Jumat, 27 April 2012

Airmata Subuh


Subuh ini, aku kembali menangis, ini semua karenamu, Kak Like.

Sudah tengah malam dan aku merasa belum butuh untuk tidur. Kemudian aku mengingat bahwa tadi sore aku mendapat beberapa film dari mas Bernard. Akupun menontonnya sembari sesekali menikmati dunia maya. 2.31 WIB, filmnya terasa terlalu sedih untukku. Judulnya the last song dan aku belum menontonnya sampai habis. Tapi aku tahu film itu mampu mengorek banyak kenangan dan akan membuatku menangis lagi subuh ini. Aku belum ingin menangis lagi. Aku mematikan nya dan berbaring sejenak. Oh tidak, kantukku belum datang lagi. Semua akan selesai dengan membaca, pikirku. Saat itu juga aku mengingat bukumu Kak Like. Bukumu yang kau hadiahi sebagai kado ulangtahunku seminggu yang lalu. Aku masih ingat bagaimana aku memintanya dengan polos.

“Selamat ulangtahun ya dek.”
“Mana nya kadoku kak?”
“Mau kado apa?”
“Buku.”
“Okelah. Aku punya buku bagus untukmu.”
“Oke. Aku tunggu.”
“Aku juga mau minta kado untuk tanggala 26 ku nanti.”
“Apa?”
“ Resensi dari bukuku.”
“Okelah, beres tu!”

Setelah mendapat buku itu (24/4), aku membaca sipnosis di sampul belakang, membuka nya acak, membaca cepat sebuah halaman, lalu menutupnya dan meletakkannya di rak atas kasurku. Bukumu bergabung dengan 10 buku lain yang belum berhasil aku baca sejak satu semester yang lalu.

Aku ingat pembicaraan kita tadi sore.

“Mana resensi bukuku dek?”
“Belum ada baca. Cuma sekilas aja.”
“Ada mu baca tulisanku?”
“Tulisan?”
“Iya, kata pengantar dari ku. Aku buat untuk cornel gitu.”
“Dimana?”
“Halaman paling depan.”
“Ya aku memang jarang membuka halaman paling depan sebuah buku.”

 Dan subuh ini aku segera meraih buku itu dan membacanya.

Padang, 24 April 2012
PMKRI Sanctus Anselmus
To : Cornelia, adikku
Aku kagum padamu sejak kita bertemu di PMKRI. Kamu adalah sosok yang memiliki semangat belajar tinggi. Kamu juga orang yang mau belajar dari keteladanan orang lain. Kau sering mengatakan padaku, Yesus adalah teladanmu. Melalui buku ini, aku ingin kamu lebih memahami siapa teladanmu itu. Kedepan, aku akan memberimu buku tentang Mahatma Gandhi dan Nelson Mandela. Mereka yang menerapkan prinsip yang sama dengan Yesus. Yesus juga mirip dengan Socrates. Seperti itu juga 12 rasul yang menuliskan ajaran Yesus. Socrates dan Yesus adalah orang yang tidak pernah menuliskan ajaran mereka. Buku ini kuberikan sebagai hadiah ulangtahunmu. Kuharap kamu bisa memberikanku resensi tentang nilai yang dapat kau petik dari buku ini dan menghadiahkannya sebagai hadiah ulangtahunku nanti…
Yang menyayangimu, kakakmu, Like.

Tulisanmu mengundang banyak memori lama menghampiri emosiku. Airmataku seketika menetes. Kenangan  yang datang bertubi-tubipun membuatnya enggan berhenti cepat.



Belum ada yang pernah menghargai pembicaraanku sedalam ini. Aku suka berbicara tapi sering kali orang hanya sekedar mendengarkannya. Lekas mereka akan melupakannya dan tidak menganggapnya sesuatu yang penting. Jika ada yang mendengarkanpun, mungkin semua hanya sampai pada tataran afektif, belum psikomotorik seperti ini, wakakakka xDD Aku kaget kakak masih ingat, bahwa aku meneladani Yesus. Akhir-akhir ini aku semakin sering mendapat beberapa tekanan emosi. Aku sulit mengontrol semuanya dan ingin menyerah. Aku mulai jarang ke Gereja, dan hampir membuatku lupa akan Teladanku. Membaca tulisanmu, mengingatkanku kembali untuk kembali ke jalan Teladanku. Aku merasa kau benar-benar titipan Teladanku untukku Kak.

Siapapun di hidupku juga belum pernah menulis kado semanis ini. Barang bekas kepunyaan dengan tulisan tangan pribadi. Sesuatu yang luar biasa romantis menurutku. Aku tidak akan melupakan ini, percayalah. Aku pun mengutuki diriku yang tidak membaca tulisanmu ini di hari saat kau memberinya, bahkan dengan santai menjawab bahwa aku belum membacanya setelah 2 hari kemudian. Maafin aku ya Kak Like. Aku belum bisa berjanji memberimu resensi dalam waktu dekat. Tapi aku janji resensi nya akan kuberi paling lambat 5 Mei. Aku butuh waktu seminggu untuk membaca buku ini kak, berhubung dengan beberapa tekanan emosi, yang sebelumnya aku ceritakan.

Aku tidak percaya, kakak lah orang yang harus melakukannya. Kau tahu, abangku (kandung), papa, dan adek laki2ku (Aan), bahkan sampai hari ini belum mengucapkan apa-apa untuk hari ulangtahunku. Dunia begitu kejam untuk merasa sekeluarga dengan mereka, akhir-akhir ini kak.  Tapi sudahlah, aku merasa ulangtahun tidak begitu penting lagi. Tapi kau membuat semuanya menjadi penting, kembali. Kau harus mensyukuri kue yang dibelikan mamamu kak. Karena kue ulangtahunku adalah pemberian teman-teman kita dari PMKRI. Aku tidak tahu, apa yang terjadi, kalau mereka tidak mendatangi rumahku malam itu. Aku sangat bersyukur mereka mau datang, ntah atas dasar apapun, aku tidak peduli. Kau benar, mereka terkadang memberikan arti persekawanan yang cukup kuat.

Aku ingin sedikit curhat denganmu, sang calon psikolog.

Kado terakhir yang kuterima dari abangku adalah celengan elektronik. Berbentuk kardus, yang jika di satu sisi khususnya diberi uang koin, maka kardus itu akan otomatis terbuka pelan. Perlahan kepala kucing keluar dari kardus itu dan tangannya keluar menjatuhkan uang koin tadi ke kardusnya.

Awalnya aku sangat mengagumi dan menghargai kado itu. Itu kado pertama dari abangku setelah ulangtahun terakhir (aku lupa kapan), tapi saat itu dia hanya memberiku kapal-kapalan yang ia lipat dari kertas tulis biasa.

Tapi semua kekagumanku benar-benar hancur ketika akhirnya sebuah olok-olokan keluar dari mulut kakak kandungku. “Si Lomo ni pandai ngasih hadiah ya. Pas pula yang untuk si Lia, celengannya kayak kucing pencuri uang gitu.” Kakakku mengatakan itu di depan semuanya (kecuali abangku) dan mereka mengakui itu benar kemudian tertawa bersama. Sesuatu di dalam hatiku sakit setiap mengingat itu.

Aku tahu aku punya kebiasaan buruk mencuri waktu kecil. Aku akui aku sering menyembunyikan lembaran kertas dan koin-koin orangtuaku waktu kecil. Tapi sudahlah, aku tahu itu salah. DAN AKU TIDAK MELAKUKANNYA LAGI. BENAR-BENAR TIDAK MELAKUKANNYA LAGI. Aku minta maaf kalau itu sangat memalukan buat kalian untuk mengakuiku sebagai anggota keluarga kalian. Tapi sekali lagi aku katakan, aku benar-benar sadar bahwa itu kesalahanku. Sampai detik ini, aku tahu kalian masih meragukanku setiap barang kalian hilang di rumah ini. Bahkan kalian masih sulit mempercayaiku untuk sesuatu hal yang berharga. Bahkan kalian masih belum bisa memaafkan kesalahanku. Dan kalian dengan santai mengolok-olok rasa maluku. Aku tahu itu, tapi aku hanya bisa diam dan aku selalu tersiksa dengan rasa curiga kalian. Aku ingin punya keluarga yang bisa seutuhnya mempercayaiku. Hingga akhirnya hari ini, aku merasa kurang berkeluarga dengan siapapun di rumah ini.

Menyadari bahwa celengan itu adalah simbol olok-olokan untuk masa laluku, maka aku segera meletakkannya di paling sudut mejaku, kemudian diimpit dengan benda2 lain. Aku tidak ingin mengorek banyak emosi yang sakit setiap aku harus melihatnya.

Oke, aku tahu aku juga mendapat banyak kado. Mama yang selalu memberiku kado, baik secara langsung maupun tidak langsung. Abel yang beberapa tahun terakhir ini menjadi orang pertama yang menyalamiku. Juga kakakku yang masih mengirimiku pesan selamat melalui facebook. Aku juga tidak menganggap mereka benar-benar buruk seratus persen. Tapi aku patut merasa spesial dengan pemberianmu ini kak. Sekali lagi, aku bertanya, mengapa harus kau yang melakukan semua ini Kak Like? Wakakakakka XDD

Sekali lagi aku ucapkan terimakasih untuk semuanya kak Like. Terimakasih banyak hingga detik ini, kau membaca tulisanku sampai habis. Bersabar tunggu kado dariku yaa.

NB : Siapa saja, jika menurutmu terlalu fatal aku menulis semua fakta di sini, maka anggap saja cerita ini hanya fiktif belaka. Jangan diambil pusing, aku hanya ingin bercerita. Terimakasih J


2 komentar:

  1. kalo dah selesai baca bukunya, pinjam yaa :P

    BalasHapus
  2. haha, sampai sekarang belum siap2 bacanya mas :D

    BalasHapus

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro