Senin, 28 Mei 2012

Si Sipit Eps.I - Awalnya


Perkenalkan namanya Alfredo Stevanus Meliala. Dia orang baru dalam hidupku. Orang yang tak pernah kukira akan masuk ke dalam daftar hatiku. Kami baru kenal sekitar dua minggu.



Bang Edo, begitu aku memanggilnya, menjabat Presidium Pengembangan Organisasi (PPO) di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Pekanbaru. Kebetulan membuat kami bertemu di Padang, saat kami PMKRI Cabang Padang berhasil melaksanakan salah satu program kerja dari Presidium Gerakan Kemasyarakatan (PGK). Kegiatan kali ini bernama “Pelatihan Advokasi”, kegiatan nasional yang mengundang PMKRI seluruh cabang di Indonesia. Akan tetapi kondisi PMKRI yang sedang penuh pergulatan, membuat kami kurang beruntung, sehingga hanya bisa mendatangkan rekan dari cabang Pekanbaru dan Palembang. Tapi tidak apalah, yang terpenting adalah ilmu dan pengalamannya.

Hari pertama aku mengenal wajahnya adalah saat sidang pembukaan, yang mana kebetulan aku sebagai protokoler sidang. Dia berkulit gelap, mungkin sekitar 7/8 cm lebih tinggi dariku, berkacamata, bermata sipit (ntah memang sipit atau karena pakai kacamata, gak tahu), berbadan proposional. Begitulah singkat cerita aku mendeskripsikan fisiknya. Kalau ditanya cakep atau gak, hmm, aku bingung, dibandingkan mantan terakhir sih, kalah jauh, hahahaha, tapi kalau dinilai secara objektif, dia menarik. Mengapa menarik? Ya dengan badan yang proposional, berdandan rapi dan bersih, serta tidak punya banyak jerawat. Enak dipandang deeeh J

Dalam rentang waktu seminggu pelatihan, kami hanya bertemu dalam 5 acara saja. Sidang pembukaan, materi pertama, makan siang dan malam di hari kedua, dan makan siang di hari ketiga. Ini semua karena kebetulan jadwal kuliah ku yang sedang padat.

Tidak sulit bagiku untuk mengenal tiga orang peserta pelatihan ini. Dan memang sejak awal aku paling tertarik dengan sosok nya, sosok Bang Edo. Tapi ya hanya sekedar tertarik, karena dia terlihat cupu pada awalnya. Aku kan memang tipe orang yang suka mengganggu orang yang cupu, wkakakakakaka. XDD Tapi aku tidak berharap banyak, toh ini pertemuan cuma seminggu, tidak akan bisa membuahkan apa-apa.

Tak disangka hari Sabtu, hari terakhir pelatihan, aku bertemu dengannya. Sore itu, setelah bermain bersama teman-teman kampus di Taplau (Tepi Laut), akupun mengunjungi sekre kami dan melihat mereka sedang bersiap-siap untuk berencana mengunjungi rumah Bang Gokma, Anggota Penyatu kami, yang baru memiliki seorang bayi perempuan, bernama Eci. Akupun yang memang dasar jomblo dan tak pernah punya acara spesial untuk malam minggu, berniat ikut. Ditambah lagi, kami ke sana akan menggunakan mobil panther yang berbentuk pick up. Duduk di bak itu akan sangat menyenangkan apalagi aku baru saja membeli mainan baling-baling di Taplau tadi.

Ntah aku yang gede rasa atau kenapa, tapi aku sering sekali merasa bahwa mata Bang Edo seperti bermakna ketika melihatku. Saat kami berhenti di salah satu toko kerupuk untuk membeli oleh-oleh, akupun mulai memancing. Aku mulai mengajak Bang Nope, salah seorang dari Pekanbaru untuk berfoto bersama, dengan alasan “hari terakhir”, lalu meminta tolong pada nya yang kebetulan bawa kamera. Aku tahu matanya mengatakan “aku juga ingin”. Tanpa bertanya, akupun menarik dan menggandeng tanggannya, lalu berfoto bersamanya. Terasa hawa senang di sekelilingnya, dan aura itu berbeda saat aku di dekatnya. Ya saat itu juga aku tahu, dia kepadaku sepertinya berbeda.

Minggu, 27 Mei 2012

Tentang Gue



Kadang gw bingung mesti jadi pribadi yang kaya mana lagi. Bahkan kadang gw mikir sampai nangis, supaya jadi pribadi yang bisa diterima kalian semua.
Saat gw jadi -GW- yang serba heboh, mencak2 sana sini, ketawa tanpa kontrol, dan bicara dengan suara lantang, mereka bilang "DASAR ANAK KURANG PERHATIAN, KERJANYA CARI PERHATIAN BANGET." ( Lo tahu? Sumpah, gw sedih banget, kalo udah bawa2 orangtua)

Oke. Gw ngerti kalau emang gitu pendapat kalian.

Lalu gw berubah jadi -GW- yang pendiam, di kelas gak banyak tanya, dan menghabiskan 90% waktu untuk tidur, berusaha menjadi orang yang tidak dianggap, supaya gw nggak ganggu ketenangan hidup kalian semua. Tapi kalian bilang, "DASAR GAK BISA NGEHARGAIN ORANG LAIN. PERCUMA IQ TINGGI, EQ NYA RENDAH. PRIBADI YANG NGGAK MENYENANGKAN."

JADI KALIAN ITU MAUNYA APA??Tahu gak? Gw tu udah berkali-kali mencoba buat hidup dengan normal, tapi gw BOSAN. Hidup normal sesuai permintaan kalian itu, menyiksa. Gw lebih milih gak kemana-mana atau gak ketemu manusia, asal gw bisa jadi diri gw sendiri.

TERSERAHLAH, kalian mau bilang gw GILA kek, GAK WARAS kek, LEBAY kek, BANYAK GAYA kek. Tapi gw lebih nyaman dan ngerasa lebih -hidup- kalo gw hidup dengan cara gw sendiri. Kalo kalian gak suka gw, silakan pergi. Gak guna juga sama gw punya teman banyak, tapi munafik semua. Gak guna juga sama gw pujapuji kalian, tapi gak tulus and setia. Ibaratnya nonton TV, gw lebih baik gak nonton TV, daripada mesti nonton siaran yang FLAT alias MONO.

Gw bilang gak suka, kalo emang gw gak suka. Dan gw muji lo tulus, kalo emang gw suka. Senyum kalo emang gw lagi pengen senyum. Ketawa lepas aja, kalo emang menurut gw itu lucu. Dan gw nangis aja, kalo emang gw ngerasa sakit.

Ngeluarin ekspresi sesuai perasaan apa adanya itu gak dosa kok. Malah jadi orang yang MUNAFIK, itu yang dosa! Gak perlu takut dibilang anak-anak. Gw emang belum pernah mati. Tapi gw yakin, ntar di akhirat, gak bakal ada yang nanya "Eh.kamu udah dewasa apa belum?" Menurut gw, hidup itu cuma perlu dijalanin sesuai kata hati masing2. Sekali aja lo udah gak jujur sama hati lo sendiri, gw yakin, gak lama lagi, lo gak bakal lupa gimana caranya dengar suara hati lo.

Ini pengalaman gw. Jadi gw saranin buat lo semua, jadi aja diri lo sendiri, dan semua akan tahu siapa lo  sebenarnya. Biarin aja mereka mau terima kita apa gak. Biarin aja mereka mau bilang apa. Tiap ada yang ngomong negatif sama lo, jadi orang tuli aja. Anggap aja itu semua adalah bukti ketidakmampuan mereka untuk jadi diri mereka sendiri. Gw berharap gak ada lagi orang2 yang mengalami -GW- yang bodoh. -GW- yang sempat2nya mau hidup sesuai dengan permintaan orang lain. -GW- yang mau2nya hidup supaya orang lain nyaman. -GW- yang gak bisa dengerin kata hati gw sendiri. 

Selasa, 15 Mei 2012

Apa kabarmu, Bang?



Hey, Bang!

Sudah lama aku tak mendengar suaramu, sudah lama juga pesanmu tidak mampir ke inbox handphone-ku. Apakah kau begitu sibuk? Secepat itukah? Ah, maafkan aku, kini aku bukan siapa-siapamu lagi, segala keputusanmu bukan lagi hak-ku untuk mengurusi, segala kepentinganmu bukan lagi kepentinganku. Kita sudah begitu berbeda dan dunia kita tak berotasi di poros yang sama.

Jarak sejauh ini tak mampu membuat kita berbuat dan bergerak lebih banyak. Seakan-akan aku dan kamu tak punya ruang untuk saling  bersentuhan juga saling menatap. Rasanya menyakitkan jika keterbatasanku dan keterbatasanmu menjadi penyebab kita tak banyak tahu dan tak banyak bertemu. Setiap hari, kita menahan rindu yang semakin menggebu dan tak mereda. Inikah cara cinta menyiksa? Melalui jarak ratusan kilometer?

Aku menghela napas, membayangkan jika kamu bisa terus berada di sampingku dan merasakan yang juga kurasakan. Maka mungkin tak akan ada air mata ketika hanya tulisan dan suara yang bisa menguatkan kita. Maka tentu saja tak akan ada ucapan rindu berkali-kali yang terlontar dari bibir kita, ketika perasaan itu semakin membabibuta.

Apakah yang kita pertahankan selama ini? Apakah yang kita andalkan sejauh ini? Sekuat apakah perasaan cinta kita? Menahan dan mempertahankan, dan kadangkala memicu pertengkaran. Tapi... itulah manisnya jarak, ia membuat kita saling menyadari, tak ada cinta tanpa luka, tak ada cinta tanpa rindu.

Sayang, apalah arti ratusan kilometer jika kita masih mengeja nama yang sama? Apakah arti jauhnya jarak jika aku dan kamu masih sangat mungkin mempertahankan semuanya? Kita jarang saling bergenggaman tangan, jarang sekali berpelukan, dan sangat jarang saling berpandangan. Namun, percayalah sayang, tak saling bersentuhan bukan berarti cinta kita punya banyak kekurangan.

Apa yang kucari dan apa yang kamu cari? Tak ada, kita masih meraba-raba apa itu cinta dan bagaimana kekuatan itu bisa membuat kita bertahan. Rasa cemburu, rasa ragu, dan rasa rindu sebenarnya adalah pemanis. Tidak ada hal yang sangat berat, jika kita melalui berdua melewatinya bersama.

Selama bulan yang kita lihat masih sama, selama sinar matahari yang menyengat kulit kita masih sama hangatnya, maka pertemuanku dan kamu masih akan tetap terjadi.

Jarak hanyalah sekadar angka, jika kita masih memperjuangkan cinta yang sama.

(saduran)

Sabtu, 12 Mei 2012

Kemenangan Awal


Hari ini, aku seneeeeeeeeeeeng banget. Semua masalah gundah gulana berlalu deh (walau hanya untuk beberapa saat). Hahahaha XDD

Hari ini adalah hari penutupan Bunkasai XII (Festival Kebudayaan Jepang), harinya pengumuman buat semua juara lomba. Dari sekian banyak lomba yang ada, tahun ini aku mengikui Lomba Pidato Jepang.

Kemampuan bahasa Jepang aku sebenarnya, gak bagus-bagus banget, kalau dibandingkan dengan waktu yang telah kuhabiskan untuk mempelajarinya. Tapi mulai dari dosen, senior, dan teman-teman, semua pada bilang, “ Ganbatte “. Dalam bahasa Indonesia, “Ganbatte” itu sebenarnya tidak punya arti yang benar-benar pas. Tetapi kurang lebih artinya “Semangat”. Mengapa aku bilang, tidak ada arti yang benar-benar pas? Karena semangat yang dimaksudkan pada kata “ganbatte” memiliki filosofi yang dalam, bukan hanya sekedar kata “semangat” biasa dalam bahasa Indonesia. Jangankan dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa apapun, “Ganbatte” nya Jepang ini, tidak bisa diterjemahkan secara pas.

Alhasil, dengan alasan itulah, aku berani melangkahkan kaki ke meja pendaftaran lomba. Aku belum punya pidato dan hanya sekedar memenuhi permintaan dosen, untuk mendaftar, maka aku mendaftar hari itu. Aku pun mengisi formulir. Hingga terakhir jemariku berhenti pada judul pidato. Aku kan belum punya pidato, mesti isi apa ya?? Tidak lama berpikir, akupun dengan santai mengisi “Ganbaru” sebagai judul pidato aku. “Ganbaru” itu bentuk kamus dari kata kerja “Ganbatte”.

Waktu berjalan dengan singkat. Aku melakukannya memang dengan semangat, tapi tidak dengan tujuan menang. Tujuan aku kali ini benar-benar hanya untuk ajang coba-coba. Kalau menang ya syukur. Kalau nggak, ya juga gak apa-apa, toh aku memang belum pintar sekali, hitung-hitung tambah pengalaman ajalah.

Dalam perjalanannya, aku melakukan cukup banyak hal. Pembuatan pidato, pemeriksaan terjemahan, latihan membaca, sering datang ke rumah dosen, banyak-banyak bertanya kepada senior yang sudah pernah ke Jepang, dan memperdalam pemahaman akan pidato aku, agar benar-benar mengerti dan mampu menjawab pertanyaan juri nantinya.

Teng. Sudah tanggal 10 Mei. Hari ini hari aku lomba. Lomba Pidato dilaksanakan di acara pertama di hari pertama Bunkasai. Bukan hanya deg-deg an, jantung akupun rasanya sudah mau copot. Hahaha. Ditambah lagi saat aku mengetahui bahwa lawanku, semuanya lebih tua daripada aku. Selain aku, ada senior angkatan 2006 dari kampus ku, terus ada dua orang dari Universitas Andalas Padang, dua orang dari Universitas Lampung, dua orang dari Universitas Riau, dan satu orang dari lembaga kursus bahasa Jepang Shinkansen. Waw, mengerikan sekali, jelas aku tidak sebanding ya? –“

Singkat cerita, hari itu memang berjalan lancar. Semua berjalan biasa-biasa saja, toh aku sudah tahu aku tidak bakal akan menang.

Hingga tadi, hari ketiga tiba, tanggal 12 Mei, hari penutupan Bunkasai.
Waaaaawwww ! AKU TAK PERCAYAAAA ! ><


Yup, I think you’ve got it !
 I GOT IT ! I GOT THE FIRST FOR IT ! LET SCREAM TOGETHEEEER !! ><

Rasa tidak percaya mengerumuniku. Teman-teman dekatkupun berteriak dan memeluk-melukku. Sungguh luar biasa, aku benar-benar tidak percaya. Akupun melangkahkan kakiku ke panggung dan menjadi yang pertama untuk lomba yang paling bergengsi dibandingkan lomba-lomba lainnya di acara Bunkasai ini. Pialapun kugenggam kuat dan siap untuk pulang ke rumah untuk teriak : “MAAAAA LIAAA KE JAKARTAAAAAAAAAAAAAA”

Hahahaha. Memang sudah peraturannya, setiap pemenang juara 1 Lomba Pidato Bahasa Jepang Tingkat Wilayah, akan dikirim ke Jakarta, untuk mengikuti Lomba Pidato Bahasa Jepang Tingkat Nasional. Dan mulai dari transportasi, akomodasi dan uang saku, bakal ditanggung oleh Japan Foundation.

Tiba-tiba rasa bangga memenuhi seluruh rongga dadaku. Aku benar-benar bangga. Akhirnya aku bisa juga melakukannya. Aku ingat bagaimana dulu aku iri, karena abang aku bisa pergi ke Pekanbaru untuk ikut Olimpiade Komputer tingkat Nasional. Aku ingat bagaimana dulu aku iri, karena kakak aku bisa pergi ke Makassar untuk penampilan teater monolog. Dan sekarang aku bangga, aku juga bisa, sesuai bidangku. Papa mama pasti bangga. Aku senang hari ini.

Unforgetable day.

Sabtu, 05 Mei 2012

Kebudayaan Jawa


ORANG JAWA
          Orang Jawa  à tiang jawi  àwong Jowo
          Jumlah penduduk yang paling banyak berdasarkan suku bangsa yaitu orang Jawa

Daerah Kebudayaan Jawa
          Pusat kebudayaan: Yogyakarta dan Surakarta
          Sub Kebudayaan: Banyumas, Kedu,Madiun, Malang, Kediri, Cerebon

Bahasa
          Termasuk: Malayu-Polinesia
Perbedaan Bahasa
1) Ngoko à Bhs untuk orang yang kenal dekat,akrab, ke yang muda, lebih rendah derajat sosial
2) Madya à sebaya
3) Kromo àbhs untuk orang yang       belum akrab,lebih tua, lebih tinggi derajat sosial

Kesatuan Desa
          Desa  à kepala desa/lurah
          Dukuh/kampong à kepala dukuh
          Setiap desa punya: balai desa, mesjid/langgar, sekolah, pasar

Bentuk Rumah
          Limasan à paling banyak dipakai masyarakat
          Joglo à golongan bangsawan

Sistem Kekerabatan
          Bilateral
          Panggilan: siwa, uwa àsaudara laki-laki ayah dan ibu yang lebih tua
           Paman à saudara laki-laki ayah dan ibu yang lebih muda
          Kelompok kekerabatan trepenting; somah atau kuluwarga
          Kelompok kekerabatan yang lebih luas; sanak sedulur (kerabat dari pihak laki-laki atau perempuan yang ditarik dari seorang kakek/nenek—derajat ke tiga
          Sanak sedulur à berperan dalam upacara daur hidup
          Alur waris à ditarik dari tujuh turunan.
          Peran à pemujaan kepada leluhur

Pola Perkawinan
          Pola Perkawinan yang diinginkan—kawin dengan SAUDARA SEPUPU/kindred ànaknderek
          Kawin dengan anak  anak dari saudara sepupu à mindhoan
          Tabu incest;   perkawinan misanan
          Pola menetap àneolokal

Kepemimpinan
          Desa à lurahàTANAH BENGKOK
          Perabot desa: wakil lurah àkomi tuwo
   - juru tulis à carik
   - pesuruh desa àkebayan
   - penjaga keamanan à jaga baya
   - pengawas pengairan à ulu-ulu
   - petugas up. Keagamaan à modin

STRATIFIKASI SOSIAL
          GOL BANGSAWAN à BENDORO RADEN
          GOL PRIYAYI à KAUM TERPELAJAR
          GOL RAKYAT BIASA à WONG CILIK

Agama
          Santri—penganut Islam yg menjalankan agama
          Abangan àorang Islam,sinkretis
          Kejawen à Islam, namun menjalankan ajaran sepenuhnya à kebatinan—ada kekuatan yg lebih tinggi kesakten (roh leluhur dan roh alam )


Jumat, 04 Mei 2012

Filsafat Pancasila


A.     Pengertian Filsafat

Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan”.  Jadi, secara harafiah, istilah filsafat adalah makna cinta kebijaksanaan.

Jelas bahwa filsafat adalah sesuatu yang tidak pernah lepas dari seseorang selama manusia itu hidup. Karena dalam hidup, manusia pasti memiliki pandangan tentang  apa yang dianggapnya paling baik dan paling benar dalam menentukan tujuan hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya. Pilihan manusia sebagai suatu pandangan dalam hidup itulah yang disebut filsafat.

Keseluruhan arti filsafat tersebut dikelompokkan menjadi dua macam, sebagai berikut:
1.      Filsafat sebagai produk
a.       Filsafat yang mencakup arti-arti filsafat, yang merupakan hasil dari proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri – ciri tertentu.
b.      Filsafat sebagai jenis problema sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat, yang pada umumnya proses pemecahan persoalan filsafat ini diselesaikan dengan berfilsafat.
2.      Filsafat sebagai proses
Dalam pengertian ini, merupakan system pengetahuan yang dinamis, menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.

B.     Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu.

Ciri-ciri sistem:
1.      Suatu kesatuan bagian-bagian.
2.      Bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing.
3.      Saling berhubungan dan ketergantungan.
4.      Untuk mencapai satu tujuan bersama.
5.      Ada dalam satu lingkungan yang kompleks.

Maka, dasar filsafat Negara Pancasila adalah satu kesatuan yang bersifat majemuk tunggal, dimana

satu sila tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari sila yang lainnya. Dengan demikian, Pancasila
merupakan suatu sistem filsafat, akan memberikan ciri-ciri yang khas, yang khusus yang tidak
terdapat pada sistem filsafat lainnya.

C.     Kesatuan Sila-Sila Pancasila

1.      Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal.
Susunan Pancasila adalah hierarkis dan mempunyai bentuk piramidal, maksudnya digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarki sila-sila dari Pancasila dalam urut-urutan luas dan juga dalam hal sifat-sifatnya. Sehingga sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadialan social.

2.      Kesatuan Pancasila yang saling Mengisi dan saling mengkualifikasi.
Kesatuan ini bermaksud saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkis pyramidal tadi. Dimana setiap sila saling berhubungan, bersangkutan, melengkapi, dan tidak dapat berpisah dengan sila-sila yang lainnya.

D.     Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat

1.      Dasar Ontologis sila-sila Pancasila
Dasarnya adalah pancasila itu sebagai suatu system filsafat yang meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Setiap sila tidaklah berdiri sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism, yaitu manusia.

2.      Dasar Epistemologis sila-sila Pancasila
Pancasila sebagai suatu ideology bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Tiga hal mendasar dalam dasar ini yaitu, sumber pengetahuan manusia, teori kebenaran pengetahuan manusia, dan watak pengetahuan manusia.

3.      Dasar Aksiologis sila-sila Pancasila
Dasar ini tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan kesatuan. Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, dimana menurut Notonagoro, nilai-nilai Pancasila termasuk nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital.

E.      Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia

1.      Dasar Filosofis
Dasar pemikiran filosofis dari sila-sila Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah:
a.       Mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyrakatan, serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan,  Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan.
b.      Hakikat sila pertama, Adapun negara didirikan oleh manusia itu didasarkan pada kodrat bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
c.       Hakikat sila kedua, Negara sebagai persekutuan makhluk Tuhan yang Maha Esa pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan martbat manusia sebagai makhluk yang berbudaya atau beradab.
d.      Hakikat sila ketiga, Untuk terwujudnya sila kedua, maka harus membentuk persatuan ikatan hidup bersama sebagai suatu bangsa.
e.       Hakikat sila keempat, terwujudnya sila ketiga akan melahirkan rakyat sebagai suatu bangsa, sehingga harus mendasarkan pada nilai bahwa rakyat harus dijamin baik sebagai individu maupun secara bersama.
f.       Hakikat sila kelima, agar sila keempat terwujud, pada hakikatnya harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi warganya, berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama.

2.      Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Filsafat Negara.
a.       Pokok pertama, Negara Indonesia adalah negara persatuan.
b.      Pokok kedua, negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warga.
c.       Pokok ketiga, negara berkedaulatan rakyat.
d.      Pokok keempat, negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut asas kemanusiaan yang adil dan beradab.

F.      Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia.

Secara harafiah, ideology berarti ilmu pengertian-pengertian dasar, yang mencakup pengertian tentang ide-ide, pengertian dasar, gagasan, dan cita-cita.

Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai kebudayaan, serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dimana berakar dari pandangan hidup dan budaya bangsa. Oleh karena ciri khas itu, maka Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

G.     Makna nilai-nilai setiap sila Pancasila.

1.      Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berinti bahwa pada hakikatnya, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan sendirinya sila pertama ini lah yang mendasari keempat sila lainnya.
2.      Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Dalam sila ini, terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab, yang harus dijamin dalam perundang-undangan negara.
3.      Persatuan Indonesia.
Nehara merupakan suatu persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan, maupun agama. Dilukiskan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”
4.      Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Hakikat rakyat adalah sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Negara adalah dari, oleh, dan untuk rakyat. Rakyat adalah subjek pendukung pokok negara, maka mereaka harus mendapat jaminan kemanan dengan kebijaksanaan.
5.      Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama. Keadilan didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

H.     Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Untuk mencapai tujuan dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan terutama dalam melaksanakan pembangunan dan pembaharuan maka harus mendasarkan pada suatu kerangka pikir, sumber nilai serta arahan yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Secara filosofis kedudukan Pencasila sebagai paradigma kehidupan kenegaraan dan kebangsaan mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek kehidupan kenegaraan dan kebangsaan mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Secara lebih rinci filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan kenegaraan adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia. Hal ini karna realitas asal nilai-nilai Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri,

Selain itu filsafat Pancasila merupakan dasar dari Negara dan Konstitusi Indonesia. Memiliki konsekuensi segala peraturan perundang-undangan dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Dengan lain perkataan Pancasila merupakan sumber hukum dasar Indonesia, sehingga seluruh peraturan hukum positif Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila.

Pancasila juga merupakan dasar dan basis geopolitik dan geotrategi Indonesia, sebagai politik atau kebijaksanaan dan strategi nasional Indonesia yang didorong oleh aspirasi nasional geografik atau kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau teritorial dalam arti luas Negara Indonesia, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik negara.


Kamis, 03 Mei 2012

Temanku Nanda


Bisa dibilang aku orang yang berkarakter menarik, sehingga aku punya banyak teman. Aku bisa cepat berteman dengan siapa saja dimana saja. Tapi teman aku yang paling dekat hingga sekarang adalah Agustina Nimas Melliananda. Panggilannya Nanda.

Aku dan Nanda masih berhubungan sampai sekarang. Rumah aku dan Nanda tidak terlalu jauh, jika dilalui dengan motor, hanya butuh sekitar 5 menitan. Kami sangat akrab karena aku dan dia berumur sama. Aku bertemu dengan dia pertama kali waktu umur  10 tahun. Aku sudah kelas 5 SD, sementara dia masih kelas 4 SD. Kami bertemu pertama kali di klub menari minang syofyani. Nanda sangat hebat menari, itu mengapa awalnya aku senang berteman dengannya. Aku dan Nanda sekolah di SD yang berbeda. Awalnya kami tidak terlalu dekat, hanya sekedar teman biasa. Akan tetapi kemudian kami bertemu di SMP yang sama, yaitu SMP Maria. Saat itu aku sudah kelas 2 tetapi dia masih kelas satu. Akan tetapi saat SMP, Nanda mengikuti kelas akselerasi. Sehingga dia lulus SMP dalam waktu 2 tahun saja. Dan kami masuk SMA yang sama di tahun yang sama. Di SMA Katolik Xaverius. Saat SMA inilah kami semakin dekat. Terutama karena banyak sifat dan karakteristik kami yang sama.

Nanda adalah perempuan yang menarik. Dia adalah orang Jawa. Dia humoris dan juga pintar. Dia baik dan juga cantik. Hanya saja kadang-kadang sedikit keras kepala dan egois. Nanda lahir di keluarga yang bekecukupan. Papanya seorang perawat dan Ibunya seorang guru. Nanda juga mempunyai dua orang adik. Satu laki2 dan satu perempuan. Ibunya dulu adalah guru kakak dan abangku di SD. Sehingga Ibunya pun merasa dekat dengan ku, seperti anak sendiri. Akan tetapi musibah menimpa Nanda. Saat kelas 3 SMA, Ibunya meninggal. Tapi Nanda adalah pribadi yang cukup kuat hingga akhirnya dia tidak berubah banyak sampai sekarang.

Sifat Nanda yang baik adalah dia rajin dalam belajar dan berdoa. Dia sangat pintar tapi tidak sombong. Dan dia mau mengajari ku jika aku kurang mengerti. Buktinya adalah dia bisa masuk kelas Akselerasi. Saat SMA dia adalah saingan juara kelasku. Sehingga sekarang dia mendapat beasiswa kuliah di jurusan kedokteran. Dia juga tidak lupa Tuhan, sehingga dia rajin ke Gereja. Dia selalu semangat menjalani hari-harinya. Aku sering sekali salut dengan dia. Karena aku termasuk sedikit pemalas ke Gereja.

Aku dan dia sering bermain bersama. Biasanya bermain bersama di SMA. Kalau ada waktu aku main ke rumah dia, atau sebaliknya dia yang main ke rumah aku. Jika hari senggang kami sering pergi berbelanja bersama. Kami punya banyak hobi yang sama. Menari, Foto-foto, jalan-jalan, berbelanja, dan makan-makan. Kami melakukannya bersama biasanya jika hari libur. Kami sering pergi liburan bersama.

Jika membicarakan tentang Nanda, hal yang paling teringat adalah kisah cinta nya. Kisah cinta Nanda dan aku tidak jauh berbeda. Sejak SMA sampai sekarang kami sering gonta-ganti pacar. Akan tetapi saat kami punya satu orang yang kami cintai, laki-laki itu tidak menghargai perasaan kami. Akan tetapi sekarang sudah sedikit berubah. Dia sudah menemukan lelaki yang juga mencintainya. Namanya yusak. Hanya saja, Yusak sendiri tinggal di jogja. Sehingga mereka jarang bertemu. Akan tetapi Nanda tetap setia dan menunggu Yusak. Dia bertemu Yusak saat pergi liburan semester lalu di Jogjakarta. Ya sekarang kisah cinta kami sedikit berbeda, karena aku masih jomblo.



Kami punya satu tempat favorit yang sama. Yaitu Pantai. Kami sangat senang bermain ke pantai. Biasanya kami pergi ke Pantai bersama tema-teman yang lain juga. Akan tetapi pernah juga kami hanya berdua pergi ke pantai. Karena waktu itu kami sama-sama sedang dalam keadaan susah. Sehingga benar-benar membutuhkan liburan sejenak. Pantai yang pernah kami kunjungi, pantai padang, pantai air manis, pantai caroline, dan pantai nirwana. Dan yang paling kami suka adalah pantai padang, karena dekat dari rumah.

Biasanya kalau kami bertemu. Kami akan saling bercerita tentang banyak hal. Terutama kehidupan cinta kami. Tapi tidak jarang juga tentang kehidupan kampus atau juga keluarga kami masing-masing. Biasanya kami bercerita sambil makan-makan, atau sambil duduk-duduk di tepi pantai. Kami paling sering jalan-jalan bersama di waktu malam. Kami bisa kemana saja yang kami mau. Biasanya jam 10an baru pulang ke rumah. Papa dan mamaku sudah mengerti jika aku pergi dengan Nanda. Dan mereka tidak memarahiku jika pulang terlambat.



Sekarang Nanda sedang kuliah di tingkat dua kedokteran gigi di Universitas Andalas. Dia sedikit sibuk karna mulai banyak praktikum. Akan tetapi kami masih sering bertemu. Akan tetapi jika sedang ujian, kadang kami tidak ketemuan. Hanya saja pasti ada smsan ato telponan. Kami berdua saling menyenangi. Kami sering tertawa bersama dan juga pernah menangis bersama. Kami sudah seperti saudara dan sering berbagi. Aku sangat berterimakasih kepada Tuhan karena bisa punya teman seperti Nanda.

Rabu, 02 Mei 2012

Jacko ku si Jekko


Saya pernah memelihara binatang. Tapi dia sudah meninggal 8 bulan yang lalu. Saya sudah memeliharanya selama 1 tahun. Namanya Jekko. Binatang nya adalah monyet. Saya ingin memeliharanya karena menurut saya menarik. Dan sepertinya bisa menjaga rumah saya. Saya membelinya 50ribu rupiah dari kawan papa di pariaman. Saya senang sekali saat papa mengijinkan saya untuk memelihara monyet.

Saat pertama kali, dia masih kecil berumur 2 bulan. Memang dia kelihatan nakal dan sedikit kasar. Aku langsung mengikatnya dengan tali halus di pagar rumahku. Akan tetapi lama kelamaan dia semakin besar dan pandai. Sehingga saya perlu menggantinya dengan tali yang lebih kasar dan besar. Saya juga memendekkan talinya, supaya dia tidak terlalu jauh bermain dan mengganggu tanaman ibu.

Makanan utamanya nasi. Sama seperti makanan manusia biasanya. Dia bisa memakan apa saja hal yang bisa kita makan. Tidak ada larangan makanan untuk dia.

Saya pernah mengajarkannya untuk disiplin. Tapi sangat susah sekali. Satu hal yang bisa berhasil hanyalah bersalaman. Jekko sangat akrab dengan adek laki-laki saya. Mereka sering bermain bersama. Jekko pandai mencari kutu. Kadang kalau dia sudah capek dia akan mengantuk. Dan wajahnya saat mengantuk sangat lucu.

Jekko pernah sering membuat keributan, karena saat besar, dia sudah bisa membuka talinya sendiri. Dia lepas, dan masuk ke rumah tetangga. Yang paling mengganggu adalah saat dia masuk ke rumah tetangga yang merupakan tempat belajar anak-anak. Jekko membuat kegaduhan dan semua menjerit ketakutan. Papa sangat takut dan kesal karna saat dipanggil dia tidak kembali. Akhirnya papa mengambil senapannya dan berusaha menembaknya. Sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi. Setelah papa berhasil menembak kepalanya, jekko pun berteriak-teriak dan mati. Kemudian jekko diberikan kepada tetannga kami yang lainnya, untuk dijadikan makanan. Tapi saya merasa sangat sedih.

Hal yang perlu dihati-hatikan adalah, memberinya makan. Saya tidak boleh lupa memberinya makan, kalau tidak dia akan merasa sangat marah sekali. Sehingga dia menjadi  semakin nakal dan kasar.

Hal yang menyenangkan adalah bisa melihat ekspresi wajahnya. Jekko sangat lucu, terutama saat sedang mengantuk. Dia juga lucu saat sedang mencari kutu. Dia menghibur kami dan beberapa anak tetangga di sekeliling rumahku.

Hal yang tidak menyenangkan adalah dia nakal. Dia sering melepaskan talinya sendiri dan lari. Sehingga banyak orang yang takut. Dan kami merasa malu.

Tapi sekarang Jekko sudah tidak ada, dan sekarang binatang peliharaan kami tidak ada lagi. Rencananya bulan depan papa ingin membelikan kura-kura. Semoga saja kali ini lebih menarik.

Selasa, 01 Mei 2012

Kebudayaan Batak

Sukubangsa batak terdiri dari sub sukubanga:
ž  Karo   : daerah Dataran Tinggi karo, Langkat Hulu, Serdang Hulu,& Dairi
ž  Simalungun : daerah Simalungun
ž  Pakpak  : Dairi
ž  Toba  : daerah tepi danau Toba, Asahan, Silindung, Pulau Samosir, Sibolga & dpegunungan Pahae dan Habinsaran
ž  Angkola  : Angkola, Sipirok, sebagian Sibolga, Batang Toru, Padang Lawas
ž  Mandailing : Mandailing, Ulu, Pakatan.

Pola Perkampungan
ž  Huta (bhs Toba) merupakan kesatuan yang dihuni oleh keluarga dari satu klen
ž  Kuta (bhs karo)biasanya lebih besar dari huta, dihuni oleh beberapa klen yg berbeda.
ž  Dalam huta ada rumah-rumah, halaman, lumbung.
ž  Setiap desa ada balai desa (balai kerapatan), partukhoan (bhs Toba) dan pohon beringin di depan kampung.

Rumah
ž  Rumah disebut ruma (Batak), jabu (Toba), rumah (karo)
ž  Rumah batak dihuni oleh beberapa keluaga inti yang terikat oleh hubungan kekerabatan patrilineal.
ž  Keluarga luas virilokal

Sistem kekerabatan
ž  Perkawinan: ideal, perkawinan antara orang-orang rimpal (marpariban (dlm bhs Toba) yaitu: seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya
ž  Eksogami marga
ž  Kawin lari: mangalua. Manuruk-nuruk (minta maaf)
ž  Kawin levirat (lakoman dlm bhs karo)mangabia (toba)à janda kawin dg saudara suami .
ž  Pola menetap sesudah menikah: virilokal ( uxorilokal)
ž  Kelompok kekerabatan: patrilineal
ž  Satu ayah, satu kakek, satu nenek moyang:  sada bapa, sada nini (Karo)
ž  Saama, saompu (Toba)
ž  Keluarga batih : jabu (karo), Ripe (Toba)
ž  Marga; klen

HULA HULA atau TONDONG, yaitu kelompok orang orang yang posisinya “di atas”, yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut SOMBA SOMBA MARHULA HULA yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.

DONGAN TUBU atau SANINA, yaitu kelompok orang-orang yang posisinya “sejajar”, yaitu: teman/saudara semarga sehingga disebut MANAT MARDONGAN TUBU, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan.

BORU, yaitu kelompok orang orang yang posisinya “di bawah”, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari disebut ELEK MARBORU artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat.

Kepemimpinan
ž  Di bidang adat: musyawarah dipimpin oleh anak beru tua jabu (ketua anak beru)
ž  Di bidang pemerintahan: dipegang oleh turunan tetua merga taneh (orang asal). Kepala kuta disebut pengulu, kepala urung disebut raja urung dan sibayak untuk bagian kerajaan
ž  Di bidang agama: guru sibaso : tidak scr turun temurun

Religi
ž  Sebagian besar orang Batak menganut agama Kristen dan sebagian lagi beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim (pengikutnya biasa disebut dengan Parmalim) dan juga penganut kepercayaan animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
ž  Religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.
ž  Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:
ž  Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
ž  Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
ž  Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.