“Lo
tiap nulis ceritanya kalau nggak tentang masa lalu bareng teman-teman pasti
tentang cinta-cintaan ala ABG. Why don’t you tell me us, how actually your
family life or maybe what your parents did?”
Itu adalah salah satu
tanggapan dari beberapa teman yang sering gue paksa buat baca tulisan-tulisan
gaje gue di blog ini. Okay, sebenarnya udah lama pengen nulis tentang keluarga.
Ada beberapa hal pengalaman pribadi gue yang layak untuk dibagi. But, kali ini
gue memutuskan untuk memulai nya dari si kepala keluarga. Yap, my daddy!
I’m calling him ‘papa’
ketika ngomong serius or ‘daddy’ ketika suasana lebih hangat atau gue lagi
pengen manja-manjaan.
Sama seperti anak-anak
lainnya, gue juga anak yang ngerasa kalau papa yang gue punya adalah papa
terbaik yang pernah gue tahu. Tapi bukan sekedar karena dia papa kandung gue,
atau karena gue anak kandung papa. Karena ketika gue memposisikan diri gue
sebagai orang lain atau anak orang lain, papa tetap masuk klasifikasi papa
terbaik, papa terhebat, papa yang serba bisa.
Dari jaman papa masih chubby, sampai sekarang, hiks |
Why? Karena setelah gue
berpikir panjang untuk mencari tahu apa sih yang papa ga bisa lakuin. Gue cuma
nemu satu hal. Pregnant. Hahaha. Gue ga mengada-ada, tapi emang faktanya,
satu-satunya hal yang papa ga bisa lakuin adalah melahirkan.
Let me mention all of it.
1. Masak.
Semua
satu keluarga gue juga tahu, seberapa pinter papa gue masak. Kepintaran papa
memasak bukan hanya karena papa tahu bagaimana cara urutan memasak, atau tahu
bumbu dan rempah yang digunakan. Tapi papa bisa membuat sebuah masakan yang
enak dengan bumbu apa adanya. Gue masih ingat, dulu waktu kecil, setiap papa
masak, gue selalu penasaran apa nama masakan papa. Dan papa sering menyebutkan
nama-nama aneh kadang bahasa Inggris, kadang bahasa mentawai, wakakaka. Bahkan
dalam hal memasak perlu gue akui, papa lebih baik daripada mama. Yang kerennya
lagi, papa tau segala jenis nama ikan dan dia tau gimana cara bedain ikan yang
baik dan yang tidak. Karena basicly papa emang besar di kabupaten Mentawai yang
berbatasan sama laut. Hihihi.
Papa lagi prepare acara bakar-bakar buat malam tahun baru |
Gue ga pernah bisa nolak mi masakan papa |
2. Bahasa.
Ini
dia hal yang paling gue banggain dari papa. Papa menguasai banyak bahasa asing
dan bahasa daerah. Fine, kerjaan dia waktu muda memang berbau guiding, hotel,
dan sering berinteraksi dengan orang asing. Mulai dari Iggris, Mandarin, sampai
Perancis. Gue masih ingat gimana bangganya gue waktu papa bercakap dengan
bahasa Mandarin sama penjual susu tahu kesukaan gue waktu SMP yang kebetulan
orang Tionghoa. Ini salah satu kelebihan papa yang sangat menginspirasi gue
buat menguasai banyak bahasa asing. Banyak orang bertanya, “kamu orang Batak ga
bisa bahasa Batak. Di rumah emang pakai bahasa apa sih sama orangtua?”. To be
honest, di rumah kita emang selalu pakai bahasa Indonesia dan juga bahasa
Inggris. Gue emang ga jago-jago amat bahasa inggris, but kebiasaan kecil itu
yang akhirnya bikin gue cepat menangkap pelajaran bahasa dan punya kepercayaan
diri yang tinggi saat berbicara.
3. Elektronik.
He
can do anything about it! I rewind it, ANYTHING! Kulkas, kipas angin, TV, AC,
lampu, mesin mobil, motor, mesin kapal, komputer, kamera, instalasi dan
semua-muanya. He can repair and for some he can make it! Papa gak punya
sertifikat darimana-mana, tapi abang sepupu gue yang kuliah teknik elektro
bikin skripsi aja minta tolong sama papa. Walaupun papa udah mulai sakit-sakitan,
tapi abang sepupu gue yang punya usaha perkapalan (penumpang & minyak) ke Mentawai,
tetap ngehubungin papa buat urusan kapal-kapal beliau. Terakhir ni ya, keluarga
gue bukan keluarga serba mampu. Tapi gue udah bisa operasiin komputer sejak SD
kelas 1 guys! Bahkan adek gue waktu itu udah tahu gimana caranya tetap bisa
main komputer walaupun udah dikasih password sama papa (cara savemode). Dan you
know, abang gue pernah juara 1 lomba olimpiade komputer se provinsi. Itu semua
gak lain ga bukan, karena papa bisa merakit komputer sendiri buat kami. Dan lately,
setelah divonis punya penyakit jantung dan paru-paru yang bikin papa gue
dilarang bawa mobil atau motor, papa merakit sepeda listriknya sendiri! HE DID
IT! Oh ya satu lagi. Papa bisa bikin instalasi listrik rumah gue yang
sebenarnya dihitung dua, tapi bisa jadi satu. Gue gatau itu curang apa nggak.
Tapi emang watt nya dinaikin, dan kita jadinya cuma bayar listrik satu rumah
aja.
Sebagai awam, perlengkapan kamera papa cukup lengkap |
Ini dia sepeda listrik rakitan papa! |
4. Seni.
Untuk
kelebihan yang ini nurunnya ke kakak pertama gue. Surely, you can’t believe it!
Papa gue bisa dengan gampang memainkan alat musik. Harmonika, orgel/orgen,
gitar, piano, drum, anything else lah! Di satu sisi ini masih ada kaitannya
dengan elektronik sih. Papa juga dulu waktu muda pernah kerja di hotel untuk
bagian alat musik. Kalau masalah tarik suara, gue kasih tahu aja ni ya, mama
gue sendiri aja ngaku kalau mama jatuh cinta sama papa karena pandai menyanyi
sambil main gitar (ala-ala ABG jaman dulu banget gitu).
5. Pertukangan.
Kalau
ini ga perlu gue kasih banyak bukti deh. Cukup aja lo datang ke rumah gue dan
lo lihat sendiri. Di setiap sudut rumah gue, pasti ada-ada aja alat-alat
pertukangan, belum lagi yang bercampur dengan alat-alat elektronik papa. Bukan
cuma cangkul atau palu doang, mulai dari pemotong keramik, gerindra pengasah,
bor, huaaaaaa banyak bangeeeet cyyyn. Untuk urusan gergaji sama pisau aja papa
punya beberapa macam. Bukan karena papa orang kaya, tapi karna dia bisa bikin
pisau dia sendiri guys! Untuk rehap atau pembangunan rumah gue, papa selalu
jadi mandor yang sekaligus arsitek nya, juga sering kali turun tangan juga jadi
tukang. Hal yang paling gue salut adalah, tepat sehari sebelum papa kena stroke
(waktu gue tamat SMA), papa masih sempat rehap ngasih keramik kamar mandi dan
ngeganti kloset jongkok. Kerjaan papa ga selesai sempurna sih, ada beberapa hal
yang belum kelar dikeramik, dan sampai sekarang ga dilanjutin, sehingga gue ga
pernah lupa. Kenapa gue ga pernah lupa? Karena sejak abang gue merantau ke jakarta,
sering kali gue yang jadi tukang dalam hal ngangkat batu, ngangkut pasir/tanah,
nyaring pasir, dan bla bla bla.
6. Bercocok tanam?
Hahaha.
Setelah jago masak, papa juga jago bertanam-tanam. Kebun kecil yang kami punya
di halaman depan rumah adalah salah satu hasil tangan papa. Gue dan kakak gue,
sebagai anak gadis, sama-sama ga suka bertanam, paling cuma bantu nyapu
daun-daun. Alhasil emang papa yang sering ngurus, mulai dari guntingin yang
udah layu, perbaiki pot-pot, atau bikin potnya (hahaha), gemburin tanah,
nyiram, dan sebagainya.
Itu dia halaman kecil yang kita punya yang dirawat papa |
7. Berburu.
Ini salah satu olahraga
yang papa paling jago. Papa punya banyak senapan angin dan senjata-senjata
lainnya untuk mendukung kegiatan berburu papa. Papa bisa berburu apa saja.
Kalau di rumah, papa paling sesekali nembak burung (bukan mati, tapi cuma shock
terapi buat burung aja kok, haha). Atau tikus! Hiaaaiiks. Namanya juga rumah
gue di komplek, guys. Sering banget dimasukin tikus. Sementara kita
anak-anaknya pada ga ada yang doyan pelihara kucing, jadilah papa gue si
penembak tikus, hahaha. Kalau di luar rumah, papa biasanya berburu tupai dan
babi. Ngooook. I love pig, I love pork! Itu mengapa gue sering punya banyak
kesempatan buat cobain rasa binatang-binatang yang aneh kayak tupai, landak,
kalong, rusa atau biawak, wakakakaka.
Ini dia nih aksi papa saat berburu |
Dan ini dia dua adek cowok gue yang udah biasa megang senjata dan itu rusa hasil buru mereka |
Nah lo masih belum nerima
kalau papa gue emang papa terbaik dan terhebat dibanding papa lo semua? 7 hal
di atas baru tentang kemampuan papa secara fisik. Sekarang gue kasih tahu
gimana papa secara emosional.
1. Beragama.
Emang
semua beragama keleus, ya nggak? Hahaha. Bukan itu maksud gue. Yang gue maksud
adalah papa ga sekedar punya agama, tapi papa mengerti tentang agama, dan dia
bisa ngajarin gue dan saudara gue yang lain, termasuk mama gue tentang agama
itu sendiri. Basicly karena papa gue emang tamatan seminari sih. Itu juga yang
bikin papa cukup dikenal di kalangan pastor-pastor dan penggiat gereja.
Seminari itu semacam sekolah teologi untuk mengarahkan muridnya yang pengen
jadi pemuka agama gitu. Walaupun papa gue batal jadi pastor, setidaknya dia
tetap berbagi ilmu bahkan bisa jadi penengah saat para bapak-bapak berdebat
tentang agama di kedai-kedai kopi dekat rumah.
2. Full of love / Protective?
Dalam
beberapa hal, papa gue sama dengan kebanyakan laki-laki bersuku Batak lainnya.
Seperti berbicara keras, tertawa besar, darah tinggi, suka marah, wakakaka.
Tapi, yah gue ngerti betapa sebenarnya itu arti dari rasa sayang dia. Papa gue
pernah marah besar waktu dua adek laki-laki gue pergi main ke rumah temannya
sepulang sekolah dan ga ngasih kabar ke rumah. Papa gue pernah marah besar
waktu kakak gue dapat kesempatan tampil teater monolog dan harus pergi ke
Makasar. Papa gue sangat marah besar kalau gue minta ijin nginap di rumah orang
lain, termasuk walaupun rumah saudara sendiri. Peraturannya begini: kalau ga
urgen-urgen banget, dan selama gue masih bisa pulang dan tidur di rumah, gue
mesti tidur di rumah. Satu lagi nih, papa pernah marah sama mama karena mau
ikut ke pelabuhan buat nungguin papa gue kelar kerja. Dan lo tau alasan papa
nolak mama? “Di sana tu kamu ga tau? Orang ngomong kasar-kasar, ngomong kotor
tiap bentar, ndak baik lah di dengar anak-anak.” I’ll never forget that one.
Papa benar-benar protect. Dan emang benar guys, kami berlima emang ga pernah
kenal kata carut marut dalam keluarga. Gue sendiri baru kenal istilah-istilah
kotor itu waktu SMP, ketika berbaur sama lebih banyak teman dengan lebih banyak
latar belakang. Dan walaupun begitu, kita semua berlima (anak) ga pernah
terpengaruh untuk punya kebiasaan berbicara kotor. Lo ga tau deh gimana
ekspresi mama gue ketika kami bahkan cuma bilang, “mampus!” waktu nonton
sinetron Indonesia yang pemeran antagonisnya nyebelin banget? hahahaha.
Papa di ultah gue yang ke 18 |
Liburan ala papa tu ya begini |
3. His pain is only his.
Kalau
urusan yang satu ini, baru gue sadari beberapa tahun belakangan. Ketika papa
sering sakit-sakitan dan masuk rumah sakit. Sehingga papa juga mulai berhenti
bekerja dan tidak seproduktif dulu lagi. Sementara mama mulai kerja di luar
kota Padang. Awalnya waktu gue SMA, mama kerja di Bukittinggi. Tapi 4 tahun
belakangan mama dimutasikan ke Pekanbaru. Intinya sama aja, mama itu pegawai
PJKA alias Pulang Jumat Kembali Ahad. Pulang ke rumah sekali seminggu, yaitu
hari Sabtu dan Minggu. Sehingga papa gue yang secara fisik makin tak berdaya,
secara emosional pun mulai melemah karena kurang perhatian mama. Dan sejak gue
kuliah, di rumah gue jadi anak paling tua, karena kakak dan abang gue pada
merantau ke Jawa. Ya, bisa dibilang gue yang paling sering menonton gimana papa
sering nyimpan ‘ketidakberdayaan’ nya jadi miliknya sendiri. Walau udah kena
stroke dan masuk rumah sakit, papa masih sempat bilang ke gue, kalau jangan
dulu dikasih tau mama. Atau kalau papa masuk rumah sakitnya hari Rabu, papa pasti
nyuruh gue bilang ke mama kalau papa baik-baik aja dan mama pulang ke Padangnya
hari Jumat aja kayak biasa. I watched everytime he try so hard to be the
strongest daddy! And banyak hal lain tentang papa yang suka nahan perasaannya
sendiri, yang sering banget bikin gue speechless. Papa yang menginspirasi gue
untuk ga mudah bersedih atau menangis, dan ya sekalipun harus menangis kalau
bisa jangan di depan orang banyak.
another day papa masuk UGD |
Udah nginap di RS pun tetep minta dibawain laptop, modem, bahkan kamera, bzz |
Ini another day papa nginap di HCU |
Gimana guys? Udah bisa
nerima kenyataan kalau sebenarnya papa yang lo punya bukan papa terhebat yang
pernah ada? Hahaha. Jangan gitu juga sih, at least papa gue tetap manusia
biasa, yang juga punya kelemahan. Tapi ya lo lihat aja, dengan semua kelebihan
yang papa milikin, kelemahan macam apa yang ga bisa gue maafin?
Masih banyak tetek bengek
tentang papa yang sebenarnya pengen gue ceritain. Karena sebagai penonton
sejati papa sejak kecil, gue ga pernah kehabisan cerita tentang papa. Tapi
berhubung ini aja udah 6 halaman, mending kita bahas di kesempatan berikutnya
aja ya.
Gue berterimakasih banget
sama Tuhan, karena kasih gue kesempatan jadi anaknya papa. Jadi anak dari papa
terhebat dan terbaik yang pernah hidup di dunia. I love you, daddy! Keep
strong, because I’ll always there!
Ultah papa ke-60 |
Your little daughter, XOXO.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHehe makasis masbro. Wah turut berduka cita masbro, tetap semangat! Papa aku juga penyakitnya jantung. Syukurlah, sampai hari ini msh bertahan. Oke masbro, thankyou :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus