Senin, 30 Juli 2012

Banjir Bandang Padang : Hari Kedua


Mesti pakai semangat 45! Begitu batinku pada awalnya, ketika sampai di lokasi posko pada hari kedua. Warga sekitar masih terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Panasnya jilatan matahari tak menjadi alasan untuk mereka beristirahat. Debu pun bukan menjadi masalah yang bisa membuat anak-anak kompleks berhenti bermain di luar rumahnya. Keadaan ini membuatku sedikit miris. Bahaya sekali sebenarnya debu-debu ini untuk kesehatan pernapasan mereka, pikirku.

Siang ini dimulai pukul 11 siang. Kali ini kami hanya bertiga, aku, Roli, dan Alfard. Sedangkan dua teman lainnya, kebetulan sedang tidak bisa ikut berpartisipasi. Tapi itu tidak menjadi penghalang buat kami untuk tetap semangat. Tanpa berpikir banyak kami segera mempersiapkan lembaran-lembaran kuisioner dan bersama-sama mengunjungi rumah warga satu persatu.

Hal yang paling berat dalam kegiatan ini adalah bagaimana cara memulainya. Tantangannya di sini adalah karena kami berasal dari LSM yang tidak memberikan bantuan apa-apa. Alasan tersebut memberi kekecewaan tersendiri bagi warga yang kami datangi. Wajar saja, dengan keadaan dan kondisi yang serba kesusahan seperti ini, mereka tentu berharap mendapatkan bantuan. Dengan senyum setulusnya, kami menjelaskan bagaimana status LSM yang kami wakili, walaupun sebenarnya tidak enak hati mengatakan, bahwa kami tidak membawa apa-apa. Bahkan ada warga meragukan kami, dan mengatakan bahwa kami dari salah satu stasiun TV swasta di kota Padang.

Sekitar kurang lebih dua jam mengitari perumahan warga dari satu rumah ke rumah lainnya, kami berhasil mengisi 23 dari 53 kuisioner yang ditangguhkan kepada kelompok kami. Kami menemukan berbagai jenis tipe dan kepribadian dari setiap personal yang kami wawancarai. Menjadi bekal tersendiri bagi kami, secara tidak langsung. Cara dan tanggapan setiap warga akan bencana yang menimpa mereka pun berbeda-beda. Kami berusaha menangkap semua emosi dan perasaan korban, agar bisa mengisi kuisioner dengan sempurna.

Sekitar pukul setengah dua siang, kami merasa kelelahan luar biasa, terlebih aku. Panas terik matahari, debu dan asap membuat kakiku tidak kuat lagi berjalan lebih lama. Perutku meronta-ronta, ngilu dan sakit. Kalau masalah kepala, jangan ditanya lagi, matahari bahkan masih setia menjilati ubun-ubun kami bahkan saat kami akan pulang. Atas dasar itu, akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan melanjutkan kegiatan ini besok.

Bagaimanapun lelah dan penatnya, kamipun tetap tersenyum ikhlas dan puas saat menyusun lembaran-lembaran kuisioner yang telah berhasil kami kerjakan. Kerja keras kami terbayar pantas hari ini. Semoga saja besok menjadi lebih baik.

Kita Sebulan


Sudah sebulan. Eh tidak, 30 hari. Hmm tunggu, atau 4 minggu ya? Aku tidak tahu persis, satuan waktu mana yang cocok untuk menjelaskan, sudah berapa lama hubungan kita ini berjalan. Biarlah, aku yakin toh kau pun tak peduli kan Sayaang?

Tapi aku merasa, hmm, tidak ada sesuatu yang begitu istimewa. Bukaaaaan. Bukan maksudku, bahwa hubungan kita tidak istimewa. Perasaanku mungkin lebih tepat dikatakan santai, tenang, nyaman, hmm, sederhana. Ya, begitulah, semuanya kujalani dan terasa sederhana bagiku. Bagaimana denganmu?

Perasaanku kepadamu pun begitu sederhana. Aku memang mencintaimu, menyayangimu, menginginimu, merindukanmu, dan memikirkanmu, tapi ya aku tidak pernah merasa bahwa aku harus melakukan sesuatu untukmu dan kau harus melakukan sesuatu untukku. Apa kau mengerti? Tunggu, akupun susah menjelaskan bagaimana pastinya perasaanku. Ini baru bagiku, perasaan yang sederhana seperti ini benar-benar baru kali ini aku punya.


Hubungan yang kita jalani jelas bukanlah hubungan yang mudah. Nama kerennya saja Long Distance Relationship (LDR) a.k.a hubungan jarak jauh. Jelas bahwa akan banyak rintangan yang kita hadapi, apalagi menimbang kita, terutama aku yang masih dalam usia labil dalam hal asmara.

Awal aku menerimamu dalam hatiku, tak sedikitpun ada keraguan yang terbersit di hatiku mengenai rintangan bersatuan kilometer itu. Rasa cemburu dan khawatir akan kehilanganmu jelas ada, tapi ya, ntahlah aku merasa sepertinya semua sederhana saja dan aku tidak terlalu perlu untuk membahasnya berkepanjangan.

Jujur saja, Sayaang. Sebenarnya aku tidak suka dengan hubungan jarak jauh seperti ini. Kau pun tahu kan, mulai dari mama, kakak, dan abangku, tiga orang yang kusayang pun sekarang sedang berada jauh dariku. Ya sekalipun masih ada papa dan kedua adik lelakiku di rumah ini, tapi tetap saja aku merasa kekurangan. Saat menyadari aku harus berkomitmen denganmu, aku merasa sedikit sedih memang.

Bagaimana tidak? Hatiku selalu bertanya, “Tuhan, mengapa aku harus sering sekali diposisikan berada jauh dari orang-orang yang aku sayang? Apa memang aku tidak pernah pantas berada di dekat mereka? Atau karena aku yang belum sanggup membahagiakan mereka, jika mereka di sampingku? Tuhan, apakah tidak ada kesempatan bagiku untuk memiliki seorang kekasih yang bisa menjadi sandaran lelahku saat aku tidak sanggup berdiri sebagai yang tertua di rumah ini? Apakah tidak ada kesempatan untukku memiliki seorang kekasih yang bisa menggantikan peran kakak dan abangku yang sudah lebih dulu Kau tempatkan jauh dariku?”

Dan sering sekali aku bertanya kecil, “Kenapa ya begini banget ceritanya?”

Tapi ntahlah, pertanyaan-pertanyaan itu hanya mampu menggelantung di sudut-sudut hatiku. Di mana mereka selalu menunggu harapan, agar waktu segera menjawab semuanya dengan indah. Begitulah, hatiku begitu tenang, dia sepertinya pasrah saja terhadap apa yang terjadi. YA, PASRAH.

Kalau ditanya masalah “ingin bertemu?” tentu jawabanku “iya”. Tapi ya ntahlah, aku tidak pernah merasa bahwa aku harus benar-benar mengusahakan sebuah pertemuan. Aku tidak pernah merasa bahwa aku harus begini, kau harus begitu, agar kita bisa begini. Lalu apa yang kulakukan di hari-hari rinduku menanti kebersamaan kita? Sederhana saja, aku bisa mendengarkan lagu, menutup mataku lalu membayangkanmu di sisiku, membayangkan teduh matamu, besar hidungmu, lebar senyummu, tebal bibirmu, rambut-rambut halus di sekitar bibirmu hingga telinga biksumu.

Ahh, aku rindu kau Sayaang. Dan sekarang aku menangis. Tenang, aku tidak sedang bersedih. Tapi beginilah caraku merindukanmu.

Membayangkan bagaimana aku menikmati teduh matamu, ketika kau dengan mantap berbagi pengetahuanmu. Mengingat bagaimana kita bermain pencet-pencetan hidung dan kau selalu gagal ketika aku mulai cepat menggerakkan telunjukku. Aku masih bisa melukiskan garis senyum pada bibir tebalmu yang selalu membuatku berpikir, kapan aku benar-benar bisa memilikinya Sayaang? Setelah itu aku akan tersenyum, rasa geli saat meraba rambut halus di sekitar bibirmu. Kau bilang, kau tak mau mencukurnya habis kan? Satu lagi, masih jelas di memoriku bagaimana ekspresi wajahmu yang seketika bisa saja diam saat aku meraba-raba mereka. Dan aku pun tersenyum, ya aku merindukan saat-saat sederhana itu. Belum lagi kalau harus mencolek telinga biksumu yang membuatnya berayun lucu. Aku bisa saja lupa waktu, bahwa mungkin seharusnya aku mandi, aku makan, aku membersihkan rumah, aku belajar, dan lain-lain. Aku bisa saja lupa, saat aku merindukanmu. Benar-benar merindukanmu.

Mungkin sekarang kau tahu, mengapa aku lebih suka terdiam dan memandangimu saat kita bersama. Aku hanya ingin merekam semuanya lebih jelas daripada kamera kepunyaanmu itu. Aku hanya ingin punya memori yang kapasitasnya lebih daripada kepunyaanmu. Aku hanya tidak ingin merindukan bayang-bayang kaburmu. Kalau kau di sana bagaimana?


Tapi tetap saja semuanya sederhana. Kau memang sempurna Sayaang. Kau mampu membuat semuanya kujalani dengan mudah, walaupun mungkin tidak bagimu. Kau mampu membuatku merasa tenang, santai dan nyaman, dalam semua keterbatasan kita untuk saling menggapai. Apa yang telah kau lakukan ya? Akupun tidak tahu, aku telah berusaha berpikir keras, tapi tak kunjung menemukan jawaban.

Kalau masalah “mengikhlaskan”, aku jelas tidak bisa benar-benar ikhlas membiarkanmu harus mengejar cita-citamu dan semakin menjauh dariku. Tapi tetap saja, aku merasa tidak perlu melakukan apa-apa, selain berdoa kepada Nya, agar semua rencanamu berjalan sesuai kehendak Nya.

Kalau masalah “cemburu”, sudah mutlak hukumnya aku takut kehilanganmu. Tapi ntahlah, aku tidak pernah berniat untuk menghakimimu. Aku juga merasa tidak perlu mengurusi atau mengatur hubungan pertemananmu. Menurutku terlalu membuang-buang waktu jika aku harus menghabiskan waktu untuk menuruti emosi negatifku. Bukanlah lebih baik kita habiskan dengan tertawa bersama, sekalipun mungkin hanya lewat untaian kata di pesan elektronik.

Aku merasa terlalu tenang Sayaang. Tiba-tiba aku merasa takut. Apakah ini pertanda cinta sejati, atau sebaliknya atau memang ada rencana lain yang sedang dibuat untuk kita Sayaang? Aku takut dan berhenti menangis. Lagi-lagi kukatupkan jemariku dan segera kudoakan nama kita untuk selalu bersama. Kita masih terlalu muda untuk semua ini ya? Ya, kita memang hanya bisa meraba-raba semua perasaan.

Sayaang, aku tidak bisa menjanjikan sebuah hubungan yang sempurna. Tapi selama kau mencoba, aku akan bertahan. Percayalah. Aku mencintaimu. Bukankah yang terpenting dari sebuah hubungan adalah adanya keinginan dua orang untuk tetap bersama? Sederhana. Itu saja.
With love,

Hadiah 1 Bulan : Tulisan dari Alfredo untuk Pacarnya


Kali ini gue pengen share surat cinta pertama gue *suit suit*

Hari ini, tanggal 30 Juli, sebulan sudah aku dalam status berpacaran. Setelah melewati banyak cobaan dan rintangan *asekk*, akhirnya aku menemukan lagi seseorang yang aku cintai dengan sepenuh hatiku.

Cornelia namanya. Dia wanita yang datang ke hidupku diaaat aku merasa tidak mungkin lagi mencintai seseorang. Wanita yang membuatku bisa merasakan senang, sedih, bahagia, cemburu dan lainnya.

Dimataku dia sempurna. Layaknya malaikat yang dikirim Tuhan untukku. Mengisi relung hatiku yang paling dalam. Memberiku ketenangan dengan tatapannya. Memberikanku kehangatan dengan sentuhannya dan memberikanku kenyamanan dengan suaranya

Entah kenapa aku sangat terikat kepadanya. Sangat menginginkannya. Memeluknya, menciumnya, membelainya dan hidup dengannya kini menjadi satu dari sepuluh keinginanku dalam hidup ini. Perasaan yg belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidupku

Hubungan kami berjalan. Padahal kami terpisah jarak. Hidup dan beraktivitas di kota yang berbeda. Aku di pekanbaru (sekarang bandung) dia di padang. Cobaan yang menurutku dan banyak orang sangat berat untuk sebuah hubungan. Tapi sekali lagi, entah kenapa aku sangat yakin menjalaninya. Mungkinkah ini karena cintaku yang besar untuknya? Aku juga tidak tau. Cinta memang betul2 penuh misteri. Hanya cinta keyakinan dan kepercayaanku kepadanya yang membuatku bertahan.
Meskipun terpisah jarak, hari demi hari semakin aku mencintainya. Rasa ini semakin besar, hatiku kini betul2 sudah miliknya. Aku sudah tidak dapat berpaling lagi

Kini sebulan sudah kami bersama. Baru sebentar hubungan ini. Tapi karena terpisah jarak, rasanya hubungan ini sudah berjalan 1 tahun! Jadi sebulan sangat penting dirayakan bagi kami.

Tidak banyak yang ingin kukatakan di hari jadi ini. Bertahan, bersabarlah sayang. Kita tidak bisa bertatap muka langsung. Tapi percayalah, percayalah kalo hatiku ini sudah menjadi milikmu. Cintailah aku dengan sepenuh hatimu. Milikilah aku dengan segenap jiwamu.

Aku sangat mencintaimu sayang. Entah engkau percaya atau tidak. Aku sangat ingin memeluk, mencium dan merasakan hangat tubuhmu.(masi ingat janji kok).

Semoga hubungan kita diberkati Tuhan. Ingat semua yang kukatakan kepadamu.

Loveyou dear.

Minggu, 29 Juli 2012

Banjir Bandang Padang : Hari Pertama


Walaupun sempat tergoda untuk berpaling, akhirnya aku berhasil juga mengabulkan permintaan sang hati.

Aku dan empat teman ku hari ini pergi survei ke Gunung Pangilun, salah satu lokasi bencana banjir bandang yang baru terjadi beberapa hari yang lalu di kota Padang. Selain Gunung Pangilun, banjir bandang juga menimpa daerah Kapalo Koto Limau Manih, Gadut, dan Lubuk Kilangan. Bencana ini cukup menggenaskan, sekalipun berskala kecil. Di beberapa daerah, banjir telah menghancurkan rumah warga, menghanyutkan barang-barang berharga, merusakkan barang-barang elektronik serta kendaraan, juga ada yang menenggelamkan rumah warga hingga ke atap.

Empat temanku ini adalah Roli, Saiful, Alfard, dan bang Niki. Dari keempat teman ini, hanya satu yang kukenal, yaitu bang Niki. Selain karena aku sebagai satu-satunya kembang dalam kelompok ini, ketidaktahuan ku atas pribadi teman yang lainnya, membuatku sebenarnya cukup pesimis untuk melanjutkan kegiatan ini. Akan tetapi dengan menguatkan tekad dengan niat yang tulus, akhirnya aku tetap melangkahkan kaki mengikuti permintaan hati.

Sejak malam kejadian, aku begitu merasa iba dan sedih mendengar berita ini. Di sisi lain, juga merasa sangat bersyukur bahwa bencana ini tidak mengenai daerah perumahanku. Biasanya jika terjadi hujan lebat, maka daerah rumahku (rawa) lah yang terlebih dahulu tergenang banjir. Akupun langsung membayangkan, seandainya saja bencana ini menimpaku. Aku mungkin tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Bayangkan saja, bagaimana jika rumahmu terendam banjir hingga ke atap. Semua barang-barangmu akan habis rusak atau tidak layak dipakai lagi. Terutama bagi korban banjir di daerah Kapalo Koto. Daerah tersebut adalah daerah kampus Universitas Andalas Padang, dimana kebanyakan menjadi tempat kos-kosan bagi mahasiswa yang merantau. Mungkin mahasiswa tidak punya banyak barang elektronik, tapi bagaimana dengan buku-buku pelajaran atau berkas-berkas penting urusan kemahasiswaan? Lagi-lagi aku bersyukur.

Rasa syukurkupun terus memaksaku untuk melakukan sesuatu untuk bencana itu. Apalagi setelah aku mendapat kabar, bahwa salah seorang sahabatku Ryko, menjadi salah satu korban bencana. Tapi karena air mati dan tidak adanya kendaraan di rumahku untuk beberapa waktu kemarin, niatku ingin menjenguknya ke rumahnya, belum juga terlaksana. Sementara hatiku terus berpikir keras bagaimana caranya agar aku bisa memberi bantuan, segera?

Hingga akhirnya bang Alfa memberi kabar bahwa ada sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang membutuhkan sukarelawan dan akan mengadakan rapat segera. Selain bang Alfa, ada juga bang Fajri yang ikut serta, akupun bertambah semangat mengikuti kegiatannya. LSM ini bernama Nusa Relief (NR). Dan ternyata NR bukanlah LSM yang bergerak dalam hal pengumpul bahan bantuan (materi), tetapi bergerak di bidang penanganan korban untuk aspek psikososialis pasca bencana. Awalnya kedengaran menarik dan membuat hatiku semakin bersemangat. Akan tetapi setelah mendapat sedikit pembekalan tentang teori nya, aku merasa perlahan pesimis. Ya, ini pasti akan sulit sekali karena penuh dengan tantangan, apalagi dilakukan oleh orang-orang yang tidak berpengalaman. Tapi hatiku masih saja bersikeras ingin mencoba. Toh katanya, minggu ini hanya melakukan assesment terlebih dahulu.

Nah, hari ini sekitar pukul 11, aku dan empat temanku berkumpul dan segera menuju lokasi bencana. Kami membawa motor kami masing-masing. Udara begitu sesak, kotor, dan berdebu. Sinar mentaripun menyengat tak mau kalah. Jalanan licin dan becek oleh sisa-sisa lumpur yang belum mengering sempurna. Ditambah lagi dalam kondisi sedang berpuasa. Semua kondisi fisik lapangan benar-benar menguji ketabahan iman kami, sekalipun aku tidak ikut berpuasa. Tapi ntahlah, rasa lapar, haus, dan panas yang dikeluhkan teman-temanku, tidak begitu kurasakan. Mungkin karena aku masih sarapan jam 8 tadi ya, pikirku. Kakiku masih kuat melangkah, mataku masih mampu melihat, dan badanku masih kokoh berdiri. Aku masih semangat, sederhana saja.

Karena kebutaan kami akan lokasi dan bencana itu sendiri, akhirnya kami menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk berputar-putar. Melihat setiap daerah dengan seksama, untuk bisa memutuskan daerah mana yang terparah, yang membutuhkan bantuan kami. Lalu kami menuju kantor kelurahan, untuk meminta izin dan informasi. Menurut ibu wakil lurah, daerah yang paling parah adalah RT 01 dan RT 02 di RW 02. Kamipun segera menuju lokasi ketua RT yang disebutkan beliau.

Saat mencari rumah ketua RT, kami melewati rumah-rumah warga yang terkena bencana. Semua serba sibuk. Ada yang sibuk di dalam rumahnya, merapikan dan membersihkannya bersama sanak keluarga. Ada juga yang masih sibuk dengan mobil semprot air dari pemadam kebakaran untuk mengeluarkan lumpur-lumpur dari rumahnya. Posko bantuan juga sudah cukup tersebar. Sekilas aku melihat ada posko dari LG, Garuda Indonesia, salah satu partai di Indonesia, posko kesehatan, dan posko-posko LSM lainnya. Ternyata tingkat kepedulian masyarakat di sini masih tinggi, syukurlah, batinku. Dan setelah berkonsultasi dengan ketua RT, akhirnya kami mendapat sebuah lokasi untuk mendirikan posko kami nantinya.

Sudah pukul satu siang, terik matahari belum lelah menjalarkan panasnya ke ubun-ubun kepala kami. Kamipun memutuskan untuk berhenti di salah satu sekolah menengah atas di daerah sana, membaca buku panduan sederhana yang diberikan, memahami kuisioner dan berdiskusi singkat. Kami sempat pesimis dan bingung tentang bagaimana harus memulai kegiatan ini, karena kami benar-benar tidak membawa bantuan fisik apapun. Hal itu akan menjadi kekecewaan warga nantinya. Setelah berdiskusi singkat dan saling menyemangati, akhirnya kami memutuskan untuk memulainya dari rumah ketua RT itu sendiri, Pak Syarif namanya.

Untung saja Pak Syarif menyambut kami cukup baik. Kami mulai bertanya pelan-pelan tentang keadaan Pak Syarif dan keluarganya. Ingin mengetahui secara umum bagaimana keadaan psikososialis beliau. Pak Syarif pun bercerita cukup tenang dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan santai. Kelihatannya beliau tidak terlalu trauma terhadap bencana ini. Akupun mulai sedikit optimis untuk kelancaran kegiatan ini. Sementara aku sebagai si penanya utama kehabisan pertanyaan, Pak Syarif pun berkata, “Nanti kalau bisa di rumah warga lain, wawancaranya tidak usah terlalu lama ya. Kita tidak tahu nanti mereka mungkin bisa saja kecewa atau berpikiran tidak senang.”

Memang benar sih, tapi kalimat beliau kembali menyurutkan langkah kami untuk meneruskan kegiatan itu sore ini. Setelah berdiskusi sebentar, sekitar pukul 3 sore, sehabis dari rumah Pak RT kamipun memutuskan untuk kembali ke sekretariat NR untuk berkumpul dan meminta saran kepada bang Heri dan istrinya sebagai sang tetua.

Hufff, sekian dulu hari ini. Cukup melelahkan, tapi hasil tidak memuaskan. Semoga saja besok kami bisa bergerak lebih efektif dan efisien lagi, amiiiiiiiiiiiiiiiiiiin. 

Senin, 23 Juli 2012

Higepiyo Vs Bang Edo



Setelah selesai menonton beberapa serial Higepiyo, tiba-tiba aku merasa dekat dengan sosok Higepiyo ! Yap ! Aku merasa mempunyai sosok Higepiyo dalam keseharianku. Hingga akhirnya aku sadar bahwa dia adalah Bang Edo alias si doi ! HAHAHAHAA *ketawaiblis*

Mereka benar-benar mirip dan aku semakin menyukai keduanya. Mari kita lihat apa saja kemiripan mereka.

1, Higepiyo itu berkumis. Persis sekali. Bang Edo emang punya kumis. Aku sempat mengomentari kumisnya dan dia memutuskan untuk mencukurnya. Tapi tidak mencukur habis semuanya. Alasannya, gak percaya diri kalau gak pake kumis. HAHAHAHA. xDD

2. Higepiyo itu suka makan.Yapp, Bang Edo juga begitu. Walaupun tidak serakus Higepiyo, tapi Bang Edo jelas hobi makan, itu mengapa mereka sama-sama mempunyai perut yang BUNCIIIT. Hohoho ^.^

3. Higepiyo suaranya berat dan berpaham. Yang ini tidak diragukan lagi. Tidak sekali dua kali, tapi hampir selalu setiap aku mendengar suara Bang Edo kedengaran seperti suara bapak-bapak. Wakakakaka XD

4. Higepiyo berakal, cerdik, dan pintar. Yaap, aku akui. Semoga saja Bang Edo gak baca ya, aku gak mau hidungnya jadi lebih besar dari yang sekarang. Tapi memang, Bang Edo itu pintar, bisa dibilang yang paling pintar dari semua mantan-mantan aku, hahahahahaha XD

5. Higepiyo suka minum sake (daiginjyou), semacam minuman keras. Hmm, aku masih ingat Bang Edo sering cerita kalau dia dan teman-temannya suka minum minuman keras. Heu u,u

6. Higepiyo adalah sahabat bagi Hiroshi. Kali ini aku merasa menjadi seorang Hiroshi. Karena memang walaupun status kami “in relationship” tapi sering sekali aku lebih suka, kami berprilaku sebagai sahabat. Kami bisa saja bercanda, berbicara, bahkan berdebat gila untuk hal-hal kecil yang bodoh. Tapi itu yang membuat mengapa aku begitu nyaman dengan nya, karena tidak terikat dengan status pacaran yang kaku.

7. Higepiyo punya adik perempuan yang sangat dia sayang. Ini juga mirip kan? Bang Edo juga punya seorang adik perempuan yang namanya Clara yang sangat dia sayang. Begitu juga Clara yang juga sayang Bang Edo. Bagaimanapun dalam sehari-hari mereka sering tidak sependapat. Wakakakakakak XDD

8. Higepiyo menjadi perawat pribadi saat Hiroshi sakit. Aku juga merasa bahwa Bang Edo punya jiwa perawat. Mungkin karena dibesarkan oleh seorang ibu yang bekerja sebagai dokter. Walaupun dia berada jauh dari ku, tapi waktu aku sedang sakit, nasihat-nasihat kecilnya, membuat aku merasa seperti punya seorang dokter pribadi. Ya walaupun, gak aku turuti sih. Tapi setidaknya dia cukup sabar untuk mau terus menasihati aku yang tetap tidak mau menurutinya. Sehingga akhirnya aku sebenarnya tergoda minum obat juga, walaupun cuma sekali, tapi gak mau bilang dia. Hahahaha XDD

9. Higepiyo membantu mama Hiroshi pergi berbelanja.
Whuaaaaaaaaa. Kalau yang ini aku jadi ingat waktu Bang Edo cerita dia kecapekan. Karena seharian menemani mama nya pergi belanja yang sangat super duper banyak di sebuah mall di Pekanbaru. Walaupun sebenarnya Bang Edo tidak suka dengan aktivitas itu, tapi dia tetap membantu. Mereka mirip kan?

10. Higepiyo mau berjuang untuk membayar rasa maafnya setelah membuat kesalahan. Hohoho. Untuk poin yang ini aku merasa mereka benar-benar mirip. Karena waktu itu, Bang Edo pernah membuat kesalahan, dan aku cukup kesal dan kecewa sekali. Atas kesalahannya itu Bang Edo minta maaf dan membuat sebuah janji yang cukup berat buat dirinya sendiri. Janjinya apa? Rahasiaaaaa dund :P

11. Higepiyo  mendongeng untuk Hiroshi sebelum tidur. Kyaaaaa!!! Aku sukaaa ini!! Bang Edo juga suka mendongeng untuk aku sebelum tiduuuur. Aku suka sekali waktu Bang Edo mau melakukannya. Terlebih lagi Bang Edo mendongeng cerita dengan logat bicara yang sesuai darimana dongeng itu berasal. Misalnya saja mendongengkan cerita Malin Kundang dengan gaya bicara dan logat Minangkabau. Dan aku biasanya sudah tertidur saat Bang Edo baru mendongengkan 1/4 ceritanya. Hahahaha XDD

12. Higepiyo hobi menonton siaran drama sejarah di TV. PERSIS ! Bang Edo juga pernah bilang kalau Bang Edo sangat menyukai pelajaran Sejarah. Aku masih ingat waktu itu di telpon, Bang Edo bercerita dan menjelaskan kepadaku bagaimana menariknya sebuah Sejarah. Hahahaha. Betul-betul mirip deh.

Luar bisa mirip kan?!! Hahahaha. Yaap. Itu mengapa aku kemarin mengulang-ulang beberapa seri Higepiyo. Karena aku merasa bisa melepas sedikit rasa rindu ku. Karena memang Bang Edo dan aku menjalani hubungan yang mesti disiksa jarak dan pulsa (nah lho?! -.-) hahahahahaha. Sejak mengenal animasi ini, aku jadi suka memanggil bang Edo dengan panggilan Higepiyo.

Tapi jarak bukan masalah besar bagiku dan baginya. Karena aku dan dia tidak sendirian melewati semuanya. Aku dan Higepiyo ku akan sama-sama bertarung, bekerja keras, menaklukan semua rintangan, hingga akhirnya kami pun bisa bertemu waktu untuk menjemput indah yang sejati. Lagian untuk sebuah hubungan yang serius tidak sekedar membutuhkan intensitas yang tinggi dalam hal pertemuan, tapi juga intensitas yang tinggi dalam hal komunikasi, keterbukaan, rasa percaya, harapan, dan cinta tanpa pamrih.

Aku dan Higepiyo ku toh masih sama-sama muda. Biarlah waktu kita habiskan terlebih dahulu untuk bersakit-sakit. Biarlah waktu kita habiskan dulu demi sebuah tanggung jawab yang lebih besar. Biarlah waktu kita habiskan dulu sebagai orang muda yang bertarung keras untuk sebuah tanggungjawab masa depan yang indah. Karena bahagianya pacaran itu bukan tentang duduk dempet-dempetan atau pegangan tangan kemana-mana. Walaupun aku di sini dan kamu di sana, tapi aku percaya, dalam nama Nya, semuanya akan selalu indah.  Dan dengan begitu, aku sepernuhnya bahagia.

Higepiyoooo daisukiiii ^.^ 

Minggu, 22 Juli 2012

HIGEPIYO : Anak Ayam Berkumis


Ada yang tahu apa itu Higepiyo? Kali ini aku ingin membahas sedikit tentang Higepiyo. Higepiyo adalah nama yang diberikan Hiroshi Haneda untuk seekor anak ayam ajaib yang berkumis dan berwarna kuning dalam sebuah animasi yang judulnya Higepiyo. Hiroshi membeli Higepiyo saat dia dan kedua orangtuanya sedang pergi ke sebuah festival.  Hiroshi adalah bocah laki-laki yang masih sekolah, masih kelas 3 SD.


Awalnya, sekilas melihat wujud fisik Higepiyo, sungguh tidaklah menarik. Paras wajahnya yang selalu datar dengan bibirnya yang tebal dan lebar, ditambah lagi dengan kumis yang melingkarinya. Begitu juga dengan suaranya yang berat, tidak imut-imut seperti anak ayam lainnya.

Tapi Higepiyo, bukanlah anak ayam biasa. Higepiyo adalah anak ayam ajaib. Mau tahu apa saja keajaibannya?
  •      Higepiyo bisa bicara layaknya manusia
  •      Higepiyo suaranya berat dan berpaham seperti seorang samurai
  •      Higepiyo sangat suka makan dan rakus
  •      Higepiyo suka yakisoba dan strawberry
  •      Higepiyo makan makanan manusia dan makan sendiri pakai sendok/sumpit
  •      Higepiyo bahkan bisa duduk dengan gaya Jepang
  •      Higepiyo membaca koran
  •      Higepiyo mendengar radio
  •      Higepiyo berakal, cerdik, dan pintar
  •    Higepiyo suka minum sake (daiginjyou)
  •    Higepiyo selalu menjadi penolong saat Hiroshi menemukan masalah
  •    Higepiyo tidak mau disebut pet, dia merasa sebagai seorang sahabat bagi Hiroshi
  •    Higepiyo bisa bahasa Perancis
  •    Higepiyo bisa berenang
  •    Higepiyo bisa punya pusar di perut dan bisa tumbuh rambut
  •    Higepiyo punya adik perempuan yang sangat dia sayang namanya Gyarupiyo
  •    Higepiyo menjadi perawat pribadi saat Hiroshi sakit
  •    Higepiyo jago main pingpong, bahkan sendirian melawan Hiroshi dan mamanya
  •    Higepiyo membantu mama Hiroshi pergi berbelanja
  •    Higepiyo mau berjuang untuk membayar rasa maafnya setelah membuat kesalahan
  •    Higepiyo  mendongeng untuk Hiroshi sebelum tidur
  •    Higepiyo hobi menonton siaran drama sejarah di TV


Dalam adegan-adegan di ataslah, Higepiyo baru kelihatan menarik. Higepiyo lucu dan menggemaskan, tapi juga begitu gagah dan tampan. Di satu sisi dia bertingkah lucu seperti seorang anak, tapi tidak jarang Higepiyo mengeluarkan kata-kata bijaknya bagaikan seorang samurai sejati, sehingga dia kelihatan sangat gagah dan dewasa.

Begitulah mengapa sekarang, aku menyukai animasi Higepiyo. Higepiyo mengajarkan kalau penampilan bukanlah segalanya. Dalam sebuah pertemanan sejati, kita dituntut untuk menilai seseorang berdasarkan karakternya daripada sekedar penampilannya.

Selain itu, Higepiyo juga menunjukkan bahwa, kerja keras itu sangat penting. Filosofi “ganbaru” Jepang sering sekali tersirat dalam serial animasi Higepiyo. Bagaimana Higepiyo selalu melacut Hiroshi untuk menjadi bisa dalam hal-hal yang sebelumnya dia tidak bisa. Luar biasa bukan? Semuanya hanya butuh kerja keras.

Higepiyo bukan sekedar animasi murahan yang dibuat hanya untuk menghibur penontonnya. Aku mengakui bahwa Higepiyo menyimpan pelajaran dalam setiap serinya. Sesekali dalam serialnya, ada juga terselip pengetahuan-pengetahuan sederhana tentang istilah2  Jepang, kanji Jepang, bahkan pelajaran sains sederhana. Higepiyo sebenarnya bisa menjadi animasi yang cukup berbobot untuk anak-anak.

Bagaimana tidak Jepang mempunyai karakter unik yang banyak diteladani orang-orang dari berbagai negara? Dari kecil saja mereka sudah disuguhi tontonan-tontonan yang berkualitas walaupun dikemas dalam bentuk yang sederhana. Sudah seharusnya kita sebagai generasi muda memikirkan ini sebagai salah satu cara untuk memajukan generasi kita berikut nantinya.



Salam Higepiyo, Piyoooooo ~

Jumat, 13 Juli 2012

Si Sipit XI - Sanggupkah?

Hatiku merengut. Aku tak ingin kau pergi, Sayaang.

Bagaimana caranya, agar kau tahu, bahwa aku tak bisa membiarkanmu harus pergi lebih jauh lagi?

"dek, abang ada kabar gembira untukmu."
"apa bang?"
"beasiswa abang yang kuliah ke australi udah positif diterima buat tahun depan."
"ohh ya? waaa, abang hebaaaat. Selamat yaa. Trus trus kapan ngurus2nya?"
"belum langsung sih. mesti ikut pendidikan dasar dulu setahun di Bandung."
"ohh. tetap semangaaat ya bang. bangga deh punya pacar pinter."

DOWN.

Aku ngerasa dingin. Jauh lebih dingin daripada biasanya. Aku harus bilang apa coba?
Ini adalah saat-saat yang paling aku benci.
Saat bertemu keterbatasan seperti ini, aku bisa apa?
Sedih dan sepi tak mungkin untuk disampaikan, sementara bagaimana mungkin aku bisa munafik dengan perasaanku sendiri?

Di satu sisi, iya aku mengerti. Itu semua tentang masa depanmu, yang suatu saat akan menjadi masa depan ku juga. Aku pun benar-benar bangga punya lelaki yang benar-benar semangat belajar sepertimu.
Tapi Sayaang, aku tak bisa berbohong. Rasa cemburuku meningkat lebih cepat dan tak terkontrol dari biasanya. Aku bahkan mulai mencurigai hal-hal kecil. Sayaang, aku mohon tenangkanlah aku. Yakinkanlah aku, bahwa kau memang hanya untukku. Bahwa aku memang hanya untukmu.

Tuhan, mengapa? Mengapa harus begini? Mengapa kamipun harus terpisah jarak, saat aku merasa dia sudah begitu melengkapi jiwaku? Tuhan, aku hanya bisa memohon, indahkanlah cerita kami suatu saat nanti. Amin.

Terimakasih Tuhan.

Kamis, 12 Juli 2012

Can You Hear Me Crying?



Rindu telah membuat setiap rongga dadaku sesak.
Membuat gendang telingaku berteriak.
Jantungpun mampu memompa segalanya lebih cepat.
Rindu telah membuat nadiku bergetar, hingga tulangku pun berdecit.
Rindu itu sederhana dan mampu lakukan segalanya.
Sebenarnya aku tak lagi kuasa merindukanmu, hanya saja aku belum ingin terlihat lemah, Sayang.
Semuanya terdengar mudah dalam kata-kata, dan aku masih ingin memegang setiap gema nya.
Rindu itu sederhana, nikmati saja, jalani apa adanya.
Tak ada yang perlu kau cemaskan, Sayang..
Aku kuat dan masih mampu bertahan.
Tapi...bisakah sejenak kau dengar isakku?
Isakku setiap ku umbar sayang dan rindu?
Isakku setiap ku mendengar semua hurufmu?
Isakku setiap ku tak mampu menahan kerapuhanku.
Bagaimana Sayang?
Terdengarkah tangisku malam ini? Saat aku terdiam menikmati gelombang suara dalam ceritamu?
Sampaikah semua getaranku ke telingamu? Saat aku berusaha tertawa kecil membayangkan senyummu?
Mampukah kau raba hatiku? Yang selalu berteriak memanggil namamu?
Sanggupkah kau rasakan dinginnya napasku? Dia terlalu sering kali memikirkanmu.
Bahkan ujung rambutku pun sudah merindukan belaianmu, aku tak bisa munafik.
Aku sadar, aku tak bisa lagi melalui semua rindu ini sendirian, Sayang.
Tapi kapan aku mampu menyampaikan semua kerinduan ini, tanpa air mata?
Adakah rindu di hatimu, seperti rindu yang kurasa?
Ahh, aku tidak pernah benar-benar peduli.
Yang ku tahu, aku merindukanmu. Sederhana, itu saja.

Rabu, 04 Juli 2012

Si Sipit Eps.X - Kembali ke Kotanya


Kali ini aku melepasnya dengan ikhlas.

Aku telah mengijinkannya pergi. Kukecupkan tangannya di dahi, lalu terselip nama di dalam doa. 

Semua malaikat di Surga, temanilah perjalanannya kali ini, doaku.

Sampai berjumpa di lain waktu, Sayang. Aku akan sangat merindukanmu. 

Selasa, 03 Juli 2012

Si Sipit Eps.IX - Kecewa Pertamaku


KECEWA ~

HARI INI AKU KECEWA TINGKAT TINGGI~

Ini lah alasannya mengapa aku paling malas bicara tentang apa yang benar-benar aku rasakan.
Saat aku sudah begitu susah berupaya menjelaskan, kamu malah tidak percaya, kamu malah melupakannya dengan cepat. SAKIT ~

Gak banyak yang bisa aku jelaskan. Terimakasih untuk rasa tidak percayamu. Aku benar-benar kecewa ! 

Senin, 02 Juli 2012

Si Sipit Eps.VIII - Aku Mencintaimu


Sekarang udah hari Senin, udah saatnya Bang Edo buat pulang kembali ke kotanya Pekanbaru. Hwuuaaaaa. Aku belum ikhlas. Aku belum ingin dia pulang. Aku masih ingin bersama. Tapi apa daya, kami punya kehidupan masing-masing di kota kami masing-masing. Jam setengah sebelas aku melepas kepergiannya, tanpa banyak ucap kata.

Setelah aku sampai di rumah, aku merasa menyesal. Aku merasa sangat kesal pada diriku yang tak mampu mengungkapkan apa-apa tentang perasaanku kepadanya. Aku merasa bersalah, bodoh, dan sangat jahat. Melepas kepergiannya begitu saja. Diam-diam dalam hati aku berharap, dia jangan pulang hari ini.

Dan benar saja!

Setengah jam setelah melepasnya, dia menghubungiku.

“Dek, abang kecelakaan ni di dekat stasiun TVRI.”

Darahku naik, jantungku berdegup kencang. Apa yang harus aku lakukan? TVRI cukup jauh dari rumahku. Lagian, jikapun aku sanggup menempuhnya, apa yang sanggup aku lakukan? Akupun berusaha menghubungi semua orang yang aku rasa mampu membantu. Setelah cukup lama mencari bantuan, akhirnya sekitar pukul 2 siang, Ko Romi datang menjemputku ke rumah dengan Avanza putihnya. Ternyata di dalam mobil ada bang John, Paulus, dan juga Kak Uli. Kamipun segera melaju menuju lokasi bang Edo.

Setengah jam kemudian, kami sampai.

Wajahnya merah. Aku tidak tahu apa artinya. Mungkin saja sedang emosi, sedang sakit, atau sedang malu? Ntahlah. Perasaanku berkecamuk. Akupun mulai menyalahkan diriku yang tadi diam-diam berdia supaya dia jangan pulang hari ini. Tapi sudahlah, apa daya. Aku melirik motor Ninjanya. Banyak goresan pada bagian kanannya. Dan ada banyak besi-besi patah yang tak kumengerti itu apa.

Setelah lama berdebat antara kami, polisi, dan korban tabrakan, akhirnya masalah diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Syukurlah, pikirku. Kamipun segera ke kantor polisi sekitar untuk mengurus surat damai dan surat keterangan polisi untuk mengurus asuransi motor bang Edo.

Setelah semua urusan selesai, kami kembali ke sekre PMKRI dan beristirahat. Aku menatapnya dalam. Mencoba membaca hati dan pikirannya. Membelai rambutnya perlahan, mencoba menenangkan setiap pikirannya. Mengajaknya berbicara, untuk membantunya membagi pikirannya. Tiba-tiba saja, aku mencintaimu bang, batinku.


Aku merasakan getaran itu. Aku tak ingin kau pergi. Aku benar-benar takut kehilanganmu. Aku merasa sangat bersalah dan sedih melihat keadaanmu. Aku mohon, jangan kau lakukan lagi kebodohan-kebodohan macam ini. Aku tak sanggup melihatmu terluka, Sayang. Besok aku akan katakan semuanya kepadamu, janjiku dalam hati.

Minggu, 01 Juli 2012

Novel 5 cm : BERMIMPILAH



Barusan gue baru kelar baca novel “5 cm” nya Donny Dhirgantoro. LUAR BIASA. Ini novel, berbobot tinggi, tapi ditulis dengan sederhana. Mulai dari makna-makna motivasi implisit, nilai sastra, nilai komersial, nilai perjuangan, sampai nilai sosial jiwa mudanya, komplit.

Banyak hal yang bisa diambil dari novel ini. Tapi gue paling menarik pada halam tengahnya (mulai hal.263). Kata-kata di halaman ini, SUMPAH, pernah dan sering terlintas di kepala gue, dan jujur itu yang gue pegang sampai sekarang. Walaupun di satu sisi gue ngerasa kecewa karena bukan gue yang buat kata-kata itu tertulis menjadi sebuah novel, tapi di sisi lain, gue bangga banget, bisa mikirin kata-kata itu sebelumnya, yang sebenarnya mantap banget kalau ditulisin. Gue bangga BANGET.

Ini dia penggalan ceritanya yang paling gue suka.

Manusia itu terbagi dua jenis. Ada manusia eksternal dan ada manusia internal.

Manusia eksternal adalah manusia yang selalu memandang sesuatu yang terjadi padanya sebagai akibat keadaan yang terjadi di luar dirinya. Manusia eksternal beranggapan bahwa semua keadaan atau segala kejadian yang menimpa dirinya itu disebabkan oleh keadaan eksternal di luar kendalinya. Kalo gampangnya, manusia yang selalu menyalahkan keadaan. Dia selalu berpikir keadaan yang selalu mengontrol dirinya, bukan dirinya yang mengontrol keadaan.

Kebalikannya adalah manusia internal. Dia yang selalu merasa harus mengontrol keadaan, dan tidak pernah mau kalah sama keadaan. Mereka manusia internal adalah manusia yang akan selalu melihat dahulu apa yang salah dalam dirinya, bukan lantas menyalahkan keadaan.

Intinya itu, di hidup gue, gue itu supir, bukan penumpang !!

Gue gak mau diatur oleh keadaan. Gue harus selalu jadi kalimat aktif selalu pakai awalan me- bukan kalimat pasif dengan awalan di-.

Gue gak pernah mau kalah sama keadaan. Lagian yang bilang kita kalah itu siapa? Kita sendiri kan? Kalo kita nggak bilang kalah, kita nggak akan pernah kalah! Sebenarnya itu, nggak pernah ada manusia yang kalah, cuma pelajaran nya aja mungkin agak berat dibanding yang lain. Atau mungkin kita sendiri yang membuatnya terlihat berat. Padahal bukannya kita beruntung kalau mendapatkan pelajaran yang lebih berat dari yang lain? Jadi semua kembali lagi ke masalah sikap.

Apapun itu, cobaan, kegagalan, kekalahan, tidak akan menjadi sesuatu yang buruk, tergantung kita menyikapinya. Kalo kita bersikap positif sama kegagalan kita, kita akan menganggapnya sebagai suatu pelajaran yang amat berharga yang telah Tuhan berikan untuk kita. Ibarat bikin pintu ke jalan baru.

Ada yang bilang, kehidupan adalah 10% yang terjadi pada dirimu dan 90% sisanya adalah bagaimana kita menyikapinya. Sebenarnya Tuhan telah memberi kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih apakah akan bersikap negatif atau positif terhadap suatu keadaan. Kita setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih. Memilih di persimpangan-persimpangan kecil atau besar dalam sebuah “Big Master Plan” yang telah diberikan Tuhan kepada kita semenjak lahir. Jadi semuanya ke masalah pilihan!

Pilihlah untuk terus bermimpi! Sekalipun sebenarnya mimpi adalah sesuatu yang tidak pasti, tapi kita harus punya mimpi. Apa jadinya kalo orang nggak punya mimpi. KOSONG! Sama dengan manusia yang tidak percaya Tuhan, KOSONG! Dan mereka yang kosong, nggak lebih dari seonggok daging yang punya nama.

Sebelumnya semua yang tertulis di atas itu cuma mengambang di kepala gue. Sekarang, setelah gue ngelihat semuanya tertulis dengan rapi, gue ngerasa lebih sempurna. Semangat gue berkobar-kobar, dan rasanya tu, walaupun sekarang gue lagi libur semester, gue pengen banget buka buku dan belajar. Gue pengen memperdalam ilmu gue dan memperbaiki kebodohan gue akibat kemalasan-kemalasan gue semester lalu. Tiba-tiba tu rasanya gue semangat banget buat ngelakuin hal-hal yang sebelumnya gue tunda-tunda. Cuma karena berhubung nih malam mati lampu, gue belajarnya mesti ditunda besok, tapi gue NIAT. Semangat gue luar biasa, walaupun sebentar lagi pukul 24.00 wib. Dan yang paling gila lagi, gue ngerasa gue pernah mendaki Gunung Mahameru!

Jadi, gue saranin buat lo semua buat baca buku ini. Gak bakal nyesal, gue jamin. Kecuali emang lo ngerasa menjadi seonggok daging punya nama udah cukup buat bikin lo hidup.

Ingat, setiap lo punya mimpi, atau keinginan atau cita-cita, lo taruh di depan kening lo, jangan menempel, biarkan dia menggantung 5 cm di depan kening lo. Jadi dia gak akan pernah lepas dari mata lo.


Habis itu yang lo butuhkan cuma :
Kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya. Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya. Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya. Leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Dan mulut yang akan selalu berdoa.

Kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya, karena kamu hanya harus mempercayainya. Percaya pada 5 sentimeter di depan kening kamu.

Selamat mencoba ^_^