Cemburu
merupakan salah satu perasaan negatif yang paling kuat dalam sebuah hubungan.
Perasaan ini sangat manusiawi, dialami baik pria dan wanita. Hanya saja bentuk
ekspresi atau ungkapan yang tidak rasional akan mengganggu kualitas suatu
hubungan.
Memang
benar, katanya “cemburu itu tanda cinta”, sehingga berkesimpulan “tidak cemburu
berarti tidak cinta”.
Tapi....
Cinta
itu memang menyatukan, tetapi juga sekaligud membebaskan. Oleh karena itu
segala sesuatu yang menyebabkan perpecahan, menjauhkan, merenggangkan, dan
sampai memisahkan adalah bukan cinta lagi. Begitu juga, hal-hal yang membuat
pasangan merasa terkekang, tidak bebas, dirundung prasangka, merasa diawasi,
dan tidak nyaman juga merupakan hal yang bukan cinta lagi.
Jadi....
Jikalau
rasa cemburu telah membuat hubungan menjadi tidak nyaman dan tertekan, maka itu
bukan lagi “cemburu tanda cinta”.
Sebenarnya,
cemburu itu berasal dari dalam diri sendiri, bukan pada pasangan atau orang
ketiga. Cemburu berasal dari rasa tidak aman, karena membandingkan diri dengan
orang lain. Kita merasa terancam melihat orang lain lebih daripada kita. Kita
melihat kelebihan-kelebihan yang tidak ada pada diri kita.
Cemburu
itu tidak lah tanda cinta, melainkan tanda seorang kurang mampu menerima
kekurangannya sendiri. Cemburu tanda seseorang merasa tidak nyaman dan terancam
oleh kelebihan orang lain. Cemburu adalah sinyal bagi seseorang untuk lebih
mendewasakan diri dan menumbuhkan kualitas kepribadian.
Perasaan
cemburut adalah pemikiran dan perasaan yang berdasarkan prasangka, bukan fakta.
Maka tidak ada cara jitu untuk mengatasinya, kecuali STOP! Lebih baik kita
membuang prasangka itu dan menggantinya dengan berpikir POSITIF. Kemudian
belajar menempatkan diri pada posisi pasangan, merasakan bagaimana tidak
enaknya berada si sebuah posisi yang dicurigai. Menyemaikan keprihatinan dan
belas kasihan membayangkan pasangan mengalami kesulitan. Pikiran positif ini
kendati tidak berdasarkan fakta, akan mengalirkan kelembutan dan kasih sayang.
Sebaliknya prasangka buruk karena cemburu akan mengobarkan amarah dan
kebencian.
Tapi
memang ada beberapa orang yang memelihara rasa cemburu, karena pengalaman
ketidaksetiaan pasangannya di masa lalu. Tapi perlu kita ketahui bahwa cinta
adalah “now and here”, saat ini dan di sini. Kita tidak adil kalau memvonis
kesalahan pasangan di masa lalu untuk keadaan sekarang. Lihatlah fakta nyata
saat ini, fokuskan energi untuk meningkatkan kualitas hubungan saat ini. Terus
menerus mengingat masa lalu, justru tidak bertanggungjawab terhadap relasi yang
harus dibangun bersama di masa kini.
Setiap
manusia tidak luput dari kesalahan, termasuk diri kita sendiri. Dengan cinta
diharapkan mampu mengatasi kesalahan masa lalu dan membantunya dengan memberi
ruang gerak di masa kini. Seharusnya cinta melesat tanpa meninggalkan jejak,
tak perlu lagi menoleh ke belakang. Menghayati cinta berarti hidup di masa
sekarang, mengubur dalam-dalam masa lalu.
Kiat
mengatasi cemburu :
Pertama,
sadari kita bukan satu-satunya orang yang terbaik dalam segala hal. Kalau
pasangan memilih kita berarti sudah memperhitungkan kekurangan dan kelebihan
kita.
Kedua,
kalau kita berpikir bisa memenuhi semua kebutuhan pasangan, pasti akan menemui
kekecewaan karena kita memiliki kekurangan dan kelemahan. Ketika pasangan
mencari “sesuatu” pada diri orang lain yang tidak ada pada diri kita, kita
tidak perlu merasa terancam. Sejauh tidak melanggar batas-batas komitmen dan
kewajaran, biarlah.
Ketiga,
lebih baik untuk selalu mencurahkan perhatian untuk membangun komunikasi yang
lebih intensif. Belajar memotivasi diri untuk lebih terbuka, mendengarkan dan
memilih ekspresi perasaan yang lebih lembut dan terhormat. Dengan cara demikian
kita mempersempit jarak yang ditimbulkan oleh aneka perbedaan dengan pasangan.
Keempat,
cinta tak mungkin dibangun tanpa saling percaya. Yang berarti memberi
kesempatan pasangan untuk bertanggungjawab secara dewasa sekaligus menghindarkan
diri dari prasangka. Setiap kepercayaan selalu rentan terhadap pengkhianatan.
Kelima,
saling mengampuni. Jika kita tidak rela dan berbesar hati memaafkan kesalahan
pasangan, berarti belum siap untuk menikah. Berhadapan dengan kesalahan yang
dibuat pasangan, tak ada jalan lain kecuali mengampuni.
Sumber
: Kiat-kiat Jitu Merawat Perkawinan oleh Paul Subiyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro