Sabtu, 28 Maret 2015

Ada Yang Lebih Hebat Dari Papa Gue?

“Lo tiap nulis ceritanya kalau nggak tentang masa lalu bareng teman-teman pasti tentang cinta-cintaan ala ABG. Why don’t you tell me us, how actually your family life or maybe what your parents did?”

Itu adalah salah satu tanggapan dari beberapa teman yang sering gue paksa buat baca tulisan-tulisan gaje gue di blog ini. Okay, sebenarnya udah lama pengen nulis tentang keluarga. Ada beberapa hal pengalaman pribadi gue yang layak untuk dibagi. But, kali ini gue memutuskan untuk memulai nya dari si kepala keluarga. Yap, my daddy!

I’m calling him ‘papa’ ketika ngomong serius or ‘daddy’ ketika suasana lebih hangat atau gue lagi pengen manja-manjaan.

Sama seperti anak-anak lainnya, gue juga anak yang ngerasa kalau papa yang gue punya adalah papa terbaik yang pernah gue tahu. Tapi bukan sekedar karena dia papa kandung gue, atau karena gue anak kandung papa. Karena ketika gue memposisikan diri gue sebagai orang lain atau anak orang lain, papa tetap masuk klasifikasi papa terbaik, papa terhebat, papa yang serba bisa.

Dari jaman papa masih chubby, sampai sekarang, hiks

Why? Karena setelah gue berpikir panjang untuk mencari tahu apa sih yang papa ga bisa lakuin. Gue cuma nemu satu hal. Pregnant. Hahaha. Gue ga mengada-ada, tapi emang faktanya, satu-satunya hal yang papa ga bisa lakuin adalah melahirkan.

Let me mention all of it.

1. Masak.
Semua satu keluarga gue juga tahu, seberapa pinter papa gue masak. Kepintaran papa memasak bukan hanya karena papa tahu bagaimana cara urutan memasak, atau tahu bumbu dan rempah yang digunakan. Tapi papa bisa membuat sebuah masakan yang enak dengan bumbu apa adanya. Gue masih ingat, dulu waktu kecil, setiap papa masak, gue selalu penasaran apa nama masakan papa. Dan papa sering menyebutkan nama-nama aneh kadang bahasa Inggris, kadang bahasa mentawai, wakakaka. Bahkan dalam hal memasak perlu gue akui, papa lebih baik daripada mama. Yang kerennya lagi, papa tau segala jenis nama ikan dan dia tau gimana cara bedain ikan yang baik dan yang tidak. Karena basicly papa emang besar di kabupaten Mentawai yang berbatasan sama laut. Hihihi.

Papa lagi prepare acara bakar-bakar
buat malam tahun baru
Gue ga pernah bisa nolak mi masakan papa


2. Bahasa.
Ini dia hal yang paling gue banggain dari papa. Papa menguasai banyak bahasa asing dan bahasa daerah. Fine, kerjaan dia waktu muda memang berbau guiding, hotel, dan sering berinteraksi dengan orang asing. Mulai dari Iggris, Mandarin, sampai Perancis. Gue masih ingat gimana bangganya gue waktu papa bercakap dengan bahasa Mandarin sama penjual susu tahu kesukaan gue waktu SMP yang kebetulan orang Tionghoa. Ini salah satu kelebihan papa yang sangat menginspirasi gue buat menguasai banyak bahasa asing. Banyak orang bertanya, “kamu orang Batak ga bisa bahasa Batak. Di rumah emang pakai bahasa apa sih sama orangtua?”. To be honest, di rumah kita emang selalu pakai bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris. Gue emang ga jago-jago amat bahasa inggris, but kebiasaan kecil itu yang akhirnya bikin gue cepat menangkap pelajaran bahasa dan punya kepercayaan diri yang tinggi saat berbicara.

3. Elektronik.
He can do anything about it! I rewind it, ANYTHING! Kulkas, kipas angin, TV, AC, lampu, mesin mobil, motor, mesin kapal, komputer, kamera, instalasi dan semua-muanya. He can repair and for some he can make it! Papa gak punya sertifikat darimana-mana, tapi abang sepupu gue yang kuliah teknik elektro bikin skripsi aja minta tolong sama papa. Walaupun papa udah mulai sakit-sakitan, tapi abang sepupu gue yang punya usaha perkapalan (penumpang & minyak) ke Mentawai, tetap ngehubungin papa buat urusan kapal-kapal beliau. Terakhir ni ya, keluarga gue bukan keluarga serba mampu. Tapi gue udah bisa operasiin komputer sejak SD kelas 1 guys! Bahkan adek gue waktu itu udah tahu gimana caranya tetap bisa main komputer walaupun udah dikasih password sama papa (cara savemode). Dan you know, abang gue pernah juara 1 lomba olimpiade komputer se provinsi. Itu semua gak lain ga bukan, karena papa bisa merakit komputer sendiri buat kami. Dan lately, setelah divonis punya penyakit jantung dan paru-paru yang bikin papa gue dilarang bawa mobil atau motor, papa merakit sepeda listriknya sendiri! HE DID IT! Oh ya satu lagi. Papa bisa bikin instalasi listrik rumah gue yang sebenarnya dihitung dua, tapi bisa jadi satu. Gue gatau itu curang apa nggak. Tapi emang watt nya dinaikin, dan kita jadinya cuma bayar listrik satu rumah aja.


Sebagai awam, perlengkapan kamera papa cukup lengkap

Ini dia sepeda listrik rakitan papa!

4. Seni.
Untuk kelebihan yang ini nurunnya ke kakak pertama gue. Surely, you can’t believe it! Papa gue bisa dengan gampang memainkan alat musik. Harmonika, orgel/orgen, gitar, piano, drum, anything else lah! Di satu sisi ini masih ada kaitannya dengan elektronik sih. Papa juga dulu waktu muda pernah kerja di hotel untuk bagian alat musik. Kalau masalah tarik suara, gue kasih tahu aja ni ya, mama gue sendiri aja ngaku kalau mama jatuh cinta sama papa karena pandai menyanyi sambil main gitar (ala-ala ABG jaman dulu banget gitu).

5. Pertukangan.
Kalau ini ga perlu gue kasih banyak bukti deh. Cukup aja lo datang ke rumah gue dan lo lihat sendiri. Di setiap sudut rumah gue, pasti ada-ada aja alat-alat pertukangan, belum lagi yang bercampur dengan alat-alat elektronik papa. Bukan cuma cangkul atau palu doang, mulai dari pemotong keramik, gerindra pengasah, bor, huaaaaaa banyak bangeeeet cyyyn. Untuk urusan gergaji sama pisau aja papa punya beberapa macam. Bukan karena papa orang kaya, tapi karna dia bisa bikin pisau dia sendiri guys! Untuk rehap atau pembangunan rumah gue, papa selalu jadi mandor yang sekaligus arsitek nya, juga sering kali turun tangan juga jadi tukang. Hal yang paling gue salut adalah, tepat sehari sebelum papa kena stroke (waktu gue tamat SMA), papa masih sempat rehap ngasih keramik kamar mandi dan ngeganti kloset jongkok. Kerjaan papa ga selesai sempurna sih, ada beberapa hal yang belum kelar dikeramik, dan sampai sekarang ga dilanjutin, sehingga gue ga pernah lupa. Kenapa gue ga pernah lupa? Karena sejak abang gue merantau ke jakarta, sering kali gue yang jadi tukang dalam hal ngangkat batu, ngangkut pasir/tanah, nyaring pasir, dan bla bla bla.

6. Bercocok tanam?
Hahaha. Setelah jago masak, papa juga jago bertanam-tanam. Kebun kecil yang kami punya di halaman depan rumah adalah salah satu hasil tangan papa. Gue dan kakak gue, sebagai anak gadis, sama-sama ga suka bertanam, paling cuma bantu nyapu daun-daun. Alhasil emang papa yang sering ngurus, mulai dari guntingin yang udah layu, perbaiki pot-pot, atau bikin potnya (hahaha), gemburin tanah, nyiram, dan sebagainya.

Itu dia halaman kecil yang kita punya yang dirawat papa


7. Berburu.
Ini salah satu olahraga yang papa paling jago. Papa punya banyak senapan angin dan senjata-senjata lainnya untuk mendukung kegiatan berburu papa. Papa bisa berburu apa saja. Kalau di rumah, papa paling sesekali nembak burung (bukan mati, tapi cuma shock terapi buat burung aja kok, haha). Atau tikus! Hiaaaiiks. Namanya juga rumah gue di komplek, guys. Sering banget dimasukin tikus. Sementara kita anak-anaknya pada ga ada yang doyan pelihara kucing, jadilah papa gue si penembak tikus, hahaha. Kalau di luar rumah, papa biasanya berburu tupai dan babi. Ngooook. I love pig, I love pork! Itu mengapa gue sering punya banyak kesempatan buat cobain rasa binatang-binatang yang aneh kayak tupai, landak, kalong, rusa atau biawak, wakakakaka.

Ini dia nih aksi papa saat berburu

Dan ini dia dua adek cowok gue yang udah biasa
megang senjata dan itu rusa hasil buru mereka

Nah lo masih belum nerima kalau papa gue emang papa terbaik dan terhebat dibanding papa lo semua? 7 hal di atas baru tentang kemampuan papa secara fisik. Sekarang gue kasih tahu gimana papa secara emosional.

1.  Beragama.
Emang semua beragama keleus, ya nggak? Hahaha. Bukan itu maksud gue. Yang gue maksud adalah papa ga sekedar punya agama, tapi papa mengerti tentang agama, dan dia bisa ngajarin gue dan saudara gue yang lain, termasuk mama gue tentang agama itu sendiri. Basicly karena papa gue emang tamatan seminari sih. Itu juga yang bikin papa cukup dikenal di kalangan pastor-pastor dan penggiat gereja. Seminari itu semacam sekolah teologi untuk mengarahkan muridnya yang pengen jadi pemuka agama gitu. Walaupun papa gue batal jadi pastor, setidaknya dia tetap berbagi ilmu bahkan bisa jadi penengah saat para bapak-bapak berdebat tentang agama di kedai-kedai kopi dekat rumah.

2. Full of love / Protective?
Dalam beberapa hal, papa gue sama dengan kebanyakan laki-laki bersuku Batak lainnya. Seperti berbicara keras, tertawa besar, darah tinggi, suka marah, wakakaka. Tapi, yah gue ngerti betapa sebenarnya itu arti dari rasa sayang dia. Papa gue pernah marah besar waktu dua adek laki-laki gue pergi main ke rumah temannya sepulang sekolah dan ga ngasih kabar ke rumah. Papa gue pernah marah besar waktu kakak gue dapat kesempatan tampil teater monolog dan harus pergi ke Makasar. Papa gue sangat marah besar kalau gue minta ijin nginap di rumah orang lain, termasuk walaupun rumah saudara sendiri. Peraturannya begini: kalau ga urgen-urgen banget, dan selama gue masih bisa pulang dan tidur di rumah, gue mesti tidur di rumah. Satu lagi nih, papa pernah marah sama mama karena mau ikut ke pelabuhan buat nungguin papa gue kelar kerja. Dan lo tau alasan papa nolak mama? “Di sana tu kamu ga tau? Orang ngomong kasar-kasar, ngomong kotor tiap bentar, ndak baik lah di dengar anak-anak.” I’ll never forget that one. Papa benar-benar protect. Dan emang benar guys, kami berlima emang ga pernah kenal kata carut marut dalam keluarga. Gue sendiri baru kenal istilah-istilah kotor itu waktu SMP, ketika berbaur sama lebih banyak teman dengan lebih banyak latar belakang. Dan walaupun begitu, kita semua berlima (anak) ga pernah terpengaruh untuk punya kebiasaan berbicara kotor. Lo ga tau deh gimana ekspresi mama gue ketika kami bahkan cuma bilang, “mampus!” waktu nonton sinetron Indonesia yang pemeran antagonisnya nyebelin banget? hahahaha.

Papa di ultah gue yang ke 18
Liburan ala papa tu ya begini














3. His pain is only his.
Kalau urusan yang satu ini, baru gue sadari beberapa tahun belakangan. Ketika papa sering sakit-sakitan dan masuk rumah sakit. Sehingga papa juga mulai berhenti bekerja dan tidak seproduktif dulu lagi. Sementara mama mulai kerja di luar kota Padang. Awalnya waktu gue SMA, mama kerja di Bukittinggi. Tapi 4 tahun belakangan mama dimutasikan ke Pekanbaru. Intinya sama aja, mama itu pegawai PJKA alias Pulang Jumat Kembali Ahad. Pulang ke rumah sekali seminggu, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Sehingga papa gue yang secara fisik makin tak berdaya, secara emosional pun mulai melemah karena kurang perhatian mama. Dan sejak gue kuliah, di rumah gue jadi anak paling tua, karena kakak dan abang gue pada merantau ke Jawa. Ya, bisa dibilang gue yang paling sering menonton gimana papa sering nyimpan ‘ketidakberdayaan’ nya jadi miliknya sendiri. Walau udah kena stroke dan masuk rumah sakit, papa masih sempat bilang ke gue, kalau jangan dulu dikasih tau mama. Atau kalau papa masuk rumah sakitnya hari Rabu, papa pasti nyuruh gue bilang ke mama kalau papa baik-baik aja dan mama pulang ke Padangnya hari Jumat aja kayak biasa. I watched everytime he try so hard to be the strongest daddy! And banyak hal lain tentang papa yang suka nahan perasaannya sendiri, yang sering banget bikin gue speechless. Papa yang menginspirasi gue untuk ga mudah bersedih atau menangis, dan ya sekalipun harus menangis kalau bisa jangan di depan orang banyak.

another day papa masuk UGD
Udah nginap di RS pun tetep minta dibawain laptop,
modem, bahkan kamera, bzz

Ini another day papa nginap di HCU 

Gimana guys? Udah bisa nerima kenyataan kalau sebenarnya papa yang lo punya bukan papa terhebat yang pernah ada? Hahaha. Jangan gitu juga sih, at least papa gue tetap manusia biasa, yang juga punya kelemahan. Tapi ya lo lihat aja, dengan semua kelebihan yang papa milikin, kelemahan macam apa yang ga bisa gue maafin?

Masih banyak tetek bengek tentang papa yang sebenarnya pengen gue ceritain. Karena sebagai penonton sejati papa sejak kecil, gue ga pernah kehabisan cerita tentang papa. Tapi berhubung ini aja udah 6 halaman, mending kita bahas di kesempatan berikutnya aja ya.

Gue berterimakasih banget sama Tuhan, karena kasih gue kesempatan jadi anaknya papa. Jadi anak dari papa terhebat dan terbaik yang pernah hidup di dunia. I love you, daddy! Keep strong, because I’ll always there!
Ultah papa ke-60

Your little daughter, XOXO. 

Ultah papa ke-59


3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe makasis masbro. Wah turut berduka cita masbro, tetap semangat! Papa aku juga penyakitnya jantung. Syukurlah, sampai hari ini msh bertahan. Oke masbro, thankyou :)

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro