Perkenalkan
namanya Alfredo Stevanus Meliala. Dia orang baru dalam hidupku. Orang yang tak
pernah kukira akan masuk ke dalam daftar hatiku. Kami baru kenal sekitar dua
minggu.
Bang
Edo, begitu aku memanggilnya, menjabat Presidium Pengembangan Organisasi (PPO)
di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Pekanbaru.
Kebetulan membuat kami bertemu di Padang, saat kami PMKRI Cabang Padang
berhasil melaksanakan salah satu program kerja dari Presidium Gerakan
Kemasyarakatan (PGK). Kegiatan kali ini bernama “Pelatihan Advokasi”, kegiatan
nasional yang mengundang PMKRI seluruh cabang di Indonesia. Akan tetapi kondisi
PMKRI yang sedang penuh pergulatan, membuat kami kurang beruntung, sehingga
hanya bisa mendatangkan rekan dari cabang Pekanbaru dan Palembang. Tapi tidak
apalah, yang terpenting adalah ilmu dan pengalamannya.
Hari
pertama aku mengenal wajahnya adalah saat sidang pembukaan, yang mana kebetulan
aku sebagai protokoler sidang. Dia berkulit gelap, mungkin sekitar 7/8 cm lebih
tinggi dariku, berkacamata, bermata sipit (ntah memang sipit atau karena pakai
kacamata, gak tahu), berbadan proposional. Begitulah singkat cerita aku
mendeskripsikan fisiknya. Kalau ditanya cakep atau gak, hmm, aku bingung,
dibandingkan mantan terakhir sih, kalah jauh, hahahaha, tapi kalau dinilai
secara objektif, dia menarik. Mengapa menarik? Ya dengan badan yang
proposional, berdandan rapi dan bersih, serta tidak punya banyak jerawat. Enak
dipandang deeeh J
Dalam
rentang waktu seminggu pelatihan, kami hanya bertemu dalam 5 acara saja. Sidang
pembukaan, materi pertama, makan siang dan malam di hari kedua, dan makan siang
di hari ketiga. Ini semua karena kebetulan jadwal kuliah ku yang sedang padat.
Tidak
sulit bagiku untuk mengenal tiga orang peserta pelatihan ini. Dan memang sejak
awal aku paling tertarik dengan sosok nya, sosok Bang Edo. Tapi ya hanya
sekedar tertarik, karena dia terlihat cupu pada awalnya. Aku kan memang tipe
orang yang suka mengganggu orang yang cupu, wkakakakakaka. XDD Tapi aku tidak
berharap banyak, toh ini pertemuan cuma seminggu, tidak akan bisa membuahkan
apa-apa.
Tak
disangka hari Sabtu, hari terakhir pelatihan, aku bertemu dengannya. Sore itu,
setelah bermain bersama teman-teman kampus di Taplau (Tepi Laut), akupun
mengunjungi sekre kami dan melihat mereka sedang bersiap-siap untuk berencana
mengunjungi rumah Bang Gokma, Anggota Penyatu kami, yang baru memiliki seorang
bayi perempuan, bernama Eci. Akupun yang memang dasar jomblo dan tak pernah
punya acara spesial untuk malam minggu, berniat ikut. Ditambah lagi, kami ke
sana akan menggunakan mobil panther yang berbentuk pick up. Duduk di bak itu
akan sangat menyenangkan apalagi aku baru saja membeli mainan baling-baling di
Taplau tadi.
Ntah
aku yang gede rasa atau kenapa, tapi aku sering sekali merasa bahwa mata Bang
Edo seperti bermakna ketika melihatku. Saat kami berhenti di salah satu toko
kerupuk untuk membeli oleh-oleh, akupun mulai memancing. Aku mulai mengajak
Bang Nope, salah seorang dari Pekanbaru untuk berfoto bersama, dengan alasan
“hari terakhir”, lalu meminta tolong pada nya yang kebetulan bawa kamera. Aku
tahu matanya mengatakan “aku juga ingin”. Tanpa bertanya, akupun menarik dan
menggandeng tanggannya, lalu berfoto bersamanya. Terasa hawa senang di
sekelilingnya, dan aura itu berbeda saat aku di dekatnya. Ya saat itu juga aku
tahu, dia kepadaku sepertinya berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro