Mungkin terdengar sombong, jika saya
membesar-besarkan hal yang sebenarnya hal kecil untuk kebanyakan orang. Tapi
ntahlah, lagi-lagi, saya suka menulis, itu saja. Tulisan ini akan panjang,
tidak usah baca kalau tidak suka membaca J
Yakin dan percayalah, hal-hal seperti ini
tidak pernah saya banggakan dalam bentuk lisan kepada siapapun. Semuanya
benar-benar dalam bentuk tertulis, termasuk ke orangtua serta orang terdekat
saya. Jadi yakinlah, saya tidak berniat sombong, hanya mungkin sedikit tidak
tahu diri. HAHA XD
Ya, tahun 2013 ini saya awali dengan
prestasi mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi se Universitas
Bung Hatta (UBH) 2013. Tadi (24/4) pengumuman itu diberitakan dalam kegiatan
Dies Natalis UBH yang ke 32. Rasa bangga memang memenuhi dada saya. Langkah
kaki saya terasa berat menuju ke depan podium, karena begitu terasa sorot mata
dari rektor, anggota senat, tamu-tamu dan undangan terhormat, berpuluh-puluh
dosen seuniversitas, juga teman-teman saya sendiri dari kelembagaan
kemahasiswaan.
Sampai saat ini, saya masih merasa tidak
pantas mendapat penghargaan itu. Saya mahasiswa biasa saja. Mahasiswa yang
jarang berpenampilan rapi, yang sering tidur di kelas bahkan masih suka bolos
kuliah serta titip absen. Saya bukan mahasiswa patut diteladani. Mungkin benar,
saya pernah menyabet satu atau dua prestasi, tapi ya saya rasa itu belum pantas
menjadi landasan penghargaan ini.
Tapi saya merasa berprestasi dalam hal :
1. berani mencoba apa yang tidak saya sukai. Menulis
memang menjadi kegemaran saya, tapi saya tidak minat menulis karya ilmiah.
2. berani mencoba saat saya belum yakin saya
bisa. Ya saya bukan tipe orang yang mau menyerah, intinya semua dicoba dulu.
3. berani mengikuti lomba yang tidak dipilih
oleh mahasiswa lain. Saya satu-satunya kandidat dari fakultas saya.
4. berani mempertanggungjawabkan tulisan saya.
Karya ilmiah hasil studi pustaka ini tidak hanya menjadi tulisan belaka, saya
sudah mencoba menerapkan hal terkait di lingkungan fakultas saya.
5. berani menyediakan waktu. Saya sering absen
satu matakuliah di Kamis pagi, karena malamnya tidak tidur untuk berusaha
menghasilkan karya, yang sampai saat ini saya belum puas akan hasilnya.
Saya rasa ya itu saja sedikit prestasi saya
dibanding teman-teman lain.
Beberapa hari sebelum hari ini, desas-desus
saya mendapat juara 1 memang sudah terdengar, tapi saya belum percaya. Saya
memang merasa belum pantas. Hal itu membuat saya masih ogah-ogahan menghadiri
acara ulang tahun universitas saya ini. Sayapun tidak mempersiapkan penampilan
seperti yang diminta, yaitu berpakaian kemeja putih, dan menggunakan rok hitam.
Saya datang dengan rambut yang baru
dipotong kependekan, ber kemeja merah muda tipis, celana hitam pudar, serta sepatu
dengan tali sepatu belang kesayangan saya.
Mungkin dosen-dosen dari jurusan dan
fakultas saya malu akan saya, maka dari itu saya minta maaf pada tulisan ini.
Semua teman saya, hingga teman terdekat pun
tidak mengetahui aktivitas saya mengikuti sayembara karya tulis ini. Saya
merahasiakan hal ini tentu saja, karena saya malu dan saya merasa tidak pantas.
Belum lagi, saya tidak mendapat bimbingan dosen untuk mengikuti kegiatan ini. Saya
tidak merasa saya akan kalah. Tapi hanya bersiap-siap agar tidak malu jika
nanti kemungkinan itu benar.
Nah, hal yang ingin saya sampaikan adalah
terimakasih kepada Eduardus Agusli. Ya, beliaulah yang saya salam pertama kali – setelah
acara selesai –
karena beliau yang membuat saya
melangkahkan kaki saya ke UBH. Bukannya saya menomorduakan Tuhan, tapi saya
rasa terimakasih saya kepadaNya cukup dilantunkan melalui doa dan kerja keras
lainnya saja.
Mungkin keberuntungan ini tidak akan datang
jika saya memaksakan orangtua saya untuk bergabung di universitas tempat saya
lulus SNMPTN itu, UNPAD #EdisiSombong.
Mungkin saya tidak menemui teman-teman dan dosen-dosen luar biasa – seperti
sekarang ini –
jika saya tidak mau menapakkan kaki di universitas swasta.
Bayangkan saya, murid juara 1 ujian
nasional (lingkup sekolah) mana yang mau bangga melanjutkan pendidikan ke
universitas swasta??! Apalagi ke universitas yang sempat tercoreng namanya akan
beberapa oknum tidak bertanggungjawab sebelumnya.
Tangisan 3 hari 3 malam, melepaskan
universitas negeri dambaan saya itu memang tidak sia-sia. Kata-kata bijak yang
dilontarkan setiap orang kepada saya saat itu memang benar, bahwa Tuhan sudah
menyiapkan hal yang indah, jika apa yang kamu inginkan belum tercapai.
Pesan yang ingin saya sampaikan dalam
tulisan ini mungkin tidak tersusun secara struktural. Tapi ya seperti itulah
saya ingin berbagi pesan sederhana dengan pembaca semuanya. Semoga apa yang
menjadi harapan dan doa, bukan hanya menjadi milik saya, tapi milik kita semua.
“Ini
jadi kado terindah untuk 20 tahun mu,” bisik seorang ibu, dosen yang paling sabar
menurut saya. Saya tersenyum kecil, ibu benar, batin saya.
Dan sampai kapanpun, tangis air mata
pengorbanan ku tak kan pernah membuatku berhenti percaya, karena ini mimpiku ~
Terimakasih atas semua doa dan dukungan
selama ini, untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
(skripsi mode : on). Maaf saya tidak bisa mentraktir, karena hasil hadiah
rencananya akan saya habiskan untuk membayar biaya Kuliah Kerja Nyata (KKN)
yang jumlahnya ¾
dari hasil hadiah yang saya dapat *modus* hahaha XD
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro