranya sendiri." Sounds much better, isn't it?

Seriously, all the last script what Joker said on the Murphy shows is insanely true. Lately, orang-orang sering bersembunyi di balik "memberi masukan" dalam memberi komentar, tapi lupa bahwa yang paling penting sebenarnya adalah 'mendengarkan' dan 'empati'.

Cukup kita berkaca dari dua media sosial teranyar yang ada di hape kita masing-masing.

Facebook - "Apa yang Anda pikirkan?"
Twitter - "Apa yang sedang terjadi?"

See something related? Yap! Kita semua ingin bercerita, kita semua ingin memberi tahu orang lain tentang ini dan itu dalam kehidupan kita. Pernah gak ngerasa, setelah menulis sesuatu di media sosial, kita lebih antusias dengan jumlah like daripada komentar? Pernah gak ngerasa, hanya cukup membaca komentar orang dan tidak ingin membalasnya? Pernah gak ngerasa, membalas komentar orang hanya dengan jawaban singkat atau bahkan sekedar emotikon? Pernah gak ngerasa tersentuh saat teman lama atau saudara jauh mengirimkan pesan selamat ulang tahun? Say yes, and then you know what you/we actually need.

Dan fakta lainnya adalah tempat paling rahasia, tempat paling mahal, sekaligus tempat paling berbahaya pada tubuh manusia ada di dalam pikirannya. Dan salah satu cara mengontrolnya adalah dengan berbagi. Itu kenapa ISIS mencari pengikut dengan cara 'cuci otak'. Gw juga ingat pernah duduk sama seorang teman kerja yang suaminya berkarya sebagai pendeta, kalimat beliau masih terngiang jelas di kepala, "Lia, keterbukaan adalah awal dari penyembuhan." Gw gatau itu kalimat dari alkitab atau gimana, but wisely said.

Jika kembali ke pengalaman pribadi, maka gw panggil barisan para mantan yang tentu semua masih hidup. Alasan pertama yang membuat mereka semua jatuh dalam pelukan wanita biasa-biasa ini adalah "nyambung saat berbicara" yang berujung kenyamanan. Mantan yang tidak merasa pernyataan ini benar, boleh unjuk rasa. Mulai dari brondong, seumuran, duda, agama apapun, lokal atau bule, semua mengutarakan hal yang sama.

Bukan hanya tentang orang dekat. Gw bulan lalu pernah duduk lebih dari 3 jam dengan seorang atasan (baru) di tempat kerja. Dalam kesempatan itu gw bisa tahu dengan lengkap kehidupan nya dari kecil hingga kini, bahkan kehidupan keluarga istrinya. Orang-orang easily berpikir, "Wah Lia simpenan bos." tanpa melihat seorang manusia sedang kekurangan apresiasi dalam hidupnya. Ya tebak menurut lo aja, saran atau masukan apa yang dibutuhkan atasan dari gadis berikut bawahannya, sehingga rela komat kamit cerita berjam-jam? Nothing but to be heard!

Contoh lain, beberapa teman pasti tahu, tentang seorang unit owner (bule) di hotel tempat gw pernah bekerja. Doi gak pernah absen ngajak gw ketemu kalau ke Bali dan selalu niat ngirim pesan panjang tentang apa saja saat berjauhan. Lagi-lagi orang easily mikir, "Wah, Lia pecunnya owner." tanpa melihat kenyataan "Mengapa ya bule yang berduit gitu niat banget sering jalan sama Lia yang padahal gak ada cantiknya, gak semok, dan gak pintar?" Come on girls, gak cuma satu lubang yang bisa dijual! Kuping tuh bolong!

Dan lain, lain, lain, yang gak mungkin dan juga gak perlu gw sebutkan satu persatu.

So, please. Kalau kalian masih berpikir ini adalah masalah yang sepele, maka percayalah, suami kalian bakal selingkuh, anak kalian malas berada di rumah, atau istri kalian ternyata mengandung anak dari laki-laki lain (ops!). Somehow the worst bukan hanya tentang kehilangan orang yang kita sayang, tapi tentang kehilangan dan menyakiti diri kita sendiri.

Anyway, kalau masih ada yang belum ngerti, boleh traktir gw ngopi. Adalah sebuah kebanggaan untuk mampu meluangkan waktu berbicara tentang masalah ini, masalah kita, dan jangan sampai jadi masalah anak cucu kita juga.

Tabik,
Joker!