Bukannya mendapatkan pengakuan romantis bak
pasangan lainnya, hubungan gadis itu malah diawali dengan pengakuan bahwa kekasihnya telah banyak berbohong, bahwa dia masih punya hubungan terikat dengan mantannya, dan tidak
menganggap sang gadis sebagai pacarnya.
Lelaki itu memberikan nya juga, ternyata. Sakit,
sepi, dan air mata.
Sudah hampir 10 bulan, dan gadis itu tak bisa
berhenti memikirkannya.
Apa yang bisa gadis itu lakukan selain dengan menyuruhku menuliskannya?
Berharap suatu saat lelaki semacammu membacanya. Tak perlu kau ulang waktu dan semua cerita.
Cukup kau sisakan waktu untuk mendengar hati nya, hati gadis itu.
Itu awal yang berat untuk gadis yang baru
saja dilupakan kekasihnya. Gadis itu cukup banyak memberi semangat untuk
kekasihnya agar bisa sukses dan meraih topi hitam bersegi lima. Ketika waktunya tiba, lelaki itu berhasil
dan mengenakan toga itu dengan penuh senyum, tapi tanpa sang gadis di
sampingnya. Lelaki yang sebelumnya telah merampas paksa ciuman dari gadis itu, telah
2 bulan mengacuhkan si gadis. Sejak dia berhasil dalam ujian komprehensif terakhirnya,
selama 7 tahun berstatus mahasiswa, mereka berdua saling mengacuhkan dan sibuk dengan
urusannya masing-masing. Padahal si gadis sangat membutuhkan dukungan si lelaki
untuk menghilangkan traumanya, kecemasan dalam hatinya. Selain merampas ciuman
sang gadis, lelaki itu juga sering bertindak kasar secara fisik, dari gerakan,
hentakan, paksaan, bentakan. Hal yang selalu mengingatkannya tentang
perkelahian kedua orangtuanya di rumah. Gadis itu bersembunyi dibalik pintu dan
mengintip bagaimana kedua orangtuanya bertengkar. Gadis itu melihat tanpa air
mata botol minuman yang baru saja ia miliki, dihentakkan ke lantai dan pecah. Malam
itu, gadis itu tidur tanpa air mata di sebelah ibunya, saat ibunya tidak
memilih tidur seranjang dengan ayahnya. Besoknya seorang sahabat sang gadis
datang bermain ke rumah sesuai rencana. Gadis yang selama ini selalu kesepian
tak punya teman bermain merasa begitu senang dengan keinginan sahabatnya itu.
Akan tetapi ntah mengapa yang harus gadis itu perlihatkan kepada sahabatnya adalah
rumah yang berantakan, ember yang pecah, kursi yang patah. Sang gadis lagi-lagi
tanpa air mata menjawab pertanyaan sahabatnya dengan senyuman, bahwa
orangtuanya sedang bertengkar. Jujur demi berharap akan ada pelukan, sejak saat itu si
sahabat tidak pernah lagi berkunjung ke rumah. Karena kejadian itu, si gadis
tidak menyukai rumah, dan tidak suka mengajak teman bermain ke rumahnya. Hingga akhirnya setelah toga itu, gadis
diacuhkan, dia memilih dengan tegas meninggalkan lelaki itu. Dan bertemu
denganmu.
Kau. Pria yang tidak pernah menyentuh
apapun selain hatinya. Kau. Pria yang acapkali penuh kelembutan bicara di
telinganya. Kau. Pria yang membuatnya seketika melupakan kisah sakit, tragis,
luka, dan trauma tak jelasnya.
Tapi ntah mengapa pada akhirnya, kau juga
melukainya. Bahkan belum sempat semusim berlalu, dia lagi-lagi harus menyimpan
air matanya.
Aku. Gadis tanpa air mata.