Kamis, 26 Maret 2015

Pakai Foto Mantan Jadi Lockscreen?

Dan untuk kesekian kalinya gue ketemu sama pertanyaan, “Kenapa sih, pake acara majang foto mantan lo jadi lockscreen? Balikan juga kagak.”

Berbagai jawaban aneh pernah gue lontarin.

“Ga tau ya? Kita beneran balikan keles.”

“Emang suka aja masang moto mantan jadi lockscreen, tiap minggu gue gilir kok sama mantan yang lain.”

“Buat asik-asikan aja, biar ga dibilang jomblo. Capek gue dicomblangin terus sama cowok-cowok aneh.”

“Motivasi aja coy. Kalau lihat foto mantan, kan kita jadi lebih semangat buat sukses. Buat buktiin ke dia kalau dia nyesal pernah ninggalin kita.”

Dan sejuta jawaban ngasal lainnya yang selalu tanpa persiapan langsung keluar lancar dari bibir gue. Diikuti dengan cengengesan kecil agar jawaban gue ditanggapi dengan setengah bercanda setengah serius.

But, basicly, to be honest, gue ga pernah balikan sama si mantan. Jangankan balikan, kontakan aja paling cuma dua kali setahun, itupun lewat text yang ga lebih dari 5 kali balas-balasan. Gue juga ga pernah gilir foto mantan gue yang lain buat jadi lockscreen. Dan ga ada juga yang pernah comblangin gue sama cowok-cowok aneh. Kalau masalah ngasih motivasi? Hmm, bisa jadi. Kadang bekerja sih. But that’s not the point. Hehe.

Lah, lalu kenapa?

Sederhana. Ada dua poin aja. Tapi ceritanya bakal panjang karna mesti masang iklan dan make intercourse sana sini dulu biar rame wakakakaa.

First point, sebagai orang yang suka selfie jauh sebelum istilah ‘selfie’ itu ada, gue ga pernah menyukai foto orang lain lebih daripada rasa suka gue ke foto gue sendiri. Ngerti gak? Ya, foto selfie yang paling gue suka adalah foto gue sendiri. Mau artis kek, mau presiden kek, mau wanita nomor cantik sedunia kek, i don’t care. Foto selfie gue tetap yang nomor satu.

Tapi setelah kejadian sore itu, sekitar 4 tahun lalu, di halaman belakang Gereja, ada satu foto yang mencuri perhatian gue. Yap, he is. Pertanyaannya adalah ‘kenapa?’ atau ‘kok bisa?’.

Sederhana.

Karena senyum dia yang setengah tertawa itu was so real dan the luckiest photographer nya itu adalah gue! Waktu itu kita emang janjian buat bikin sesi pemotretan kecil-kecilan, karena doi mau ngedaftar ajang tarik suara yang semua orang tau ‘Indonesia Idol’. Puluhan foto gue ambil dalam kondisi doi sadar atau nggak. Malamnya waktu gue lihat ulang hasil semua foto, gue tertegun sama satu foto. Latar belakang dinding yang putih membuat garis tubuhnya lebih menonjol dan kelihatan real. Dan that smile! Dagunya yang sedikit naik juga semakin mendukung senyumnya jadi terlihat nyata. Senyum lebar (sekali) yang setengah tertawa itu memamerkan gigi putihnya yang terpampang sumringah.

Selain karena memang itu membuat kecakepannya terpancar, but you know why exactly I am getting falling in love with it? The memory.

Kenangan bahwa senyum indah itu muncul karena gue yang sebagai fotografer sekaligus si pengarah gaya. Gue yang dengan cerewet meminta dia buat tersenyum lebih santai, bergaya lebih natural, dan segala macamnya, sehingga akhirnya dia tertawa seperti itu. Walaupun kenyataannya gue sendiri lupa sebenarnya waktu itu dia tertawa karena kata-kata gue yang mana. Tapi foto itu setidaknya membuktikan bahwa ada momen dimana dia (sebagai orang lain) senang, dia bahagia, dan dia tertawa secakep itu, karena gue. Ya, karena gue.

I know, lo pasti berpikir biasa aja, toh saat itu doi pacar gue, ya pantas dong tertawa manis di depan ceweknya? No no no. Itu ga biasa buat doi. Doi yang pernah dua kali jadi pacar gue (putus sekian lama terus nyambung lagi) adalah cowok paling cuek sedunia yang pernah jadi pacar gue. Kata romantis? No. Puji-pujian? No. Sentuhan-sentuhan hangat? No. Cerita humor? No.

Saking cueknya, gue bisa sangat senang (melonjak-lonjak) walau dia cuma ngirimin text ‘udah makan dek?’. Dan finally ya emang cuek tingkat dewa nya itu yang bikin kita bubar (lagi).

Ya, itulah poin pertama nya. Foto itu adalah bukti bahwa pernah ada orang lain yang pernah bahagia karna gue. Sebagai gadis yang cinta dengan kemanusiaan, gue adalah adalah sosok penjunjung tinggi ‘kebahagiaan orang lain’. Dan kebahagiaan gue diukur dengan sejauh apa gue pernah ngebuat orang lain bahagia.

Okay. And the second point is....

Alasan ini sebenarnya muncul baru beberapa bulan belakangan. Awal tahun 2015. Mungkin kemunculannya akibat gue terlalu lama dan sering melakukan introspeksi diri di awal-awal tahun. He is the best guy I ever have as boyfriend. Why? Because from 7 of my ex-bf, only him who never cheat on me! Pasti terdengar terlalu mengada-ada kan? No! Itu fakta.

1. Gue pernah ngerasain cowok gue yang nangis di depan umum karna katanya cinta banget sama gue, tapi besoknya malah jadian sama teman cewe yang masih sekelas sama gue.
2. Gue masih ingat jelas gimana waktu jadian sama junior yang gataunya sebulan kemudian diam-diam juga jadian sama junior gue yang lain.
3. Gue pernah tau gimana rasanya cowok gue ninggalin gue tanpa kejelasan, eh tiba-tiba udah jadian sama senior gue.
4. Gue tau sakitnya terima kenyataan cowok gue belum benar-benar putus dengan mantannya dan di lain waktu juga diam-diam pergi jalan sama mantannya yang lain.
5. Gue juga bisa jelasin gimana shocknya waktu tahu cowok gue yang katanya penuh pengorbanan nempuh jarak pekanbaru-padang cuma buat ketemu gue, ternyata cuma jadiin gue sebagai pelarian supaya mantannya cemburu dan mau balikan lagi sama dia.
6. Dan terakhir, gue bisa dapat nominasi cewek tersabar dalam ‘love awards’ ketika tahu dan menerima dengan sadar kalau cowok gue masih tinggal satu kontrakan sama mantannya (ya walaupun satu atap beda kamar ya guys, but who knows kan?)

Itu baru dari 7 mantan yang statusnya gue akui, belum lagi ditambah mantan yang statusnya disamakan, belum lagi cowok yang cuma pedekate doang.

BUAHAHAHA. I am so bitchy, right?

Ya begitulah. Setiap ngelihat foto 6 mantan gue di atas, yang gue ingat lebih banyak pasti tentang wajah cewek selingkuhannya, atau wajah mantan ceweknya, atau wajah cewek dia berikutnya, atau apalah. Sekalipun mungkin dia udah nempuh Pekanbaru-Padang pakai kecelakaan, udah nangis di depan umum, udah hujan-hujanan basah kuyup cuma buat jemput gue pulang les, udah rela tiap hari nembus jarak 60 km karna mesti antar jemput gue dan bisa jalan sama gue, bahkan walaupun akhirnya dia udah jelas-jelas lebih milih gue daripada cewek lain.

Sebagaimanapun pengorbanan yang udah doi-doi lakukan, I can’t rid of it. Pernah sih, gue belajar memaafkan dan mengikhlaskan, trus melanjutkan hubungan, tapi ya tetep aja. Ketika doi megang tangan gue, gue pasti kebayang kalau doi juga pernah megang tangan cewe selingkuhannya atau mantannya. Ketika kita makan bakso kesukaan doi, gue pasti kepikiran doi juga sering makan di sini bareng mantannya. Dan begitu seterusnya. Hidup gue ga pernah jauh dari bayang-bayang wajah wanita lain. Secinta apapun gue ke si doinya.

That’s why. Cuma doi, satu-satunya cowok yang dapat award ‘paling setia’ di nominasi mantan gue. Terlepas dari gue memang cewek pertama doi. Tapi gue yakin gue ga mungkin cinta pertama doi, karna kita jadian waktu umur 20 tahun. Dan setelah kita putus, doi ga pernah jadian sama cewek lain. Gatau deh mungkin dia pernah pedekate atau udah nembak cewek lain tapi ditolak? Buahahaha.

Sejak dua bulan putus dari mantan terakhir, gue selalu pakai foto doi yang gue paling suka sebagai lockscreen gue. Sejak dua minggu lalu, waktu kepoin instagram doi dan ngelihat doi ngepost foto selfie doi lagi ngantor (doi jarang banget selfie bok!) gue langsung save and ganti lockscreennya sama foto terbaru itu. Rasanya fresh banget tiap selesai ngelihatin foto doi.

Dan yaaaaaah, sering batin gue bertanya ‘apakah gue sebenarnya masih nyimpen perasaan sama doi atau pengen balikan?’

Ntahlah. Dalam artian begini. Ya, kalau dibilang kangen atau pengen ketemu, emang gue kangen doi dan rasanya pasti seneng banget kalo bisa ketemu lagi. Tapi kalau ditanya pengen jadian alias balikan lagi? Gue ga yakin hubungan itu bakalan manis, mengingat kita udah berpisah lama banget dan gue udah terlanjur ngerasa bitchy karna udah pernah jadian sama banyak cowok. Gue juga ga yakin hubungan itu bakalan hangat, karena kayaknya sifat cuek doi itu adalah karakter mutlak yang gabisa diubah.

Dan absolutely, sesuka apapun gue sama foto dia dan semanis apapun kenangan yang pernah ada, dan sesetia apapun dia menurut gue, gue ga mau dong punya pacar atau suami yang cueknya bisa bikin api-api di neraka jadi batu es semua. Buahahahaha. (amit amit jabambait, jangan sampai cyyynnnn)

And then, mau sampai kapan?

To be honest (lagi) dengan kisah lalu yang lebih banyak pahit daripada manis, gue emang lagi ngerasa bitchy banget. That's why ini kali terlama gue bisa ngejomblo. Gue ngerasa masuk fase kehilangan percaya diri for falling in love or having a date anymore (kaya di novel teenlit atau metropop gitu).

Dalam artian, gue cuma jadiin foto lockscreen buat ngebantu gue supaya bisa kembali bergairah sama makhluk adam (karna gue belum yakin juga buat jadi lesbong, hahahaha). Foto itu cuma buat yakinin diri gue sendiri, kalau sebenarnya ada (kok) bagian dari masa lalu yang pernah menghargai gue sebagai wanita seutuhnya, bukan sekedar jadi selingkuhan, yang pantas diselingkuhin, atau pelarian.

Foto itu buat ingetin gue, kalo gue ga sebitchy yang gue yakinin sekarang, dan bantu gue buat kembali bisa percaya pada cinta anak manusia. At least, kalo rasa kepercayaan diri itu datang lagi, atau mungkin God send me someone who surely will be my future, udah pasti foto itu ga bakal jadi lockscreen hape (paling cuma lockscreen hati barbie, hahaha).

Ya, foto itu cuma alarm, bahwa gue pernah bahagia, dibahagiain, dan ngebahagiain orang lain.

Hahaha, that's all. 
Have a nice day ^_^










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro