Setelah
selesai berbelanja ria, kami kembali ke mobil, dan benar saja, Bang Edo
langsung memilih untuk duduk di sampingku. Mungkin dia benar-benar menangkap
umpan pancinganku. Kurasakan hangat tubuhnya. Hahahahahaha. Sudah cukup lama,
tubuh jandaku ini tidak merasakan hangat lelaki, apalagi di malam minggu
seperti ini. Duduk di pinggir bak mobil ini memang sedikit menguntungkanku.
Sesekali tangannya menggapai punggungku ketika aku hampir terjatuh ke belakang
akibat kecepatan bang Anton, sang Ketua Presidium, meninggi saat membawa mobil.
Sampai
di rumah Bang Gokma. Awalnya aku mendapati, Bang Edo duduk di pinggir sofa di
dekat dinding. Sekilas sempat memandang matanya. Tapi segera kualihkan. Itu
salah satu cara mengetes dan memancing. Hahahahahaha. Sebagai perempuan sudah
tabiatnya untuk duduk di daerah yang dekat dapur. Dapurnya kebetulan dekat
dengan ruang TV yang juga merupakan sebagian ruang tamu. Kebetulan juga si Eci,
sang bayi ditidurkan di dekat TV. Aku memang menyenangi anak-anak, akupun
memilih untuk duduk di dekat Eci. Menikmati delik matanya yang polos dan
ketidakberdayaan tubuhnya untuk bergerak.
Dan,
benar saja, tanpa kusadari, Bang Edo telah sampai di sampingku. Ntah kapan dia
pindah duduk, akupun tidak tahu. Lagi-lagi kurasakan hangat tubuhnya. Kubiarkan
semua berjalan seperti biasa dulu, dia seperti menarik untuk dijadikan seorang
abang, pikirku. Hingga sebelum pulang, aku melihat dia mengeluarkan telepon
genggamnya. Akupun mengambilnya dan menekankan nomorku untuk dihubungi. Oke. I
GOT IT. I got his number. Ini adalah pancingan berikutnya. Aku hanya
mempermudah langkahnya, kalau memang benar dia tertarik denganku. Hahhahahaha.
Saat detik-detik mau pulang, dia menarik lenganku dan memperlihatkan telepon
genggamnya padaku.
“dek,
abg sbnrnya suka samamu dari awal ketemu.” terpampang pada layar hitam putih
itu.
Akupun
bersorak dalam hati. YES. Masuk perangkap deh. Hahahahahaha. Tak peduli lah,
mau itu pernyataan serius apa bercandaan. Yang penting berarti pancingan aku
sukses lagi kali ini. XDD Tapi aku segera menunjukkan muka biasa saja. Toh, aku
memang masih menganggapnya abang dan tidak ada yang perlu dibahas. Kamipun
pulang. Kembali naik ke atas bak mobil, dan dia lagi-lagi memilih duduk di
sampingku. Kali ini sedikit lebih rapat. Akupun mulai memberanikan diri
meletakkan tanganku di pahanya. Kalau bagian itu bukan dibuat-buat loh,
habisnya takut jatuh siiih, gak ada pilihan laiiiin ><
Dalam
perjalanan pulang, dia cukup banyak bercerita, menjelaskan tulisan di hapenya
tadi di dekat telingaku. Bahkan sekali dia memuji aku masih harum (ntah gombal
ntah ndak, gak tahu deh), yang menandakan bahwa dia bisa merasakan bauku di
dekatnya. Oh Tuhan, seandainya hubungan ini sedikit lebih lama, aku ingin
mencoba memilikinya, ucapku dalam hati. Aku menyukai hangat tubuhnya. Hangat
tubuhnya membuatku merasakan aura yang sepertinya sudah kukenal lama. Tak lama
pun aku diantar ke rumahku. Saat aku akan turun dari bak mobil itu, dia
berlagak seperti sang pahlawan yang menggenggam tanganku dan membantuku turun,
bahkan hampir mencoba ingin merangkulku, untung saja tidak jadi, kalau tidak
aku bisa pingsan di tempat. Hahahahaha XDD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro