Jumat, 28 September 2012

Takut !


Kali pertama aku menangis ketakutan, terjadi hari demi hari.
Bukan. Ini bukan tentang cerita hantu, setan, atau semacamnya. Bukan. Ini juga bukan tentang kisah-kisah cinta dan penantian yang tak kunjung berakhir. Ini jauh lebih horor daripada bayangan-bayangan seperti itu. Ini tentang ketakutanku akan kegagalan, penundaan kesuksesanku.
Ya Tuhan..
Kalau memang aku berhak untuk jalan itu, aku mohon ikhlaskan dan bukalah hati dan pikiran kedua orangtuaku. Semuanya akan jauh lebih sakit, ketika ternyata aku berhak akan sesuatu yang tidak menurut mereka. Aku sudah mengalaminya, dan aku rasa tidak perlu ada kali kedua untuk perasaan sakit seperti itu, seperti dua tahun yang lalu. Dan kalau ternyata belum saatnya, ikhlaskanlah hati dan pikiran semua orang yang telah berharap. Berilah kelapangan yang luar biasa di dadaku, untuk mengerti bahwa usahaku masih perlu ditingkatkan lagi.
Amin.
Doa yang tak hentinya kupanjatkan, kapanpun rasa takut mendera menyiksa dan menggetirkan setiap darah yang mengalir di tubuhku. Aku yakin aku sanggup, begitu pikirku dulu. Tapi ntah mengapa, ketika waktu penentuan semakin dekat, rasa takut itu menggelantung di sudut kerongkonganku. Membuatku merasa gatal dan tidak nyaman saat makan. Ini kali pertama aku merasa takut gagal.
Aku berusaha menerka-nerka, apa penyebab semua perasaan ini. Hari demi hari, kusadari satu persatu harapan dari mereka. Hari demi hari, tak berhenti bibir mereka bertanya. Hari demi hari, tak berhenti mereka menyemangatiku, meyakinkan aku pasti bisa. Hari demi hari, kurasakan mereka memaksaku untuk bisa.
Di satu sisi memang menjadi sosok yang membanggakan ketika banyak orang yang berharap padamu. Apalagi jika harapan itu adalah harapan-harapan besar untuk beberapa orang. Tapi di sisi lain, kenyataan itu sungguh menyiksa. Kenyataan bahwa peluang gagal itu pasti ada seperti menertawakan kemalasanku setiap harinya. Bayangan-bayangan wajah kecewa mereka menghantui mimpi-mimpi malamku. Ilusi cemooh-semooh dari orang yang membenciku pun mengintimidasi semangatku. Arrghh!!
Ini bukan sebuah kesuksesan besar sebenarnya. Sekalipun ini sebuah kesuksesan besar, ini bukanlah kesuksesan satu-satunya yang ada. Inipun jelas bukan penentu hidup dan matiku. Itulah yang terus aku tekankan setiap hari. Berusaha menjalani hari-hariku seperti biasanya. Menikmati segala sesuatunya dengan santai seperti biasanya.  Tetap berusaha meringankan langkah dan rajin berdoa.
Dan waktupun berjalan, tinggal 66 hari lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro