Sabtu, 02 Juni 2012

Si Sipit Eps.II - Di Rumah Bang Gokma


Setelah selesai berbelanja ria, kami kembali ke mobil, dan benar saja, Bang Edo langsung memilih untuk duduk di sampingku. Mungkin dia benar-benar menangkap umpan pancinganku. Kurasakan hangat tubuhnya. Hahahahahaha. Sudah cukup lama, tubuh jandaku ini tidak merasakan hangat lelaki, apalagi di malam minggu seperti ini. Duduk di pinggir bak mobil ini memang sedikit menguntungkanku. Sesekali tangannya menggapai punggungku ketika aku hampir terjatuh ke belakang akibat kecepatan bang Anton, sang Ketua Presidium, meninggi saat membawa mobil.

Sampai di rumah Bang Gokma. Awalnya aku mendapati, Bang Edo duduk di pinggir sofa di dekat dinding. Sekilas sempat memandang matanya. Tapi segera kualihkan. Itu salah satu cara mengetes dan memancing. Hahahahahaha. Sebagai perempuan sudah tabiatnya untuk duduk di daerah yang dekat dapur. Dapurnya kebetulan dekat dengan ruang TV yang juga merupakan sebagian ruang tamu. Kebetulan juga si Eci, sang bayi ditidurkan di dekat TV. Aku memang menyenangi anak-anak, akupun memilih untuk duduk di dekat Eci. Menikmati delik matanya yang polos dan ketidakberdayaan tubuhnya untuk bergerak.

Dan, benar saja, tanpa kusadari, Bang Edo telah sampai di sampingku. Ntah kapan dia pindah duduk, akupun tidak tahu. Lagi-lagi kurasakan hangat tubuhnya. Kubiarkan semua berjalan seperti biasa dulu, dia seperti menarik untuk dijadikan seorang abang, pikirku. Hingga sebelum pulang, aku melihat dia mengeluarkan telepon genggamnya. Akupun mengambilnya dan menekankan nomorku untuk dihubungi. Oke. I GOT IT. I got his number. Ini adalah pancingan berikutnya. Aku hanya mempermudah langkahnya, kalau memang benar dia tertarik denganku. Hahhahahaha. Saat detik-detik mau pulang, dia menarik lenganku dan memperlihatkan telepon genggamnya padaku.

dek, abg sbnrnya suka samamu dari awal ketemu.” terpampang pada layar hitam putih itu.

Akupun bersorak dalam hati. YES. Masuk perangkap deh. Hahahahahaha. Tak peduli lah, mau itu pernyataan serius apa bercandaan. Yang penting berarti pancingan aku sukses lagi kali ini. XDD Tapi aku segera menunjukkan muka biasa saja. Toh, aku memang masih menganggapnya abang dan tidak ada yang perlu dibahas. Kamipun pulang. Kembali naik ke atas bak mobil, dan dia lagi-lagi memilih duduk di sampingku. Kali ini sedikit lebih rapat. Akupun mulai memberanikan diri meletakkan tanganku di pahanya. Kalau bagian itu bukan dibuat-buat loh, habisnya takut jatuh siiih, gak ada pilihan laiiiin ><

Dalam perjalanan pulang, dia cukup banyak bercerita, menjelaskan tulisan di hapenya tadi di dekat telingaku. Bahkan sekali dia memuji aku masih harum (ntah gombal ntah ndak, gak tahu deh), yang menandakan bahwa dia bisa merasakan bauku di dekatnya. Oh Tuhan, seandainya hubungan ini sedikit lebih lama, aku ingin mencoba memilikinya, ucapku dalam hati. Aku menyukai hangat tubuhnya. Hangat tubuhnya membuatku merasakan aura yang sepertinya sudah kukenal lama. Tak lama pun aku diantar ke rumahku. Saat aku akan turun dari bak mobil itu, dia berlagak seperti sang pahlawan yang menggenggam tanganku dan membantuku turun, bahkan hampir mencoba ingin merangkulku, untung saja tidak jadi, kalau tidak aku bisa pingsan di tempat. Hahahahaha XDD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro