Sukubangsa batak terdiri dari sub sukubanga:
Karo : daerah Dataran Tinggi karo, Langkat Hulu,
Serdang Hulu,& Dairi
Simalungun
: daerah Simalungun
Pakpak : Dairi
Toba : daerah tepi danau Toba, Asahan, Silindung,
Pulau Samosir, Sibolga & dpegunungan Pahae dan Habinsaran
Angkola : Angkola, Sipirok, sebagian Sibolga, Batang Toru,
Padang Lawas
Mandailing
: Mandailing, Ulu, Pakatan.
Pola Perkampungan
Huta
(bhs Toba) merupakan kesatuan yang dihuni oleh keluarga dari satu klen
Kuta
(bhs karo)biasanya lebih besar dari huta, dihuni oleh beberapa klen yg berbeda.
Dalam
huta ada rumah-rumah, halaman, lumbung.
Setiap
desa ada balai desa (balai kerapatan), partukhoan (bhs Toba) dan pohon beringin
di depan kampung.
Rumah
Rumah
disebut ruma (Batak), jabu (Toba), rumah (karo)
Rumah
batak dihuni oleh beberapa keluaga inti yang terikat oleh hubungan kekerabatan
patrilineal.
Keluarga
luas virilokal
Sistem kekerabatan
Perkawinan:
ideal, perkawinan antara orang-orang rimpal (marpariban (dlm bhs Toba) yaitu:
seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya
Eksogami
marga
Kawin
lari: mangalua. Manuruk-nuruk (minta maaf)
Kawin
levirat (lakoman dlm bhs karo)mangabia (toba)à
janda kawin dg saudara suami .
Pola
menetap sesudah menikah: virilokal ( uxorilokal)
Kelompok
kekerabatan: patrilineal
Satu
ayah, satu kakek, satu nenek moyang: sada
bapa, sada nini (Karo)
Saama,
saompu (Toba)
Keluarga
batih : jabu (karo), Ripe (Toba)
Marga;
klen
HULA HULA atau TONDONG, yaitu kelompok orang orang
yang posisinya “di atas”, yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut
SOMBA SOMBA MARHULA HULA yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri
agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.
DONGAN TUBU atau SANINA, yaitu kelompok orang-orang
yang posisinya “sejajar”, yaitu: teman/saudara semarga sehingga disebut MANAT
MARDONGAN TUBU, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan.
BORU, yaitu kelompok orang orang yang posisinya “di
bawah”, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga
perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari disebut ELEK MARBORU
artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat.
Kepemimpinan
Di
bidang adat: musyawarah dipimpin oleh anak beru tua jabu (ketua anak beru)
Di
bidang pemerintahan: dipegang oleh turunan tetua merga taneh (orang asal).
Kepala kuta disebut pengulu, kepala urung disebut raja urung dan sibayak untuk
bagian kerajaan
Di
bidang agama: guru sibaso : tidak scr turun temurun
Religi
Sebagian
besar orang Batak menganut agama
Kristen dan sebagian lagi
beragama Islam. Tetapi ada
pula yang menganut agama Malim (pengikutnya biasa disebut dengan Parmalim) dan juga penganut
kepercayaan animisme
(disebut Pelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini
sudah semakin berkurang.
Religi
tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran
kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.
Menyangkut
jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:
Tondi :
adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi
memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam
kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan
sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari
sombaon yang menawannya.
Sahala :
adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki
tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta,
tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Begu :
adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah
laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro