Apapun status atau pekerjaan kita, merupakan kebanggaan tersendiri seandainya
kita mendapat respek yang bagus dari orang-orang di sekitar kita.
Masalahnya,
respek seperti apa yang kita harapkan? Apakah kita ingin menerima respek dan
sikap hormat yang tulus? Ataukah kita ingin menerima respek dan sikap hormat
yang dibuat-buat?
Untuk
menciptakan manusia-manusia yang pura-pura hormat kepada kita itu gampang.
Gunakan kekuasan kita untuk menekan mereka. Sebaliknya, untuk membuat mereka
memiliki sikap hormat dan respek yang tulus bukan diperlukan tongkat tapi
kasih. Bukan diperlukan sikap otoriter, tapi sikap melayani. Bukan dengan
ancaman, tapi dengan teladan.
Kebesaran
tidak terletak dalam menjadi kuat, melainkan dalam menggunakan kekuatan dengan
benar. Alkitab dengan jelas memaparkan prinsip ini. “Barangsiapa ingin
menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mrk 10 : 43). Maka
sikap hormat dan respek tulus yang kita harapkan akan tercermin dari sikap kita
kepada mereka. Semuanya berpulang kepada diri kita sendiri.
Yesus
mengajarkan suatu hal yang berbeda dengan pakem yang ada di masyarakat saat itu
(pada kutipan alktitab), dan bahkan juga sebagian besar pakem saat ini. Tetapi
Yesus tidak asal bicara tentang hal ini. Teladan nyata ditunjukkanNya pada
perayaan Kamis Putih. Yesus merendahkan diriNya dengan membasuh kaki para
muridNya.
Hendaklah
kita semua untuk dapat bersikap seperti apa yang diteladankan oleh Yesus.
Hendaklah kita menjadi pemimpin dalam lingkungan kita yang mampu dan mau untuk
mengayomi orang-orang di bawahnya serta berorientasi pada wujud pelayanannya
bagi lingkungan. Marilah mohon agar kita senantiasa dapat menjadi pribadi yang
mau melayani sesama dengan tulus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro