Senin, 16 April 2012

Komparasi Pertanian Jepang dan Indonesia

Pertanian Indonesia yang saat ini sedang krisis, tentu tidak mudah untuk dalam sekejap bisa menjadi mapan. Namun dengan kerja keras, kesungguhan dan disiplin kerja yang tinggi yang seharusnya kita mampu membangun pertanian mandiri yang lebih tangguh. Akan tetapi, dengan latar belakang kondisi alam dan iklim yang sangat menguntungkan, kita malah terbiasa bergerak lamban, manja dan tidak bersungguh-sungguh dalam mengelola pertanian kita. Sebaliknya, dilatarbelakangi dengan sumber daya alam yang miskin, Jepang menjadi bangsa yang berpikir untuk selalu menciptakan di segala bidang termasuk bidang pertaniannya. Setelah kekalahan perang pada Perang Dunia II, Jepang mulai beralih pada pembangunan ekonomi dengan pertanian sebagai prioritas utama saat itu. 

Indonesia jelas memiliki pola yang berbeda dengan Jepang, namun kita tidak bisa menutup diri untuk belajar banyak dari negara matahari terbit ini, termasuk dalam hal pengelolaan dan pembangunan pertanian. Inti dari perkembangan pesat pengelolaan dan pembangunan pertanian Jepang adalah sistem manajemen mereka yang patut diacungi jempol. 

Dengan melihat sedikit sistem pertanian di Jepang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal meningkatkan pengelolaan dan pembangunan pertanian di Indonesia, :
  1. Membangun koperasi khusus petani yang satu.
    Di Jepang, berbagai aktivitas lapangan pertanian banyak diambil alih oleh Japan Agriculture Cooperative (JA Cooperative) yaitu sejenis koperasi pertanian di Indonesia. Sebenarnya terdapat beberapa organisasi pertanian di Jepang, namun yang paling dominan adalah JA Cooperative. Agar berhasil menjalankan fungsinya, setiap petani wajib menjadi anggota JA cooperative. Oleh karenanya saat ini seluruh petani di Jepang otomatis menjadi anggota JA Cooperative.
  2. Memperluas jaringan pasar.
    Melihat sumber daya alam yang memadai, seharusnya kita bisa menghasilkan banyak produk pertanian. Dan koperasi punya alasan yang kuat untuk bisa dengan mantap mencari jaringan kerjasama yang sangat besar, bukan hanya dengan pasar lokal (supermarket), tapi juga pasar internasional.  Sehingga bisa menjamin distribusi produk pertanian kita dengan lebih mandiri.  Dengan demikian, seperti JA Cooperative, koperasi kitapun mampu menjamin semua produk petani terjual dengan harga diatas rata-rata dan tentu saja ini memakmurkan petani.

  3. Meningkatkan fungsi jasa koperasi.
    Dalam hal fungsi jasa, koperasi di negeri kita tidak banyak melayani penyediaan sarana produksi pertanian, sehingga para petani tidak mendapat kepastian atas keperluan usaha tani mereka, dan akhirnya bersusah payah mencari distributor. Tidak salah jika sistem tengkulak masih dianggap sangat menguntungkan untuk beberapa daerah pertanian di Indonesia. Sementara itu, JA Cooperative, bukan hanya memiliki kematangan dalam pelayanan sarana produksi, tapi juga mampu memberikan asuransi produk yang sangat membantu petani dalam menjaga keselamatan produk mereka. Ditambah lagi fungsi pelayanan kesehatan petani yang menunjukkan betapa pemerintah Jepang dan JA Cooperative sangat menghargai dan menjamin kehidupan para petani mereka.
  4. Meningkatkan sistem manajemen pertanian.
    Kelemahan pembangunan pertanian di Indonesia adalah peran dan fungsi koperasi yang tidak dikendalikan dengan sistem manajemen yang baik. Kenyataannya di negeri ini, tidak pernah ada usaha maksimal untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan koperasi demi memakmurkan masyarakat, apalagi petani. Berbanding terbalik sekali dengan pemerintah Jepang yang sangat memahami bahwa meskipun sudah menjadi negara industri maju, tetap memandang pertanian sebagai salah satu penentu kemakmuran negaranya. Tidak dapat dipungkiri, hanya dengan lahan pertanian kurang dari 25% dari total arealnya, pertanian mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Jepang.

    Dengan demikian, jelas bahwa kita harus bisa menggerakkan masyarakat petani untuk mempertahankan generasinya dan mengatur perusahaan pertanian dan aktivitasnya. Melalui pembangunan pertanian mandiri, Indonesia akan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya. Nah,
    menimbang pengaruh globalisasi saat ini, kemampuan memodifikasi manajemen terhadap suatu hal semakin besar terutama dalam hal ekonomi dan teknologi. Kondisi ini mengharuskan adanya kemampuan sistem manajemen yang bukan hanya sekedar baik, tapi juga harus didasarkan pada aspek kultur dan sosial negaranya sendiri (kearifan lokal). Karena sebenarnya manajemen itu sendiri adalah hasil suatu kebudayaan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro