Hey, Bang!
Sudah lama aku tak mendengar
suaramu, sudah lama juga pesanmu tidak mampir ke inbox handphone-ku. Apakah kau
begitu sibuk? Secepat itukah? Ah, maafkan aku, kini aku bukan siapa-siapamu
lagi, segala keputusanmu bukan lagi hak-ku untuk mengurusi, segala kepentinganmu
bukan lagi kepentinganku. Kita sudah begitu berbeda dan dunia kita tak berotasi
di poros yang sama.
Jarak sejauh ini tak mampu
membuat kita berbuat dan bergerak lebih banyak. Seakan-akan aku dan kamu tak
punya ruang untuk saling bersentuhan juga saling menatap. Rasanya
menyakitkan jika keterbatasanku dan keterbatasanmu menjadi penyebab kita tak
banyak tahu dan tak banyak bertemu. Setiap hari, kita menahan rindu yang
semakin menggebu dan tak mereda. Inikah cara cinta menyiksa? Melalui jarak ratusan
kilometer?
Aku menghela napas,
membayangkan jika kamu bisa terus berada di sampingku dan merasakan yang juga
kurasakan. Maka mungkin tak akan ada air mata ketika hanya tulisan dan suara
yang bisa menguatkan kita. Maka tentu saja tak akan ada ucapan rindu
berkali-kali yang terlontar dari bibir kita, ketika perasaan itu semakin
membabibuta.
Apakah yang kita pertahankan
selama ini? Apakah yang kita andalkan sejauh ini? Sekuat apakah perasaan cinta
kita? Menahan dan mempertahankan, dan kadangkala memicu pertengkaran. Tapi...
itulah manisnya jarak, ia membuat kita saling menyadari, tak ada cinta tanpa
luka, tak ada cinta tanpa rindu.
Sayang, apalah arti ratusan
kilometer jika kita masih mengeja nama yang sama? Apakah arti jauhnya jarak
jika aku dan kamu masih sangat mungkin mempertahankan semuanya? Kita jarang
saling bergenggaman tangan, jarang sekali berpelukan, dan sangat jarang saling
berpandangan. Namun, percayalah sayang, tak saling bersentuhan bukan berarti
cinta kita punya banyak kekurangan.
Apa yang kucari dan apa yang
kamu cari? Tak ada, kita masih meraba-raba apa itu cinta dan bagaimana kekuatan
itu bisa membuat kita bertahan. Rasa cemburu, rasa ragu, dan rasa rindu
sebenarnya adalah pemanis. Tidak ada hal yang sangat berat, jika kita melalui berdua
melewatinya bersama.
Selama bulan yang kita lihat
masih sama, selama sinar matahari yang menyengat kulit kita masih sama
hangatnya, maka pertemuanku dan kamu masih akan tetap terjadi.
Jarak hanyalah sekadar
angka, jika kita masih memperjuangkan cinta yang sama.
(saduran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro