Kebijakan
yang baik adalah memberikan solusi. Peraturan yang baik adalah berlaku untuk
semua golongan dan profesi. Benar, bukan? Apa gunanya kebijakan-kebijakan luar
biasa tapi tanpa memberikan solusi yang berguna dan bisa direalisasikan? Apa
gunanya peraturan pada buku-buku tebal, tapi tidak berlaku untuk semua jenis
masyarakat?
Seharusnya
siapa saja bisa memahami hal sederhana itu. Sehingga tidak akan ada lagi
namanya kebijakan-kebijakan bodoh yang pada akhirnya hanya menciptakan pro dan
kontra. Pro dan kontra memang wajar, tapi sampai kapan rakyat dan pemerintah
kita terus begini? Kapan kita sebagai rakyat Indonesia menjadi sebuah kesatuan
yang utuh dan hidup harmonis? Katanya negara kita negara demokrasi, dengan
rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Tapi pada kenyataannya yang terjadi hanya
sekedar dari rakyat dan oleh rakyat, tapi “untuk” nya sudah bukan untuk rakyat.
Hari
Sabtu, 10 Maret 2012, PMKRI Cabang Padang Sanctus Anselmus bersama GMNI, HMI,
PMII, dan GMKI atas nama aliansi Cipayung Kota Padang berhasil merealisasikan
sebuah aksi. Aksi yang menyatakan ketidaksetujuan akan kebijakan pemerintah
tentang kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Aksi ini aksi mengumpulkan
seribu tanda tangan yang rencananya akan dibawa ke kantor DPRD (Selasa, 11 Maret
1012). Seribu tanda tangan yang dikumpulkan di atas spanduk yang telah
disediakan.
Aksi
dimulai pukul 11.00 WIB, dari wisma HMI di sekitar tepi laut Padang. Kemudian
berjalan bersama dan berhenti di Plaza Andalas (PA). Rute selanjutnya adalah
berjalan menyusuri pasar dan berhenti di depan kantor Balai Kota Padang.
Setelah itupun berhenti di Kawasan Taman Hijau Imam Bonjol untuk konfrensi
pers. Kemudian melalui jalur yang sama untuk kembali pulang sekitar pukul 14.00
WIB.
Baik
saat berjalan maupun saat berhenti di tempat tertentu, masing-masing utusan orator
dari setiap OKP saling bergantian berorasi untuk memberi semangat kepada semua
kader yang sudah tidak lagi peduli sengatan matahari. Berbagai lagu rakyat
dilantunkan, berbagai yel-yel penyemangat digelorakan, dan berbagai kata-kata
disorakkan. Walaupun jumlah massa hanya sekitar 60 orang dengan 5 kader wanita
diantaranya, tapi aksi tetap berjalan lancar dan penuh semangat. Begitu juga
dengan pihak kepolisian yang ikut bekerjasama dengan baik dalam menertibkan
setiap tempat yang kami lalui.
Sesuatu
yang unik beberapa kali terjadi. Dimulai dari awal tempat pemberhentian, di
depan PA. Seorang ibu yang berusia sekitar 60 tahun – Emi – ikut bergabung di
tengah kami dan memegang salah satu spanduk. Bahkan beliaupun mengikuti
pergerakan kami hingga ke Taman Imam Bonjol. Beliau kelihatan begitu antusias
mendukung aksi ini. Begitu juga dengan siswa SMP dan SMA yang ikut
berpartisipasi meramaikan aksi secara positif di daerah Balai Kota Padang.
Di
Taman Imam Bonjolpun, Maria Nanik Rahayu, sebagai juru bicara atas nama
Cipayung, membackan pernyataan sikap yang berisi :
1. Menolak dengan tegas kenaikan BBM.
2. Tegakkan konstitusi UUD 1945 pasal 33.
3. Pangkas biaya-biaya anggaran yang tidak
menyentuh kesejahteraan rakyat.
Menurut Daryatmo –
Ketua Kelompok Fraksi PDI-P di Komisi VII –
saat jumpa pers di ruang Fraksi PDI-P di Komplek
DPR, Jakarta, Rabu (29/2/2012), dokumen Bank Dunia tentang skenario
pengurangan subsidi BBM menunjukkan bahwa dari total premium yang dikonsumsi rumah
tangga, 64 persennya untuk bahan bakar sepeda motor. Hanya 36 persen dipakai
untuk mobil. Sekretaris Fraksi PDI-P – Bambang
Wuryanto – menambahkan, sebesar 41,8 persen premium digunakan oleh masyarakat
berpenghasilan dibawah Rp 2 juta perbulan; 33,2 persen digunakan masyarakat
berpenghasilan antara Rp 2 juta-Rp 3,6 juta ; 23,6 persen antara Rp 3,6 juta -
Rp 5,5 juta.
Masyarakat berpengasilan diatas Rp 5,5 juta
yang menggunakan premium hanya 1,4 persen. Jadi statemen subsidi salah sasaran
itu salah. Subsidi sudah benar.
Jadi jangan dipakai alasan subsidi salah sasaran.
Kebijakan
untuk menaikkan harga BBM, bisa mempengaruhi banyak hal. Dalam hal ini yang
dimaksud yaitu sektor kehidupan, yang berdampak sistemik, yang saling berkaitan
satu sistem dengan sistem lainnya. Sektor yang paling terkena imbas paling besar
adalah sektor ekonomi, terutama ekonomi mikro. Isu ini sudah pasti
mengakibatkan keresahan yang teramat menyesakan hati bagi rakyat Indonesia.
Karena pemerintah tidak memperhatikan aspek sosial atau reaksi masyarakat
tersebut, tidak salah pada akhirnya muncul reaksi keras dari masyarakat terhadap
rencana pemerintah untuk menyelamatkan APBN. Tidak hanya itu, tapi juga akibat
lambatnya pemerintah mengambil keputusan sehingga lebih parahnya lagi menyebabkan
maraknya penimbunan BBM. Seharusnya pemerintah berhati-hati dalam
memperhitungkan rencana waktu atau membuat waktu.
Semoga
apa yang menjadi harapan masyarakat, melalui aliansi Cipayung, bukan hanya
sekedar menjadi bahan pertimbangan, tapi untuk segera direalisasikan. Hidup
Cipayung! Hidup rakyat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro