Minggu, 01 April 2012

Kado Untuk Si April

Akhirnya bulan April tiba.
Bulan lahirku.

Tiap orang jelas punya pendapat yang berbeda-beda. Ya kali ini aku pengen cerita tentang bagaimana aku dan hari ulangtahunku. Setiap mendengar atau berbicara tentang April, secara otomatis otakku langsung memberikan alarm kepada seluruh perangkat tubuhku, bahwa  "that's my special month"

Nah, sebenarnya ada sebuah kado yang aku rindukan. Teman.

Kebanyakan dari kita ngerayain ulang tahun cuma sebatas party dan nraktirin teman-teman. 

Semakin besar party kita, semakin banyak teman yang datang, semakin banyak kado yang diterima, rasanya semakin WAW. Tapi setelah party berakhir, gak sampai seminggu kemudian, maka semua jadi kenangan yang yaaaa gitu deh, biasa aja.

Tapi aku ngebutuhin hal yang beda. Bukan teman sembarang teman. 

Kesannya kanak-kanak banget emang. Soalnya teman yang aku mau itu ya teman yang bisa aku ajak masuk ke kamar aku. Trus dia jalin-jalin rambut aku. Aku jalin-jalin rambut dia. Creambath-an bareng. Maskeran bareng. Masak kue tart bareng. Trus ntar dia make-up in aku. Siap itu dia dandanin aku pakai mini dress. Habis itu kita pergi jalan-jalan menghabiskan waktu seharian sebagai cewek yang feminim abis. Dan malamnya aku bisa ajak dia duduk bareng di atas kasur aku. Dengan baju rumah biasa, aku mau cerita semua yang ada di hati aku. Aku cuma mau dia diam dan dengerin aku. Setelah aku puas cerita dan keluarin semua keluh kesah aku. Aku mau dia temenin aku ngabisin kue tart yang kami buat tadi berdua saja. Aku mau kue habis malam itu. Dan kalau udah habis, sambilan tiduran, aku mau dengar semua kritik, saran, nasehat, dan komentar serta segala-galanya dari dia buat aku. Dan saat itu adalah saat aku yang hanya diam mendengarkannya. Setelah dia selesai, maka aku akan berdoa lalu kita tertidur bersama. Sambut hari esok seperti biasanya.




Hahaha, iya emang kedengarannya aneh. Tapi ntahlah, dari dulu sampai sekarang keinginan seperti itu yang melayang-layang di kepalaku, mungkin kebanyakan nonton drama kali yaa.

Dulu, aku sempat punya teman seperti itu. Namanya Windyanewati. Dia teman SD ku, kami akrab mulai sejak kelas 4 (kalau tidak salah). Saat itulah aku merasakan kebebasan pertama kalinya. Menemukan “hariku”. Kami bermain bersama sehabis pulang sekolah. Menghabiskan waktu di Gramedia. Berjalan kaki kemana kami mau. Berani naik angkot ke tempat yang baru buatku. Bercerita tentang lelaki impian (yang akhirnya membawa kami pada cinta monyet, cinta pertama kami). Bahkan kami saling tukar-tukaran surat cinta, karena cowok yang aku suka di kelas dia dan cowok yang dia suka ada di kelas aku. Aku juga masih ingat bagaimana kami sama-sama mencari kado untuk si sang cowok di Gramedia. Aku tidak bisa membayangkan lagi bagaimana aku akan malu jika si cowok akan mengingatkan itu padaku. Untung saja sejak SMA kami sudah berpisah, hingga kini dia sedang berkuliah di Jogjakarta. Hahaha.

Akupun sering main ke rumah dia. Dan begitu juga, dia sering main ke rumah aku. Semua kami tempuh sama kendaraan umum yang namanya angkot. Rumah dia dulu di jalan olo (daerah Gramedia) dan rumah aku di jondul (arah teluk bayur). Kebayangkan jauhnya? Terlebih buat ukuran anak SD? Haha.  Itu adalah hal yang luar biasa menurutku untuk hitungan anak SD jaman dulu. Aku memang tidak pernah nginap di rumah nya (sesuatu yang pantang buat papa dan mama ku sejak dulu hingga sekarang). Tapi dia cukup sering nginap di rumahku (teman pertama dan belum pernah ada lagi, yang berani ku ajak menginap di kamarku yang berantakan). Hingga saking dekatnya kami, aku dengan beraninya mengajak dia liburan ke Siberut, Mentawai. Naik kapal dan berdua saja dan tanpa sepengetahuan papa dan mamaku sebelumnya. 

Sore itu, aku menjemputnya ke rumahnya. Lalu meminta ijin dengan papa dan mamanya. Kemudian sedikit berbohong, bahwa papa dan mamaku sudah mengetahui keberangkatan kami ini. Lalu kami segera ke rumahku. Windi membawa sebuah tas ransel yang cukup besar untuk ukuran anak SD. Sesampainya di rumahku, papa dan mamaku pun sedikit linglung. Sebelum Windi masuk ke pagarku. Aku memasuki rumah terlebih dahulu dan berlari ke arah papa dan mamaku.

“ Kami mau ke Siberut berdua liburan ini.”
“ Lah? Mau ngapain kalian berdua aja di sana?”
“ Biarlah. Kami main-main aja nanti putar-putar.”
“ Trus uang darimana?”
“ Kan gratis mah, kalau tidur ntar di kamarnya nahkoda, lagian kami ndak akan tidur, kami pasti berdiri aja nemanin nahkodanya liatin laut” (hal ini terjadi setiap aku ke Siberut waktu kecil, maka itu aku tahu persis)
“ Papa mamanya udah tahu?”
“Udah.”

Dan senangnya papa dan mamaku mengijinkan itu semua dengan gampang, walaupun saat kejadian itu, hatiku sangat was-was berpikir bagimana kalau papa dan mama menyuruh Windy pulang, dan aku akan mengecewakannya. Dalam hatipun aku bersorak gembira, segembira-gembiranya. Bahwa aku benar-benar bebas. Papapun mengantarkan kami ke kapal (papaku salah seorang anak buah kapal yang melakukan check in penumpang kapal ini). Lalu akhirnya malam itu, asyiiiiiik, kami benar-benar ke Siberuuut. :DD

Aku lupa bagaimana detil lengkapnya. Aku juga lupa berapa hari kami menghabiskan waktu di sana. Aku juga lupa kemana saja kami selama di Siberut. Tapi kalau aku tidak salah, kami berdua menginap di rumah Om ku atau dalam Bahasa Batak aku memanggilnya Bapak Uda.

Begitulah bagaimana aku luar biasa senang berteman dengan Windy. Aku kurang mengetahui dengan jelas apa agamanya, tapi dia berkata bahwa dia penganut Bahai, aku tidak tahu tentang agama itu sampai saat ini, tapi itu tidak membuat kami harus kelihatan berbeda. Dia putih, manis, cantik dan mirip sekali seperti Agnes Monica waktu kecil (sesuatu yang aku irikan dari dirinya) dan itu semua masih kulihat sampai sekarang, saat kami sudah sama-sama belasan tahun. Dia masih cantik dan kulihat dia memiliki seorang pacar yang juga tampan.

Semua sedikit bermasalah di hari ulangtahun ku yang kesepuluh. Aku merayakannya bersama beberapa teman SDku dengan bebas, ya tanpa ada kedua orangtuaku. Aku hanya membawa uang beberapa ratus ribu saja. Hari itu aku berjanji akan mengajak mereka ke Gramedia dan mentraktir mereka satu komik (waktu itu Naruto lagi hot-hotnya, harganya masih Rp 9.900,00). Awalnya kami ngumpul di sekolahku, SD Yos Sudarso. Lalu Jeffrey (cowok yang disuka Windy) datang terakhir, dan dia diantar papanya dengan mobil. Melihat kami (beberapa orang anak SD yang tanpa orangtua) sepertinya papa Jeffrey sedikit merasa cemas. Kemudian beliau berbaik hati menaikkan kami semua ke mobil Kijangnya dan mengantar kami ke Gramedia. Aku merasa senang yang hmm berbedalah pokoknya saat itu. Sampai di situ saja. Lalu sesuai janji, akupun membelikan mereka komik, beberapa ada yang hanya ingin membeli alat tulis dan stiker saja.

Setelah itu kami pun naik angkot bersama-sama dan berhenti di Texas (baru buka dan lagi hot-hotnya juga). Aku juga berjanji untuk membelikan mereka es krim, jika mereka lapar, maka harap pakai duit masing-masing (bangkrut). Beberapa dari mereka membeli makan siang dan membungkusnya. Kami berencana untuk berjalan kaki ke taplau (tepi laut pantai Padang) dan menikmati makan siang di sana.

(Kenapa kau diam saja?! Pasti kau pikir aku mengarang kan, tentang bagaimana bisa aku memiliki hari ulangtahun yang seperti ini tanpa orangtua? Hahaha ini fakta bro, semua dari mereka masih hidup, kalian bisa tanya, tapi aku ragu mereka ingat atau tidak. Hahaha xD)

Setelah itu kami benar-benar berjalan dari Texas ke taplau. Setelah duduk di bebatuan pinggir pantai, kami mulai menikmati makan siang kami. Saat itulah, saat aku mendengar teriakan dari seorang temanku.

“ Woy, Windy cium pipi si Jeffrey!” (kalau tidak salah yang berteriak itu adalah si Tuti - Tuti Dewita Sari Telambanua - waktu SD aku memanggilnya "Kak Tuti", waktu SMP aku memanggilnya "Tuti", dan saat SMA aku memanggilnya "Mak Gaek")

Ntah kenapa ada sesuatu yang bergejolak di dalam dadaku. Aku sepertinya tidak senang dan merasa kesal dengan Windy. Ntah kenapa aku merasakannya untuk yang pertama kali, aku baru sadar sekarang bahwa itu namanya cemburu. Tapi kenapa? Toh cowok yang aku suka pada awal cerita kan bukan Jeffrey? Aku sendiri tak tahu mengapa. Aku begitu  sadar bahwa aku menyukai Jeffrey saat itu. Tapi aku berusaha menyembunyikan semua perasaanku yang campur aduk itu. Hingga akhirnya kami pulang ke rumah kami masing-masing setelah menghabiskan makan siang kami.

Begitulah awal ceritanya, bagaimana aku mulai merasa berbeda dengan Windy. Aku kesal tapi tak tahu harus bagaimana. Antara kami mulai timbul jarak. Windy pun sepertinya mulai dekat dengan teman barunya yaitu Keke (Kelkeisa Putri Sihaloho). Akupun mulai biasa saja walaupun begitu kecewa dengan semua pertemanan yang sudah kami jalin.

Hingga akhirnya, setelah kenaikan kelas 6 SD, aku tidak melihat wajah Windy lagi (hingga saat ini) di kota Padang ini. Windy ternyata pindah sekolah ke Bali (katanya). Dulu, aku tidak tahu bagaimana dan di mana Bali itu, karena kemampuan petaku yang memang sangat buruk sekali. Waktu itu, aku baru punya sama yang namanya HP, tapi tentu aku tidak punya nomor HP Windy yang mungkin belum punya HP. Berkali-kali aku mencoba menghubungi nomor rumahnya yang dulu biasa aku telpon, tapi tidak pernah menyambung.

Hingga akhirnya SMA, aku mengenal Facebook dan menemukan akunnya. Setelah kami terhubung, awalnya kami bercakap-cakap dengan kata “kangen” yang berlimpah-limpah. Tapi ya sepertinya dia jarang online dan aku lihat dari foto-fotonya sepertinya dia sukses di sekolahnya, sehingga dia punya banyak kegiatan dan sibuk. Terakhir aku dapat kabar dia kuliah di Medan, tapi aku lupa di universitas apa dan jurusan apa.

Itulah sekilas cerita tentang Windy si teman SD ku. Teman pertama dan belum pernah lagi kutemukan teman seperti dia. Teman yang pertama kali mengajarkan ku kebebasan, dan yang pertama kali menemaniku untuk menemukan dunia. Pertama kali aku belajar bermain topeng.

Iya akupun baru menyadari itu luar biasa ketika sekarang aku sudah beranjak dewasa. Dulu, sama sekali aku tidak merasakan apa-apa.

Aku ingin berteman sebebas seperti waktu kecil bersama Windy, teman SD ku.

NB : Semua nama di atas memang fakta tanpa rekaya. Tapi semua benar-benar hanya masa lalu. Beberapa hal seperti jatuh cinta, cemburu, dan merasa jauh dengan Windy karena kedekatannya dengan Keke, hanyalah perasaan yang sudah berhenti setelah aku tamat SD. Sekarang hubunganku dengan mereka semua baik-baik saja (ada yang masih akrab, sedang-sedang, ataupun semakin jauh). Akupun merasa mereka sudah melupakan detil kenanganku yang satu ini. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro