01.13
Ya aku
bukan wanita terkuat. Aku lelah dan jelas menyerah, tapi apa daya, aku sudah
terlanjur melangkah dan tak akan mungkin mundur.
Aku
benar-benar merindukannya.
Pahala.
Kalian
masih ingat dia? Iya, dia mantanku.
Usahaku
untuk menjauhi dan melupakannya, hanya membuat hari-hariku terasa semakin
kosong.
Jangankan
kalian, aku sendiri pun bingung, kenapa aku bisa seperti ini. Sejak kenal,
pacaran, bahkan hingga putus, Pahala tidak pernah berbuat banyak. Dia
seharusnya tak pernah mendapatkan rindu ini. Kami jarang berkomunikasi, apalagi
bertemu, apalagi bercerita, bersendagurau, ahk. Tidak ada. Tidak pernah ada
romantisa kemesraan berdua dengannya, selama kami pacaran. Kalaupun ada, itu
hanya di khayalan ku saja. Apalagi semenjak putus, hubungan yang serba minim
itupun menjadi sama sekali tidak ada.
Ada
kalanya aku merasa begitu jengkel terhadapnya. Aku merasa begitu kuat dan
sanggup untuk meninggalkannya. Tapi selalu saja ada bisikan yang membuatku
bertahan : “Beri dia waktu.”
Bukan
tak pernah aku mencoba berpaling darinya. Termasuk bang Edo, mantan terakhirku,
sudah ada sekitar 7 lelaki jadi pelampiasanku. Ada yang kujadikan pacar, ada
yang hanya teman dekat. Aku tahu itu sakit baginya, aku tahu aku telah
mengkhianatinya. Tapi seharusnya dia lebih tahu, bahwa segala upaya yang aku
lakukan ini, sebenarnya mengkhianati perasaan ku sendiri. Dan tak ada yang
lebih menyakitkan daripada membohongi perasaan ku sendiri, hati ku sendiri.
Tapi
tetap saja, yang aku butuh itu hanya kamu. Aku tak tahu apa mu yang telah
membuatku merasa lengkap. Aku tak tahu apa mu yang telah membuatku merasa lebih
hidup. Aku hanya merindukan matamu, matamu yang sepertinya tak pernah jadi
milikku.
Aku
sedang menangis sayang, bukan karena rasa sakit di dadaku, tapi karna bibirku
tak pernah mampu bercerita pada telingamu. Karena jantungmu yang tak pernah
memeluk hatiku. Akh, buat lelaki berlatarbelakang politik sepertimu, kata-kata
sastraku memang tidak akan pernah berarti. Kata-kataku tak lebih dari
huruf-huruf lebay yang pantas masuk dalam tong sampahmu.
Ahh,
Tuhan. Masih banyak kah waktu untukku untuk terus menunggu nya? Sementara
urat-urat di kepalaku mulai terasa ngilu, pertanda aku kembali demam subuh
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro