Dua hari ini rasa bahagiaku meningkat.
Lelah yang belakangan menggantung di persendianku
pun ikut terbang.
Aku melihat matamu. Kau melihat mataku. Dan
kau mengatakannya, dan kau menanyakannya.
Sekalipun mungkin kau hanya sekedar
melakukannya, menurutiku, dan hanya terbawa arus lelucon yang kubuat. Tapi
siang itu hatiku bergetar.
Aku tak mungkin menangisinya, kita sudah
sama-sama terlanjur, menganggap semuanya hanya lelucon.
Tapi aku betul-betul bahagia.
Bagaimana tidak? Kau memang tidak pernah
melakukan sesuatu jika bukan karna aku yang memintanya bukan?
Aku memang terlalu egois siang itu. Entah
kemana rasa malu gengsi dan harga diri kusembunyikan. Entah darimana wajah tebal
ini datang.
Ya, aku memang terlalu egois untuk bahagia,
sekalipun sendirian.
Dan ya, aku sudah terlalu lama menantikan
saat itu, sendirian.
Terimakasih sayang.
Aku menerimamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro