Kali
ini gue pengen berbagi cerita tentang Jangkar dan Salib (Anchor and Cross)
Jangkar dan Salib adalah dua liontin kalung yang sudah beberapa bulan ini gue pake kemanapun, dalam kegiatan apapun, dan bertemu siapapun.
Gue
mutusin buat share ini di blog, setelah sekian kali banyak yang bertanya
tentang, “Mengapa kamu jadikan satu, liontin salib dan jangkar di kalungmu?”
Yang
pertama perlu lo tahu adalah ini : Jangkar menjadi simbol utama Kekristenan selama
periode penganiayaan Romawi. Simbol abad pertama pada awalnya bukanlah salib
tetapi jangkar.
Penggunaan
jangkar dalam Kekristenan menggemakan Ibrani
6:19-20 : "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi
jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah
masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek,
menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.”
Mengapa
Jangkar? Karena jangkar melambangkan stabilitas, ketenangan dan kekuatan.
Lalu
apa hubungannya dengan pengharapan? Pengharapan adalah jangkar bagi jiwa.
Pengharapan dan jangkar itu sesuatu yang kuat dan memberikan keamanan atau
ketenangan.
Maka
dari itu gambaran yang ditulis penulis kitab Ibrani sangat tepat menggambarkan
hal ini.
Pengetahuan
di atas juga baru gue ketahui akhir-akhir ini (dari google) untuk memperkuat
tulisan gue. Sementara sebelum gue tahu tentang makna di atas, gue udah punya
keyakinan tersendiri akan makna Jangkar dan Salib.
Menurut
gue sendiri makna nya adalah seperti ini :
Jika
berbicara tentang jangkar, maka kita berbicara tentang Laut dan Kapal.
Nah,
laut itu sendiri adalah suatu lokasi yang menakutkan dan berbahaya karena kemisteriusan
apa yang ada di dalamnya. Gue beranalogi, bahwa laut itu adalah dunia kita ini,
kehidupan kita di bumi kita ini. Dimana segala sesuatu tentang kejahatan
merajalela dan godaan untuk berbuat dosa itu adalah gelombang, hembusan angin,
atau arus laut.
Kapal
adalah analogi untuk kita manusia. Kita adalah kapal yang selalu harus berlayar
dalam kehidupan kita masing-masing untuk menuju Pulau Tujuan kita masing-masing.
Memecah hantaman gelombang dan kerasnya batu karang. Untuk tau luasnya samudra,
dalamnya lautan, bersahabat dengan ikan-ikan. Hingga akhirnya sampai di Pulau
Tujuan. Dalam hal ini, bagi saya adalah Kehidupan Abadi di Surga. Tetapi sejauh
apapun berlayar, semua kapal selalu butuh waktu untuk beristirahat, untuk
berlabuh. Dan bukankah tempat paling aman dan nyaman untuk sebuah kapal adalah
di pelabuhan? Tapi tanpa jangkar yang kuat, kapal tidak akan lihai menghindari gelombang,
arus laut, dan hembusan angin.
Sementara
itu jangkar dalam fungsi nyatanya adalah sebagai alat penambat kapal ke dasar
perairan, di laut.
Jangkar dihubungkan dengan rantai yang terbuat
dari besi ke
kapal. Jangkar didesain sedemikian kuar sehingga dapat tersangkut di dasar
perairan. Dengan adanya jangkar ini memberikan suatu jaminan stabilitas dan
kekuatan bagi kapal di tengah kondisi yang menakutkan.
Maka
dari itu jadikanlah Tuhan, dalam konteks saya yang Katolik yaitu Yesus Kristus
sebagai jangkar bagi kehidupan kita. Sebagai pedoman pembatasan pergerakan kita
pada saat kita berlabuh. Supaya kita bisa tetap berada pada kedudukan kita
walaupun ada tekanan dari arus laut, gelombang, angin, dan sebagainya.
Kemanapun
kita akan berlayar selalulah bawa Jangkar yaitu Tuhan.
Di
pulau manapun kita akan berlabuh, jadikanlah Tuhan sebagai Jangkar.
^_^
good nel... terus brkarya dgn tulisan2 nya..
BalasHapus:)
Thankyou kak, ikuti terus ceritaku ya kak, hehehe ^_^
Hapuscerita kakak keren :)
BalasHapussuka.suka.suka
Makasii dedek :)
HapusAyook saling bagi cerita^^