Mesti
pakai semangat 45! Begitu batinku pada awalnya, ketika sampai di lokasi posko
pada hari kedua. Warga sekitar masih terlihat sibuk dengan aktivitasnya
masing-masing. Panasnya jilatan matahari tak menjadi alasan untuk mereka beristirahat.
Debu pun bukan menjadi masalah yang bisa membuat anak-anak kompleks berhenti
bermain di luar rumahnya. Keadaan ini membuatku sedikit miris. Bahaya sekali
sebenarnya debu-debu ini untuk kesehatan pernapasan mereka, pikirku.
Siang
ini dimulai pukul 11 siang. Kali ini kami hanya bertiga, aku, Roli, dan Alfard.
Sedangkan dua teman lainnya, kebetulan sedang tidak bisa ikut berpartisipasi.
Tapi itu tidak menjadi penghalang buat kami untuk tetap semangat. Tanpa
berpikir banyak kami segera mempersiapkan lembaran-lembaran kuisioner dan
bersama-sama mengunjungi rumah warga satu persatu.
Hal
yang paling berat dalam kegiatan ini adalah bagaimana cara memulainya.
Tantangannya di sini adalah karena kami berasal dari LSM yang tidak memberikan
bantuan apa-apa. Alasan tersebut memberi kekecewaan tersendiri bagi warga yang
kami datangi. Wajar saja, dengan keadaan dan kondisi yang serba kesusahan
seperti ini, mereka tentu berharap mendapatkan bantuan. Dengan senyum
setulusnya, kami menjelaskan bagaimana status LSM yang kami wakili, walaupun
sebenarnya tidak enak hati mengatakan, bahwa kami tidak membawa apa-apa. Bahkan
ada warga meragukan kami, dan mengatakan bahwa kami dari salah satu stasiun TV
swasta di kota Padang.
Sekitar
kurang lebih dua jam mengitari perumahan warga dari satu rumah ke rumah
lainnya, kami berhasil mengisi 23 dari 53 kuisioner yang ditangguhkan kepada
kelompok kami. Kami menemukan berbagai jenis tipe dan kepribadian dari setiap
personal yang kami wawancarai. Menjadi bekal tersendiri bagi kami, secara tidak
langsung. Cara dan tanggapan setiap warga akan bencana yang menimpa mereka pun
berbeda-beda. Kami berusaha menangkap semua emosi dan perasaan korban, agar
bisa mengisi kuisioner dengan sempurna.
Sekitar
pukul setengah dua siang, kami merasa kelelahan luar biasa, terlebih aku. Panas
terik matahari, debu dan asap membuat kakiku tidak kuat lagi berjalan lebih
lama. Perutku meronta-ronta, ngilu dan sakit. Kalau masalah kepala, jangan
ditanya lagi, matahari bahkan masih setia menjilati ubun-ubun kami bahkan saat
kami akan pulang. Atas dasar itu, akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan
melanjutkan kegiatan ini besok.
Bagaimanapun
lelah dan penatnya, kamipun tetap tersenyum ikhlas dan puas saat menyusun
lembaran-lembaran kuisioner yang telah berhasil kami kerjakan. Kerja keras kami
terbayar pantas hari ini. Semoga saja besok menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro