Sabtu, 22 Desember 2012

Cerita Subuh Part II



01.13

Ya aku bukan wanita terkuat. Aku lelah dan jelas menyerah, tapi apa daya, aku sudah terlanjur melangkah dan tak akan mungkin mundur.

Aku benar-benar merindukannya.

Pahala.

Kalian masih ingat dia? Iya, dia mantanku.

Usahaku untuk menjauhi dan melupakannya, hanya membuat hari-hariku terasa semakin kosong.

Jangankan kalian, aku sendiri pun bingung, kenapa aku bisa seperti ini. Sejak kenal, pacaran, bahkan hingga putus, Pahala tidak pernah berbuat banyak. Dia seharusnya tak pernah mendapatkan rindu ini. Kami jarang berkomunikasi, apalagi bertemu, apalagi bercerita, bersendagurau, ahk. Tidak ada. Tidak pernah ada romantisa kemesraan berdua dengannya, selama kami pacaran. Kalaupun ada, itu hanya di khayalan ku saja. Apalagi semenjak putus, hubungan yang serba minim itupun menjadi sama sekali tidak ada.

Ada kalanya aku merasa begitu jengkel terhadapnya. Aku merasa begitu kuat dan sanggup untuk meninggalkannya. Tapi selalu saja ada bisikan yang membuatku bertahan : “Beri dia waktu.”

Bukan tak pernah aku mencoba berpaling darinya. Termasuk bang Edo, mantan terakhirku, sudah ada sekitar 7 lelaki jadi pelampiasanku. Ada yang kujadikan pacar, ada yang hanya teman dekat. Aku tahu itu sakit baginya, aku tahu aku telah mengkhianatinya. Tapi seharusnya dia lebih tahu, bahwa segala upaya yang aku lakukan ini, sebenarnya mengkhianati perasaan ku sendiri. Dan tak ada yang lebih menyakitkan daripada membohongi perasaan ku sendiri, hati ku sendiri.

Tapi tetap saja, yang aku butuh itu hanya kamu. Aku tak tahu apa mu yang telah membuatku merasa lengkap. Aku tak tahu apa mu yang telah membuatku merasa lebih hidup. Aku hanya merindukan matamu, matamu yang sepertinya tak pernah jadi milikku.

Aku sedang menangis sayang, bukan karena rasa sakit di dadaku, tapi karna bibirku tak pernah mampu bercerita pada telingamu. Karena jantungmu yang tak pernah memeluk hatiku. Akh, buat lelaki berlatarbelakang politik sepertimu, kata-kata sastraku memang tidak akan pernah berarti. Kata-kataku tak lebih dari huruf-huruf lebay yang pantas masuk dalam tong sampahmu.

Ahh, Tuhan. Masih banyak kah waktu untukku untuk terus menunggu nya? Sementara urat-urat di kepalaku mulai terasa ngilu, pertanda aku kembali demam subuh ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro