Catatan Sambungan, yang Sedih.
Baru banget minggu lalu aku cuap-cuap tentang Film Joker, rendahnya kesadaran sosial netijen, tingginya jumlah pengguna FB/Twitter, kasus sembarang ngomong/kasih feedback, perkara bunuh diri dan imbauan belajar banyak mendengarkan.
Kita masih acuh, mungkin karena yang bunuh diri itu Robin William komedian dari USA, atau karena yang bunuh diri itu Chester Bennington juga musisi USA, atau karena yang bunuh diri itu Sully adalah aktris Korea yang masih cukup jauh dari Indonesia. Tapi kemarin yang bunuh diri itu anak SMP dari Kupang, loh........ (gw nangis baca beritanya dan yang mau bilang gw baper atau lebay, bodo amat!) Jaman sekarang di desa, berita bukan lagi tentang mati kelaparan, tapi mati bunuh diri!!!!!!!! Sekarang Indonesia punya masalah sama kaya negara maju Jepang, BUNUH DIRI, what a progress!!
Kita masih acuh, mungkin karena belum ada teman dan keluarga dekat yang bunuh diri. BUT HEY, HARUSKAH KITA MENUNGGU KELUARGA JADI KORBAN DULU BARU ACUH? Awful!❌
10 Oktober itu Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dan tema tahun 2019 adalah Pencegahan Bunuh Diri. Ini adalah keputusan WHO (World Health Organization). WHO itu adalah salah satu organisasi PBB. Catatan-catatan aku bukan drama, bukan sesimpel pengen nyindir satu dua orang, bukan kata bijak dari google searching. Ini masalah kita, masalah dunia. Sama gentingnya sama masalah global warming! Gimana cara nya shay mau nyelamatin alam kalo nyelamatin manusia yang lo bisa ajak ngomong aja lo gagal? Katanya kalian pada ga setuju sama aborsi, tapi kenapa kalo udah lahir, besar, stres, malah dibiarin sendirian?
"Iya Lia, tapi kalo orang sakit mental itu pas ketemu terus senyum gitu gimana caranya juga kita tahu dia sakit?"
Easy. Ajak ngobrol dan kamu yang aktif nanya (tersirat kepo tapi bukan), dan sesekali selipin dirimu sebagai contoh kalau kamu pernah di posisi yang sama.
Anak kecil kalo jatuh, karena takut diketawain, dia bakal nahan tangis. Tapi pas mamanya peluk, trus nanya 3 kali, "Sakit ya dek?", pasti langsung mewek kan? Sama deh.
Catatan ini bukan mau menghakimi, aku benar kamu salah atau sebaliknya. Aku cuma pegawai hotel biasa yang belum punya duit lebih buat mendirikan yayasan sosial. Aku cuma pegawai hotel biasa yang belum punya banyak pengikut untuk bisa kampanye besar-besaran. Tapi aku percaya, gak harus jadi orang besar dulu baru bisa peduli sesama. Gak harus punya uang banyak dulu baru bisa bantu sesama. Gak harus jatuh dulu baru tahu rasanya sakit. Gak harus 24 jam jadi Mother Teresa dulu baru boleh peduli orang sakit. Aku cuma cewek baperan yang katanya suka caper. Kebetulan Tuhan kasih kelebihan buat nulis, yaudah ini usaha aku. Kebetulan Tuhan kasih dua telinga berfungsi normal, yaudah itu usaha aku. Kita bisa kok empati, bisa kok diasah, bisa kok dipelajari.
Kalau kamu punya harta lebih, bisa sumbangin makanan/pakaian. Kalau kamu, merasa dalam kondisi mental dan emosi yang lebih baik, berarti bisa sumbangin pikiran dan support positif ke orang lain, bukan malah gibah 😎 hati-hati kalo kamu yang kebanyakan gibah, jangan-jangan kamu gak sadar kamu yang lagi sakit, ups, itu lebih bahaya lagi loh 😭😭
So back to the main point, aku mau ngajak teman-teman buat saling meningkatkan kesadaran kita. Kesehatan fisik dan kesehatan mental itu sama-sama masalah kesehatan. Biasa aja kan pergi ke GYM waktu tahu badan kurang olahraga? Harusnya pergi ke Psikiater waktu tahu mental mulai kurang sehat, atau pikiran mulai stress, atau waktu ngerasa kesepian, juga hal yang biasa aja. Berhenti jadikan Rumah Sakit Jiwa sebagai lelucon memalukan! Kalian pikir cuma kuliah teknik aja yang bisa ngabisin 8 tahun? Jadi Psikiater itu kuliah nya juga bertahun-tahun keles, shay!
Mind is everything, it has all the control setup, taking care of it is more important.
Tarian Indah Jemariku ♈
Cerita - cerita sederhana si Gadis. Gadis yang mencintai dirinya sendiri, sampai tidak ingin menjadi orang lain. Gadis yang percaya pada cinta dan kemanusiaan ♥
Selasa, 15 Oktober 2019
Selasa, 08 Oktober 2019
Film Joker dan Hubungannya dengan Bisnis Fesbuk/Twitter yang Gemilang.
Sebuah catatan rendahnya kesadaran sosial manusia modern, dari seorang wanita yang bibirnya dikenal sulit menjaga rahasia, tapi kupingnya sering mendengar banyak curhatan
Sebagai orang yang gak pernah ngikutin serial DC dari komik, to be honest gw awalnya ngerasa receh gitu nonton Joker. Why? Karena setelah Batman yang gak jadi berantem sama Superman karena nama ibu mereka sama-sama "Martha", sekarang fakta lain yang diangkat adalah Batman dan Joker ternyata satu ayah biologis (?). Tapi kemudian gw tersedak saat tiba pada scene Joker membaca surat terakhir ibunya untuk Thomas Wayne. Karena ingat dulu pernah baca surat tulisan tangan yang isinya nyaris sama di hape pacar (udah jadi mantan). Si wanita bilang, "Aku tidak meminta apa-apa, hanya saja anakmu berhak mendapatkan kasih sayang ayahnya, bla bla bla." Dan sekarang si mantan malah jalan sama adik sepupu si wanita. Big applause!! People might say my life full of drama, but the thing is they just did not experience what I had. It happened, Man! It happened, conciously experienced it in my life!
Joker bisa ada dimana saja, bisa jadi dia bahkan orang terdekat kalian, kita. Tapi ya kita netijen memang bisanya cuma duduk enak, komen sana sini, merasa bijaksana dari ujung rambut sampai ujung kaki. Trus kalau tiba-tiba ada saudara yang meninggal gantung diri, malah ngomong, "Ya Tuhan, kasihan sekali imannya lemah ya." Atau, "Ya Tuhan, gak percaya orang baik-baik gitu bisa ambil keputusan bunuh diri." Come on, saudara udah mati itu butuhnya doa, bukan gibah! Kenapa tidak berpikir, "Ya Tuhan, ampunilah dosa almarhum dan terimalah dia di sisiMu, karena sesungguhnya hamba belum menjadi manusia yang mampu menolong saudaranya sendiri." Sounds much better, isn't it?
Seriously, all the last script what Joker said on the Murphy shows is insanely true. Lately, orang-orang sering bersembunyi di balik "memberi masukan" dalam memberi komentar, tapi lupa bahwa yang paling penting sebenarnya adalah 'mendengarkan' dan 'empati'.
Cukup kita berkaca dari dua media sosial teranyar yang ada di hape kita masing-masing.
Facebook - "Apa yang Anda pikirkan?"
Twitter - "Apa yang sedang terjadi?"
See something related? Yap! Kita semua ingin bercerita, kita semua ingin memberi tahu orang lain tentang ini dan itu dalam kehidupan kita. Pernah gak ngerasa, setelah menulis sesuatu di media sosial, kita lebih antusias dengan jumlah like daripada komentar? Pernah gak ngerasa, hanya cukup membaca komentar orang dan tidak ingin membalasnya? Pernah gak ngerasa, membalas komentar orang hanya dengan jawaban singkat atau bahkan sekedar emotikon? Pernah gak ngerasa tersentuh saat teman lama atau saudara jauh mengirimkan pesan selamat ulang tahun? Say yes, and then you know what you/we actually need.
Dan fakta lainnya adalah tempat paling rahasia, tempat paling mahal, sekaligus tempat paling berbahaya pada tubuh manusia ada di dalam pikirannya. Dan salah satu cara mengontrolnya adalah dengan berbagi. Itu kenapa ISIS mencari pengikut dengan cara 'cuci otak'. Gw juga ingat pernah duduk sama seorang teman kerja yang suaminya berkarya sebagai pendeta, kalimat beliau masih terngiang jelas di kepala, "Lia, keterbukaan adalah awal dari penyembuhan." Gw gatau itu kalimat dari alkitab atau gimana, but wisely said.
Jika kembali ke pengalaman pribadi, maka gw panggil barisan para mantan yang tentu semua masih hidup. Alasan pertama yang membuat mereka semua jatuh dalam pelukan wanita biasa-biasa ini adalah "nyambung saat berbicara" yang berujung kenyamanan. Mantan yang tidak merasa pernyataan ini benar, boleh unjuk rasa. Mulai dari brondong, seumuran, duda, agama apapun, lokal atau bule, semua mengutarakan hal yang sama.
Bukan hanya tentang orang dekat. Gw bulan lalu pernah duduk lebih dari 3 jam dengan seorang atasan (baru) di tempat kerja. Dalam kesempatan itu gw bisa tahu dengan lengkap kehidupan nya dari kecil hingga kini, bahkan kehidupan keluarga istrinya. Orang-orang easily berpikir, "Wah Lia simpenan bos." tanpa melihat seorang manusia sedang kekurangan apresiasi dalam hidupnya. Ya tebak menurut lo aja, saran atau masukan apa yang dibutuhkan atasan dari gadis berikut bawahannya, sehingga rela komat kamit cerita berjam-jam? Nothing but to be heard!
Contoh lain, beberapa teman pasti tahu, tentang seorang unit owner (bule) di hotel tempat gw pernah bekerja. Doi gak pernah absen ngajak gw ketemu kalau ke Bali dan selalu niat ngirim pesan panjang tentang apa saja saat berjauhan. Lagi-lagi orang easily mikir, "Wah, Lia pecunnya owner." tanpa melihat kenyataan "Mengapa ya bule yang berduit gitu niat banget sering jalan sama Lia yang padahal gak ada cantiknya, gak semok, dan gak pintar?" Come on girls, gak cuma satu lubang yang bisa dijual! Kuping tuh bolong!
Dan lain, lain, lain, yang gak mungkin dan juga gak perlu gw sebutkan satu persatu.
So, please. Kalau kalian masih berpikir ini adalah masalah yang sepele, maka percayalah, suami kalian bakal selingkuh, anak kalian malas berada di rumah, atau istri kalian ternyata mengandung anak dari laki-laki lain (ops!). Somehow the worst bukan hanya tentang kehilangan orang yang kita sayang, tapi tentang kehilangan dan menyakiti diri kita sendiri.
Anyway, kalau masih ada yang belum ngerti, boleh traktir gw ngopi. Adalah sebuah kebanggaan untuk mampu meluangkan waktu berbicara tentang masalah ini, masalah kita, dan jangan sampai jadi masalah anak cucu kita juga.
Tabik,
Joker!
Sebagai orang yang gak pernah ngikutin serial DC dari komik, to be honest gw awalnya ngerasa receh gitu nonton Joker. Why? Karena setelah Batman yang gak jadi berantem sama Superman karena nama ibu mereka sama-sama "Martha", sekarang fakta lain yang diangkat adalah Batman dan Joker ternyata satu ayah biologis (?). Tapi kemudian gw tersedak saat tiba pada scene Joker membaca surat terakhir ibunya untuk Thomas Wayne. Karena ingat dulu pernah baca surat tulisan tangan yang isinya nyaris sama di hape pacar (udah jadi mantan). Si wanita bilang, "Aku tidak meminta apa-apa, hanya saja anakmu berhak mendapatkan kasih sayang ayahnya, bla bla bla." Dan sekarang si mantan malah jalan sama adik sepupu si wanita. Big applause!! People might say my life full of drama, but the thing is they just did not experience what I had. It happened, Man! It happened, conciously experienced it in my life!
Joker bisa ada dimana saja, bisa jadi dia bahkan orang terdekat kalian, kita. Tapi ya kita netijen memang bisanya cuma duduk enak, komen sana sini, merasa bijaksana dari ujung rambut sampai ujung kaki. Trus kalau tiba-tiba ada saudara yang meninggal gantung diri, malah ngomong, "Ya Tuhan, kasihan sekali imannya lemah ya." Atau, "Ya Tuhan, gak percaya orang baik-baik gitu bisa ambil keputusan bunuh diri." Come on, saudara udah mati itu butuhnya doa, bukan gibah! Kenapa tidak berpikir, "Ya Tuhan, ampunilah dosa almarhum dan terimalah dia di sisiMu, karena sesungguhnya hamba belum menjadi manusia yang mampu menolong saudaranya sendiri." Sounds much better, isn't it?
Seriously, all the last script what Joker said on the Murphy shows is insanely true. Lately, orang-orang sering bersembunyi di balik "memberi masukan" dalam memberi komentar, tapi lupa bahwa yang paling penting sebenarnya adalah 'mendengarkan' dan 'empati'.
Cukup kita berkaca dari dua media sosial teranyar yang ada di hape kita masing-masing.
Facebook - "Apa yang Anda pikirkan?"
Twitter - "Apa yang sedang terjadi?"
See something related? Yap! Kita semua ingin bercerita, kita semua ingin memberi tahu orang lain tentang ini dan itu dalam kehidupan kita. Pernah gak ngerasa, setelah menulis sesuatu di media sosial, kita lebih antusias dengan jumlah like daripada komentar? Pernah gak ngerasa, hanya cukup membaca komentar orang dan tidak ingin membalasnya? Pernah gak ngerasa, membalas komentar orang hanya dengan jawaban singkat atau bahkan sekedar emotikon? Pernah gak ngerasa tersentuh saat teman lama atau saudara jauh mengirimkan pesan selamat ulang tahun? Say yes, and then you know what you/we actually need.
Dan fakta lainnya adalah tempat paling rahasia, tempat paling mahal, sekaligus tempat paling berbahaya pada tubuh manusia ada di dalam pikirannya. Dan salah satu cara mengontrolnya adalah dengan berbagi. Itu kenapa ISIS mencari pengikut dengan cara 'cuci otak'. Gw juga ingat pernah duduk sama seorang teman kerja yang suaminya berkarya sebagai pendeta, kalimat beliau masih terngiang jelas di kepala, "Lia, keterbukaan adalah awal dari penyembuhan." Gw gatau itu kalimat dari alkitab atau gimana, but wisely said.
Jika kembali ke pengalaman pribadi, maka gw panggil barisan para mantan yang tentu semua masih hidup. Alasan pertama yang membuat mereka semua jatuh dalam pelukan wanita biasa-biasa ini adalah "nyambung saat berbicara" yang berujung kenyamanan. Mantan yang tidak merasa pernyataan ini benar, boleh unjuk rasa. Mulai dari brondong, seumuran, duda, agama apapun, lokal atau bule, semua mengutarakan hal yang sama.
Bukan hanya tentang orang dekat. Gw bulan lalu pernah duduk lebih dari 3 jam dengan seorang atasan (baru) di tempat kerja. Dalam kesempatan itu gw bisa tahu dengan lengkap kehidupan nya dari kecil hingga kini, bahkan kehidupan keluarga istrinya. Orang-orang easily berpikir, "Wah Lia simpenan bos." tanpa melihat seorang manusia sedang kekurangan apresiasi dalam hidupnya. Ya tebak menurut lo aja, saran atau masukan apa yang dibutuhkan atasan dari gadis berikut bawahannya, sehingga rela komat kamit cerita berjam-jam? Nothing but to be heard!
Contoh lain, beberapa teman pasti tahu, tentang seorang unit owner (bule) di hotel tempat gw pernah bekerja. Doi gak pernah absen ngajak gw ketemu kalau ke Bali dan selalu niat ngirim pesan panjang tentang apa saja saat berjauhan. Lagi-lagi orang easily mikir, "Wah, Lia pecunnya owner." tanpa melihat kenyataan "Mengapa ya bule yang berduit gitu niat banget sering jalan sama Lia yang padahal gak ada cantiknya, gak semok, dan gak pintar?" Come on girls, gak cuma satu lubang yang bisa dijual! Kuping tuh bolong!
Dan lain, lain, lain, yang gak mungkin dan juga gak perlu gw sebutkan satu persatu.
So, please. Kalau kalian masih berpikir ini adalah masalah yang sepele, maka percayalah, suami kalian bakal selingkuh, anak kalian malas berada di rumah, atau istri kalian ternyata mengandung anak dari laki-laki lain (ops!). Somehow the worst bukan hanya tentang kehilangan orang yang kita sayang, tapi tentang kehilangan dan menyakiti diri kita sendiri.
Anyway, kalau masih ada yang belum ngerti, boleh traktir gw ngopi. Adalah sebuah kebanggaan untuk mampu meluangkan waktu berbicara tentang masalah ini, masalah kita, dan jangan sampai jadi masalah anak cucu kita juga.
Tabik,
Joker!
Senin, 13 Mei 2019
Kisah Singkat Iluh dari Bali
"Lihat, itu mantan suamiku.", bibirnya meruncing sedikit, mengarah ke seorang lelaki berkulit legam bertopi putih, yang kemudian berkali-kali lalu lalang di depan warung. Mereka sudah lama berpisah, begitu ceritanya, hanya karena Iluh tidak melahirkan anak laki-laki untuk suaminya. "Bapak ingin menjadi pemangku, harus ada anak laki-laki.", jelasnya. Sedikit aku merasa kesal ketika lelaki bersembunyi di balik kelamin anaknya demi kelaminnya sendiri dan kemudian menyudutkan reliji! Padahal anak masih bisa dibuat lagi dan lagi tanpa perlu kau peluk wanita lain dan Tuhan tentu bisa menunggu. Aku mungkin orang yang kesekian puluh yang mendengar cerita lukanya, tapi lelah pada wajah dan nada suaranya seperti semua baru terjadi kemarin sore. Rasa sakit juga kecewa bak daun sirih yang merambat tubuhnya, menyerap semua pati-pati bahagia yang mungkin sebenarnya tidak banyak. Dulu, katanya, hampir setiap hari dia melihat uang 50 juta di depan matanya, datang dan pergi. Usaha bahan bangunan yang dia kelola benar-benar makmur. Tapi mantan suami, persis seperti di sinetron-sinetron, sering berfoya-foya, menghabiskan kerja keras istrinya bersama wanita lain. Bug! Siapa yang tidak benci sekali dengan lelaki yang tidak setia? Tapi aku masih lebih benci dengan wanita yang tega menyakiti wanita lain! Sekarang Iluh di depanku, membuka warung kecil, menjual aneka makanan kuah dari jam 6 sore hingga tengah malam seusai bekerja dari subuh di sebuah hotel. Luka pengkhianatan yang diberi mantan suaminya tidak berhenti pada titik perceraian. Iluh ditolak oleh keluarganya, saat ia pulang. Tetangga juga keluarga Iluh lebih mendengarkan desas desus bahwa Iluh diceraikan karena selingkuh dengan lelaki lain. "Tapi memang begitu nasibnya jadi wanita di sini, banyak kejadian, wanita tidak selalu beruntung untuk diterima kembali di rumah keluarganya sehabis perceraian." jelas Iluh, saat mataku membelalak tidak percaya, mengapa bisa keluarganya begitu tega. Iluh terluntang-lantung memikul lukanya sendiri di jalanan. Tetaplah berjuang, Iluh, aku mendoakanmu.
Kamis, 18 April 2019
Terimakasih Tuhan, Saya Belum Menikah.
Ayo yang sudah lama tidak membaca, mari kita berdiskusi.
.
Hampir dua tahun ini saya bergumul dengan pertanyaan, "Mengapa saya harus tahu sesuatu yang menurut saya lebih baik saya tidak tahu." Bahkan sering saya berdoa meminta kepada Tuhan untuk lebih baik menutup mata dan telinga saya kepada hal-hal yang tidak perlu, karena sungguh saya tahu lidah saya bukan penjaga rahasia yang baik. Ya saya bercerita tentang sesuatu yang akrab dikenal dengan 'aib'. Macam-macam kejadiannya. Ada yang memang dengan sengaja, dengan percaya diri, menceritakan ke saya. Ada yang saya lihat dengan tidak sengaja. Ada yang saya temukan tanpa saya cari. Bahkan ada yang jelas-jelas berniat dan melakukan 'aib' tersebut dengan saya. Di satu sisi saya adalah orang yang gampang sekali berempati, dalam artian gampang ikut bersedih dan sebal, perasaan negatif sungguh menghabiskan energi saya lebih daripada ngegym berjam-jam. Di sisi lain saya juga tidak mau mengisi kepala saya dengan pikiran-pikiran buruk terhadap seseorang apalagi jika dia teman kerja saya. Bersikap manis kepada seseorang yang sudah saya anggap jelek tentu adalah pengurasan energi lainnya. Sehingga sering kali di malam hari saat saya sedang sendiri, saya merasakan kelelahan luar biasa yang tidak bisa dibawa tidur. "Tuhan, mengapa Kau tunjukkan padaku bahwa wanita/pria berselingkuh bahkan setelah beranak itu banyak?"
.
Seminggu belakangan kemudian saya mulai mengerti apa yang ingin Tuhan sampaikan. Karena seketika Tuhan membangkitkan memori saya saat saya masih SMP dan tidak sengaja membaca pesan di hape Mama. Pesan yang Mama kirimkan ke kakak lelakinya, berisi tentang curhatan hatinya yang lelah menghadapi sifat jelek Papa. Saya yang waktu itu pemahamannya masih rendah berpikir bahwa sebentar lagi Papa dan Mama akan berpisah. Apalagi didukung dengan saya yang cukup sering melihat mereka bertengkar. Sejak saat itu sering saya bersedih dan menyendiri. Biasanya saat berdoa, saya selalu minta dibelikan boneka baru, sepeda baru, nilai ujian bagus. Tapi sejak hari itu, saya menggantinya dengan doa untuk tetap menyatukan orangtua saya. Bukan karena saya sudah mengerti bahwa perceraian adalah hal yang buruk, saya hanya tidak tahu saya harus memilih ikut siapa jika mereka berpisah. Sementara itu saya takut menemukan fakta bahwa tidak ada dari mereka yang menginginkan saya dan kemudian saya akan kembali dititipkan ke oom atau tante lagi.
.
Sekarangpun saya kembali mengerti, mengapa Tuhan memisahkan saya dengan 'mantan terindah' saya tepat seminggu setelah kami membicarakan acara lamaran dengan orangtuanya. Saya mengerti mengapa tiba-tiba Tuhan menitipkan ilham yang luar biasa membuat saya mampu menyakiti orang yang paling saya sayang.
.
Dulu saya bermimpi untuk bisa menikah secepatnya. Saya ingin segera masuk ke keluarga yang baru, menciptakan keluarga saya sendiri, memulai kehidupan baik dan menggapai mimpi-mimpi saya dengan tenang. Supaya saya bisa kabur dari tanggungjawab melihat ayah yang sakit-sakitan, mengurus adik yang nakal, mengurus rumah dan sebagainya.
.
Tapi Tuhan membukakan mata saya. Saya mengerti bahwa kehidupan pernikahan bukan sesuatu yang sudah sanggup saya jalani. Memahami sifat satu sama lain, penerimaan antar keluarga, masalah keuangan, kepuasan seksual, godaan orang ketiga, hingga kasus asupan kebutuhan psikis ternyata bukan hal yang sudah saya mengerti seutuhnya.
.
Terimakasih Tuhan, saya belum diijinkan menikah.
.
Hampir dua tahun ini saya bergumul dengan pertanyaan, "Mengapa saya harus tahu sesuatu yang menurut saya lebih baik saya tidak tahu." Bahkan sering saya berdoa meminta kepada Tuhan untuk lebih baik menutup mata dan telinga saya kepada hal-hal yang tidak perlu, karena sungguh saya tahu lidah saya bukan penjaga rahasia yang baik. Ya saya bercerita tentang sesuatu yang akrab dikenal dengan 'aib'. Macam-macam kejadiannya. Ada yang memang dengan sengaja, dengan percaya diri, menceritakan ke saya. Ada yang saya lihat dengan tidak sengaja. Ada yang saya temukan tanpa saya cari. Bahkan ada yang jelas-jelas berniat dan melakukan 'aib' tersebut dengan saya. Di satu sisi saya adalah orang yang gampang sekali berempati, dalam artian gampang ikut bersedih dan sebal, perasaan negatif sungguh menghabiskan energi saya lebih daripada ngegym berjam-jam. Di sisi lain saya juga tidak mau mengisi kepala saya dengan pikiran-pikiran buruk terhadap seseorang apalagi jika dia teman kerja saya. Bersikap manis kepada seseorang yang sudah saya anggap jelek tentu adalah pengurasan energi lainnya. Sehingga sering kali di malam hari saat saya sedang sendiri, saya merasakan kelelahan luar biasa yang tidak bisa dibawa tidur. "Tuhan, mengapa Kau tunjukkan padaku bahwa wanita/pria berselingkuh bahkan setelah beranak itu banyak?"
.
Seminggu belakangan kemudian saya mulai mengerti apa yang ingin Tuhan sampaikan. Karena seketika Tuhan membangkitkan memori saya saat saya masih SMP dan tidak sengaja membaca pesan di hape Mama. Pesan yang Mama kirimkan ke kakak lelakinya, berisi tentang curhatan hatinya yang lelah menghadapi sifat jelek Papa. Saya yang waktu itu pemahamannya masih rendah berpikir bahwa sebentar lagi Papa dan Mama akan berpisah. Apalagi didukung dengan saya yang cukup sering melihat mereka bertengkar. Sejak saat itu sering saya bersedih dan menyendiri. Biasanya saat berdoa, saya selalu minta dibelikan boneka baru, sepeda baru, nilai ujian bagus. Tapi sejak hari itu, saya menggantinya dengan doa untuk tetap menyatukan orangtua saya. Bukan karena saya sudah mengerti bahwa perceraian adalah hal yang buruk, saya hanya tidak tahu saya harus memilih ikut siapa jika mereka berpisah. Sementara itu saya takut menemukan fakta bahwa tidak ada dari mereka yang menginginkan saya dan kemudian saya akan kembali dititipkan ke oom atau tante lagi.
.
Sekarangpun saya kembali mengerti, mengapa Tuhan memisahkan saya dengan 'mantan terindah' saya tepat seminggu setelah kami membicarakan acara lamaran dengan orangtuanya. Saya mengerti mengapa tiba-tiba Tuhan menitipkan ilham yang luar biasa membuat saya mampu menyakiti orang yang paling saya sayang.
.
Dulu saya bermimpi untuk bisa menikah secepatnya. Saya ingin segera masuk ke keluarga yang baru, menciptakan keluarga saya sendiri, memulai kehidupan baik dan menggapai mimpi-mimpi saya dengan tenang. Supaya saya bisa kabur dari tanggungjawab melihat ayah yang sakit-sakitan, mengurus adik yang nakal, mengurus rumah dan sebagainya.
.
Tapi Tuhan membukakan mata saya. Saya mengerti bahwa kehidupan pernikahan bukan sesuatu yang sudah sanggup saya jalani. Memahami sifat satu sama lain, penerimaan antar keluarga, masalah keuangan, kepuasan seksual, godaan orang ketiga, hingga kasus asupan kebutuhan psikis ternyata bukan hal yang sudah saya mengerti seutuhnya.
.
Terimakasih Tuhan, saya belum diijinkan menikah.
Kamis, 20 Desember 2018
CINTA BEDA AGAMA : Surat Terbuka untuk Papa dan Mama.
Dulu kalau saya minta sesuatu, "Ma beliin ini dong, ma beliin itu dong." Mama pasti bilang saya ini anak yang tidak pernah bisa bersyukur. Mama bilang saya harus ingat banyak anak-anak di jalanan yang tidak punya baju sama sekali, tidur di jalanan tidak pakai bantal. Kalau saya buang-buang makanan, mama bahkan suruh ingat anak-anak di Afrika atau Euthopia yang mati kelaparan. Sejak saat itu berusaha saya sekuat tenaga untuk tidak mengeluh, betapapun saya merasa saya kekurangan satu dan lain hal. Ntah itu masalah materi atau psikis.
Dalam dua tahun kemarin, ada laki-laki yang saya cintai, dengan amat sangat. Anak gadis kalian ini gila, isi kepalanya tidak semua orang bisa mengerti. Kebiasaannya juga aneh, ya namanya juga gila. Bahkan papa mama saja dari dulu juga sering kali bilang kalau kalian tidak mengerti cara berpikir saya. Tapi laki-laki itu mengerti saya. Dia mencintai saya, dia menjaga harga diri saya, dia peduli luar biasa dengan saya, memastikan saya makan dan tidur yang cukup, dia bahkan pernah mengantar saya ke rumah sakit tengah malam waktu saya sakit di perantauan, tidak peduli puluhan kilometer jarak dia tempuh untuk saya. Anak kalian ini merantau dan tidak pernah mengeluh lapar, bosan, sakit, tidak punya uang, itu semua karena Tuhan menitipkan laki-laki luar biasa itu di samping saya. Dalam urusan jaket saja, ntah sudah berapa jenis yang laki-laki itu belikan. Jaket parasut, jaket tebal dan hangat, jaket hujan kualitas terbaik, haha semua dia belikan untuk saya. Hanya demi memastikan saya tidak kedinginan setiap pulang kerja tengah malam atau saat sedang musim hujan. Tidak ada satu katapun yang saya lebih-lebihkan.
.
Tapi memang dia beda agama dengan kita. Kami sudah pisah dan dia sudah mencintai perempuan lain. Papa dan Mama tenang saja. Laki-laki itu sudah bahagia dan tidak akan lagi mendekati anak gadis kalian ini, karena saya sendiri yang memaksanya untuk pergi.
.
Setahun sudah berlalu, mungkin waktu yang singkat. Tapi panjang bagi saya, karena asing sekali rasanya hidup di dunia yang tidak ada manusia yang mengerti saya. Tidak cuma satu atau dua, ada banyak laki-laki yang datangi saya. Kalau saya ceritakan detailnya, Papa dan Mama bisa kaget mati di tempat. Belum ada laki-laki yang mau mencintai rupa dan psikis saya, mengerti isi kepala saya, menjaga saya, tanpa saya harus membuka baju atau celana terlebih dahulu.
.
Kali ini ijinkan saya mengeluh, seandainya Mama dan Papa bersyukur, sedikit saja. Bahwa kalian beruntung. Banyak laki-laki di luar sana, walaupun dia seiman dengan kita, yang bisa saja menyakiti saya, mengkhianati saya, menduakan saya, membohongi saya, atau bahkan memperkosa saya. Mama dan Papa tentu membuka mata bahwa anak perempuan lain, ntah saudara, teman, atau tetangga kita yang hamil sebelum menikah, hamil lalu ditinggalkan suaminya, atau yang disakiti dan dibohongi berkali-kali. Tentang pergaulan bebas, obat-obat terlarang, hubungan sesama jenis, atau juga yang melajang seumur hidup.
.
Dulu saya pernah berpikir begini, "Wah kenapa laki-laki luar biasa seperti dia bisa begitu mencintai saya yang biasa saja ini ya? Terimakasih Tuhan, telah mengabulkan doa orangtua saya. Sehingga saya tidak jatuh ke dalam percobaan."
.
Jaman sekarang ini, laki-laki mana yang tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri sebelum dia mencintai seorang perempuan? Sementara itu anak gadis kalian ini tidak begitu cantik, tidak begitu pintar, kalian juga orangtua yang tidak begitu kaya. Malah ditambah buruk dengan kenyataan seorang saya yang gila. Seandainya kalian bersyukur sedikit saja, sekarang saya harusnya hidup lebih bahagia dan tentu tidak perlu membuat tulisan ini.
.
Sudah setahun dan doa saya masih sama, semoga yang semua orang bilang tentang -orangtua selalu tahu yang terbaik untuk anaknya- itu benar adanya.Juga, semoga -doa baik seorang Ibu selalu terkabul- itu adalah teori yang mutlak.
.
Karena kalau tidak, saya bisa saja terancam galau melajang sepanjang sisa umur atau terpaksa hidup bersama laki-laki yang seiman, tanpa peduli dia mengerti saya dan isi kepala saya.
.
Ma, Pa, tetaplah berdoa. Saya juga. Amin.
Dalam dua tahun kemarin, ada laki-laki yang saya cintai, dengan amat sangat. Anak gadis kalian ini gila, isi kepalanya tidak semua orang bisa mengerti. Kebiasaannya juga aneh, ya namanya juga gila. Bahkan papa mama saja dari dulu juga sering kali bilang kalau kalian tidak mengerti cara berpikir saya. Tapi laki-laki itu mengerti saya. Dia mencintai saya, dia menjaga harga diri saya, dia peduli luar biasa dengan saya, memastikan saya makan dan tidur yang cukup, dia bahkan pernah mengantar saya ke rumah sakit tengah malam waktu saya sakit di perantauan, tidak peduli puluhan kilometer jarak dia tempuh untuk saya. Anak kalian ini merantau dan tidak pernah mengeluh lapar, bosan, sakit, tidak punya uang, itu semua karena Tuhan menitipkan laki-laki luar biasa itu di samping saya. Dalam urusan jaket saja, ntah sudah berapa jenis yang laki-laki itu belikan. Jaket parasut, jaket tebal dan hangat, jaket hujan kualitas terbaik, haha semua dia belikan untuk saya. Hanya demi memastikan saya tidak kedinginan setiap pulang kerja tengah malam atau saat sedang musim hujan. Tidak ada satu katapun yang saya lebih-lebihkan.
.
Tapi memang dia beda agama dengan kita. Kami sudah pisah dan dia sudah mencintai perempuan lain. Papa dan Mama tenang saja. Laki-laki itu sudah bahagia dan tidak akan lagi mendekati anak gadis kalian ini, karena saya sendiri yang memaksanya untuk pergi.
.
Setahun sudah berlalu, mungkin waktu yang singkat. Tapi panjang bagi saya, karena asing sekali rasanya hidup di dunia yang tidak ada manusia yang mengerti saya. Tidak cuma satu atau dua, ada banyak laki-laki yang datangi saya. Kalau saya ceritakan detailnya, Papa dan Mama bisa kaget mati di tempat. Belum ada laki-laki yang mau mencintai rupa dan psikis saya, mengerti isi kepala saya, menjaga saya, tanpa saya harus membuka baju atau celana terlebih dahulu.
.
Kali ini ijinkan saya mengeluh, seandainya Mama dan Papa bersyukur, sedikit saja. Bahwa kalian beruntung. Banyak laki-laki di luar sana, walaupun dia seiman dengan kita, yang bisa saja menyakiti saya, mengkhianati saya, menduakan saya, membohongi saya, atau bahkan memperkosa saya. Mama dan Papa tentu membuka mata bahwa anak perempuan lain, ntah saudara, teman, atau tetangga kita yang hamil sebelum menikah, hamil lalu ditinggalkan suaminya, atau yang disakiti dan dibohongi berkali-kali. Tentang pergaulan bebas, obat-obat terlarang, hubungan sesama jenis, atau juga yang melajang seumur hidup.
.
Dulu saya pernah berpikir begini, "Wah kenapa laki-laki luar biasa seperti dia bisa begitu mencintai saya yang biasa saja ini ya? Terimakasih Tuhan, telah mengabulkan doa orangtua saya. Sehingga saya tidak jatuh ke dalam percobaan."
.
Jaman sekarang ini, laki-laki mana yang tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri sebelum dia mencintai seorang perempuan? Sementara itu anak gadis kalian ini tidak begitu cantik, tidak begitu pintar, kalian juga orangtua yang tidak begitu kaya. Malah ditambah buruk dengan kenyataan seorang saya yang gila. Seandainya kalian bersyukur sedikit saja, sekarang saya harusnya hidup lebih bahagia dan tentu tidak perlu membuat tulisan ini.
.
Sudah setahun dan doa saya masih sama, semoga yang semua orang bilang tentang -orangtua selalu tahu yang terbaik untuk anaknya- itu benar adanya.Juga, semoga -doa baik seorang Ibu selalu terkabul- itu adalah teori yang mutlak.
.
Karena kalau tidak, saya bisa saja terancam galau melajang sepanjang sisa umur atau terpaksa hidup bersama laki-laki yang seiman, tanpa peduli dia mengerti saya dan isi kepala saya.
.
Ma, Pa, tetaplah berdoa. Saya juga. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)