Pernahkah kau bertanya mengapa ku enggan mengejamu kata perkata?
Itu bukan karenaku tak bisa mengenal hurufnya.
Aku hanya menjauh dari gejolak khayal semunya rasa, juga takut kan luka
Tak inginku mengusik bisu kelabu lalu membiru
Agar tak terulang rindu pilu meragu
Dalam rupa wajah sayu nan sendu tergugu
Karena hatiku terjerat bayang-bayang semu
Bukan ku tak lagi peduli apalagi benci
Bukan ku tak ingin berdiri tegak menemani asa
Ragu hati ini masih berkemul maya tanpa sinarmu nyata bercahaya
Berlalunya sang waktu ingatkan dan yakinkanku
Sekeras apapun kau jatuh, yang sejati tetap saja memperjuangkanku
Sebab denting dekatnya hati selalu saja menyeru dengan seru
Berharap kelak tiba indah izinNya untuk menyatu
WaktuNya tak akan salah dan selalu saja tepat
Tak pernah lambat atau terlalu cepat
Titipkan saja semua padaNya yang tak pernah salah atau tergugat
Tugas kita menyukurinya dalam taat
Aku tetap bersabar untuk bernaung dalam indahNya
Hanya kepada Dia sang MahadayaNya cinta
Berharaplah kita bersatu di dunia dan abadi dalam surga
Ku harap kini jangan pernah ada tanya lagi
Mengapa enggan itu menampakkan sepi
Jika memang ini pasti
RencanaNya akan terealisasi indah suatu masa nanti
Itulah pesan diam yang terpatri
Semoga dapat kau mengerti dan pahami arti berteman kini
Akankah takdir menempatkanmu di sisi, sungguh itu rahasia Illahi?
Sekali lagi tak inginku menerka pesan tersiratmu
Pada ukiran makna kata juga perilakumu
Kupasrahkan semua itu pada kuasa Tuhanku
Tentangmu dalam hidupku
Biarlah waktu yang menjadi saksi kesungguhanmu
Bila aku memang penenang gundahnya jiwamu kan ku sambut ikrar itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro