Sebuah catatan rendahnya kesadaran sosial manusia modern, dari seorang wanita yang bibirnya dikenal sulit menjaga rahasia, tapi kupingnya sering mendengar banyak curhatan
Sebagai orang yang gak pernah ngikutin serial DC dari komik, to be honest gw awalnya ngerasa receh gitu nonton Joker. Why? Karena setelah Batman yang gak jadi berantem sama Superman karena nama ibu mereka sama-sama "Martha", sekarang fakta lain yang diangkat adalah Batman dan Joker ternyata satu ayah biologis (?). Tapi kemudian gw tersedak saat tiba pada scene Joker membaca surat terakhir ibunya untuk Thomas Wayne. Karena ingat dulu pernah baca surat tulisan tangan yang isinya nyaris sama di hape pacar (udah jadi mantan). Si wanita bilang, "Aku tidak meminta apa-apa, hanya saja anakmu berhak mendapatkan kasih sayang ayahnya, bla bla bla." Dan sekarang si mantan malah jalan sama adik sepupu si wanita. Big applause!! People might say my life full of drama, but the thing is they just did not experience what I had. It happened, Man! It happened, conciously experienced it in my life!
Joker bisa ada dimana saja, bisa jadi dia bahkan orang terdekat kalian, kita. Tapi ya kita netijen memang bisanya cuma duduk enak, komen sana sini, merasa bijaksana dari ujung rambut sampai ujung kaki. Trus kalau tiba-tiba ada saudara yang meninggal gantung diri, malah ngomong, "Ya Tuhan, kasihan sekali imannya lemah ya." Atau, "Ya Tuhan, gak percaya orang baik-baik gitu bisa ambil keputusan bunuh diri." Come on, saudara udah mati itu butuhnya doa, bukan gibah! Kenapa tidak berpikir, "Ya Tuhan, ampunilah dosa almarhum dan terimalah dia di sisiMu, karena sesungguhnya hamba belum menjadi manusia yang mampu menolong saudaranya sendiri." Sounds much better, isn't it?
Seriously, all the last script what Joker said on the Murphy shows is insanely true. Lately, orang-orang sering bersembunyi di balik "memberi masukan" dalam memberi komentar, tapi lupa bahwa yang paling penting sebenarnya adalah 'mendengarkan' dan 'empati'.
Cukup kita berkaca dari dua media sosial teranyar yang ada di hape kita masing-masing.
Facebook - "Apa yang Anda pikirkan?"
Twitter - "Apa yang sedang terjadi?"
See something related? Yap! Kita semua ingin bercerita, kita semua ingin memberi tahu orang lain tentang ini dan itu dalam kehidupan kita. Pernah gak ngerasa, setelah menulis sesuatu di media sosial, kita lebih antusias dengan jumlah like daripada komentar? Pernah gak ngerasa, hanya cukup membaca komentar orang dan tidak ingin membalasnya? Pernah gak ngerasa, membalas komentar orang hanya dengan jawaban singkat atau bahkan sekedar emotikon? Pernah gak ngerasa tersentuh saat teman lama atau saudara jauh mengirimkan pesan selamat ulang tahun? Say yes, and then you know what you/we actually need.
Dan fakta lainnya adalah tempat paling rahasia, tempat paling mahal, sekaligus tempat paling berbahaya pada tubuh manusia ada di dalam pikirannya. Dan salah satu cara mengontrolnya adalah dengan berbagi. Itu kenapa ISIS mencari pengikut dengan cara 'cuci otak'. Gw juga ingat pernah duduk sama seorang teman kerja yang suaminya berkarya sebagai pendeta, kalimat beliau masih terngiang jelas di kepala, "Lia, keterbukaan adalah awal dari penyembuhan." Gw gatau itu kalimat dari alkitab atau gimana, but wisely said.
Jika kembali ke pengalaman pribadi, maka gw panggil barisan para mantan yang tentu semua masih hidup. Alasan pertama yang membuat mereka semua jatuh dalam pelukan wanita biasa-biasa ini adalah "nyambung saat berbicara" yang berujung kenyamanan. Mantan yang tidak merasa pernyataan ini benar, boleh unjuk rasa. Mulai dari brondong, seumuran, duda, agama apapun, lokal atau bule, semua mengutarakan hal yang sama.
Bukan hanya tentang orang dekat. Gw bulan lalu pernah duduk lebih dari 3 jam dengan seorang atasan (baru) di tempat kerja. Dalam kesempatan itu gw bisa tahu dengan lengkap kehidupan nya dari kecil hingga kini, bahkan kehidupan keluarga istrinya. Orang-orang easily berpikir, "Wah Lia simpenan bos." tanpa melihat seorang manusia sedang kekurangan apresiasi dalam hidupnya. Ya tebak menurut lo aja, saran atau masukan apa yang dibutuhkan atasan dari gadis berikut bawahannya, sehingga rela komat kamit cerita berjam-jam? Nothing but to be heard!
Contoh lain, beberapa teman pasti tahu, tentang seorang unit owner (bule) di hotel tempat gw pernah bekerja. Doi gak pernah absen ngajak gw ketemu kalau ke Bali dan selalu niat ngirim pesan panjang tentang apa saja saat berjauhan. Lagi-lagi orang easily mikir, "Wah, Lia pecunnya owner." tanpa melihat kenyataan "Mengapa ya bule yang berduit gitu niat banget sering jalan sama Lia yang padahal gak ada cantiknya, gak semok, dan gak pintar?" Come on girls, gak cuma satu lubang yang bisa dijual! Kuping tuh bolong!
Dan lain, lain, lain, yang gak mungkin dan juga gak perlu gw sebutkan satu persatu.
So, please. Kalau kalian masih berpikir ini adalah masalah yang sepele, maka percayalah, suami kalian bakal selingkuh, anak kalian malas berada di rumah, atau istri kalian ternyata mengandung anak dari laki-laki lain (ops!). Somehow the worst bukan hanya tentang kehilangan orang yang kita sayang, tapi tentang kehilangan dan menyakiti diri kita sendiri.
Anyway, kalau masih ada yang belum ngerti, boleh traktir gw ngopi. Adalah sebuah kebanggaan untuk mampu meluangkan waktu berbicara tentang masalah ini, masalah kita, dan jangan sampai jadi masalah anak cucu kita juga.
Tabik,
Joker!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro