Ntahlah.
Kadang aku bingung dengan bagaimana cara berpikir mereka. Memang aku tahu tidak
mudah untuk bekerja di pemerintahan. Tapi aku sarankan, kalau memang dari awal
kalian tahu menjadi pemerintah itu tidak mudah, janganlah sekali-sekali kau
jadikan jabatanmu di pemerintahan sebagai ajang coba-coba. Mana tahu aku bisa,
mana tahu, mana tahu, lalalalalalaa~ Jadilah seperti sekarang ini. Biarlah
orang yang menjabat di pemerintahan itu sedikit jumlahnya tapi memang orang
yang tepat untuk di bidang yang tepat dan di waktu yang tepat.
Sekarang
coba pahami sedikit beberapa jawabanku untuk pemikiran-pemikiran kalian yang
beberapa hari ini lalu lalang di beranda dan timeline ku.
"urus kuliahmu saja "
Orang
yang hanya pandai urus kuliahnya saja, adalah bibit-bibit pemimpin yang
diajarkan untuk tidak memikirkan bagaimana nasib orang lain. Aku rasa begitulah
mengapa mayoritas pemimpin kita di negeri ini sekarang berkepribadian yang
sangat bobrok. Ya karena sedari dulu, diajarkan untuk hanya memikirkan kuliah
saja. Urus dulu kuliahmu, rajin-rajin belajar, nah trus dapat kerja, biayai
keluargamu, lalu kaupun berkeluarga, setelah itu bla bla bla. Sehingga sudah
menjadi kebiasaanmu untuk lebih individualisme dan tidak memikirkan bagaimana
nasib orang lain. Kau enak kuliah, ada kau pikirkan mereka yang tidak bisa
kuliah, ha? Atau paling sederhana, mereka yang belum mampu mengecap pendidikan
sekolah dasar? Bagaimana?!
“demo
anarkis, ngakunya mahasiswa tapi tidak berintelek”
Hellooo!?
Coba pikir, anarkis mana, demo kami mahasiswa atau tindakan pemerintah?! Kau
pikir tindakan pemerintah sekarang itu belum cukup untuk dikatakan anarkis,
ha!? Korupsinya, kesewenang-wenangannya, dan segala kebobrokannya, apa itu
tidak cukup anarkis?! Lalu, apa kau pikir mereka yang sudah mewakilkan segala
sesuatunya untuk kita itu, adalah tidak berintelek? Mereka (jelas) seharusnya
lebih intelek daripada seorang mahasiswa yang baru menempuh strata satu.
Nah,
sekarang aku tanya lagi, salah siapa kami bisa jadi anarkis? Kalian tahu kan
peribahasa “tidak ada asap kalau tidak api!?” Aku rasa peribahasa itu sudah
menjawabnya!
Harusnya
kalian berkaca, mengapa seorang mahasiswa intelek bisa berbuat anarkis? Siapa yang
salah? Diri kami sendiri kah? Pendidikan yang kurang memadai kah? Atau
pemerintah yang tidak pernah memberikan teladan yang baik untuk mahasiswa?
“daripada
urusin pemerintah, lebih baik kau perbaiki dulu dirimu sendiri, belajar
baik-baik, jadi orang pintar, kan dengan begitu bisa maju juga negara ini
nantinya.”
Oke,
sekarang pertanyaannya, bagaimana bisa aku menjadi pintar, saat orangtua ku
tidak mampu lagi membayar segala sesuatunya untukku? Bagaimana bisa aku belajar
dengan tenang saat aku harus melihat orangtuaku bersusah payah mengatur apa
yang harus kami makan setiap harinya, agar segala kebutuhan tetap terpenuhi?!
Asyik
memang saat menyadari bahwa orangtuamu bahkan masih sanggup membayarkan pajak
mobilmu. Atau mengabulkan permintaanmu untuk liburan ke luar negeri. Atau salah
satu dari kalian masih merasa sanggup untuk tersenyum, karena kekayaan orangtua
kalian masih bisa untuk tujuh turunan?! Kau lihat? Itulah gambaran pemimpin
sekarang kan!? Pandainya hanya menikmati segala bentuk kemewahan di atas kesengsaraan
rakyatnya. Lihat saja bagaimana keturunan-keturunan Soeharto si kaya raya yang
tidak pernah sadar darimana mereka menikmati kekayaan itu, dan dengan santainya
tidak memikirkan banyak tentang rakyat yang sudah mereka korbankan! Bullshit!
“gak usah ikut-ikutan, umurmu masih 18
tahun pun, masih bau kencur.”
Benar. Kemampuan berpolitikku.
Hafalan-hafalan sejarahku. Atau pengetahuan ekonomiku memang jelas belum cukup
mampu untuk bisa membuatku berdiri sejajar untuk ikut bersama-sama mencarutkan
setiap tindakan pemerintah. Tapi setidaknya dengan umur begini aku bisa melihat
semuanya lebih sederhana. Kalian yang sudah tahu banyak hal akan sering sekali
melupakan banyak hal kecil. Saat hal kecil telah mulai menjadi sebuah kewajaran
untuk dilupakan, maka saat itulah akan terjadi kebobrokan pada hal yang besar.
Harusnya kau masih ingat peribahasa, “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.”
Nah
sekarang teman-teman mahasiswa, negeri kita memang sudah terlanjur bobrok. Tapi
bukan tindakan yang intelektual jika kita hanya mampu untuk mencaruti
pemerintah. Mari belajar mengendalikan emosi. Kita pelajari semua kekurangan-kekurangan. Kita jadikan semuanya pelajaran. Hingga nanti bila tiba saatnya kita yang memegang negara ini, kita menjadi jauh lebih mampu. Aku harap teman-teman pemuda semuanya tetap konsisten terhadap semua perkataan teman-teman, sehingga nantinya tidak masuk pula ke dalam lingkaran setan nya pemerintah yang sama juga.
Salam juang,
f
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro