Pemimpin dan pelayan? Sebenarnya bagaimana hubungan keduanya?
Istilah
kepemimpinan “melayani” muncul berdasarkan sebuah buku yang ditulis oleh Robert
K. Greenleaf (1904-1990) pada tahun 1970 dengan judul The Servant as
Leader . Greenleaf adalah Vice President American Telephone and Telegraph
Company (AT&T) . Hasil penelitian dan pengamatan Greenleaf akan
kepemimpinan pelayan adalah yang dilakukan pertama kali oleh seorang pemimpin
besar adalah melayani orang lain. Banyak tokoh dunia yang menerapkan
kepemimpinan “melayani” ini, dan mereka dianggap menjadi pemimpin yang besar
contohnya Nabi Muhammad, Yesus, Kong Hu Cu, Gandhi, Abraham Lincoln, Ki Hajar
Dewantoro dan masih banyak pemimpin besar lainnya.
Begitu
juga Joko Widodo.
Berdasarkan
hasil rekapitulasi suara tingkat provinsi oleh KPU DKI Jumat (28/9), pasangan
Joko Widodo – Basuki memperoleh 53,82 persen suara. Joko Widodo, Gubernur DKI
Jakarta periode 2012 – 2017 pantas disebut sebagai salah satu tokoh nasional
yang mengilhami konsep kepemimpinan Greenleaf. Pria yang akrab dipanggil Jokowi
ini pernah terpilih menjadi salah satu dari 10 Tokoh 2008 oleh majalah Tempo.
Ketika memimpin kota Solo, Jokowi, Gubernur lulusan Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada dan mantan pengusaha mebel itu juga menjadi
walikota terbaik tahun 2009.
Melihat
kepemimpinan dan kinerjanya selama membangun dan memimpin kota Solo, tidak
diragukan lagi mengapa Jokowi bisa meraih penghargaan Bung Hatta Award. Selain
itu, berkat kepemimpinannya (dan tentunya semua pihak yg membantu), kota Solo
telah banyak meraih penghargaan, salah satu di antaranya adalah Kota dengan
Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia.
Secara
prinsip, Jokowi hanya bekerja untuk rakyat. Hanya itu, simpel. Dia tidak
berpikir macam-macam. “Mau dinilai tidak baik, silakan, mau dinilai baik, ya
silakan. Saya kan tugasnya hanya bekerja.
Enggak ada kemauan macam-macam. Tidak punya target apa-apa. Bekerja. Begitu
saja.” ucap Jokowi dalam wawancara nya dengan wartawan Republika. Sebenarnya
apa yang Jokowi jalankan dapat dilakukan semua orang. Hanya masalah mau atau
tidak. Punya niat atau tidak. Itu saja. Sederhana sekali.
Baginya,
kesulitan yang paling pertama saat menjabat sebagai wali kota, adalah masalah
aturan. Di pemerintahan tidak bisa melaksanakan segala sesuatu dengan simpel,
ada tahapan aturan. Meskipun anggaran ada, jika aturannya tidak terpenuhi, maka
tidak bisa dijalankan. Banyak aturan-aturan yang justru membelenggu, terlalu
prosedural.
Visi
Jokowi sebagai Gubernur DKI dengan jelas menyatakan semangat pelayan dalam
kepemimpinannya, yaitu : “Jakarta Baru, kota modern yang tertata rapi, menjadi
tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan,
dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik.”.
Namun,
tidak sedikit orang yang berfikir negatif akan sepak terjang Jokowi. Mereka
menganggap Jokowi terlalu berlebihan. Orang-orang ini pada umumnya para pejabat
yang merasa nyaman dan enak dengan jabatannnya selama ini, tidak perlu banyak
turun ke lapangan dan tidak banyak keluar keringat, tapi uang mengalir terus ke
kantong mereka. Lihat saja bagaimana hampir semua camat dan lurah yang
terlambat masuk kantor saat Jokowi melakukan sidak.
Para
Gubernur, Bupati dan Walikota, saat ini mau tidak mau, suka tidak suka akan
“meniru” gaya kepemimpinan Jokowi. Mereka yang sedang menjabat akan mulai lebih
banyak terjun ke lapangan bertemu dengan rakyat, akan berpura-pura mencintai
warganya. Masalahnya, rakyat itu membutuhkan pemimpin yang benar-benar
amanah, bukan orang mencari jabatan, tetapi memang dipilih oleh rakyat karena
rakyat mencintainya.
Transparasi
kerja Jokowi dan Ahok bisa diakses oleh siapa saja, dalam website Jakarta Baru
yang khusus dibuat untuk kinerja mereka. Baik visi, misi, hingga program kerja
tercatat dengan apik. Dalam www.Ahok.org, Ahok juga mengunduh video-video
segala jenis rapat dan bisa dilihat siapa saja secara bebas.
Jokowi
adalah pemimpin yang otentik dan melayani. Konsep reformasi birokrasi dari
Jokowi memang bukan hal baru. Perbedaannya, dia betul-betul melakukannya. Tanpa
banyak basa-basi, dia mau melakukannya. Sungguh gaya kepemimpinan yang
sangat merakyat, diluar gaya ningrat dan borjuis.
Dapat
disimpulkan disini bahwa sebagai pemimpin kita harus berani memegang prinsip.
Seorang pemimpin adalah juga seorang pelayan. Pemimpin harus mampu melayani
kebutuhan orang lain dengan cepat dan efisien serta memperlakukan orang lain
dengan rasa hormat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro