Aku
begitu ingin menyerah dengan perasaanku. Benar-benar ingin menyerah.
Aku
memang tipe perempuan yang payah dengan perasaanku. Sekali saja perasaanku
mendapat hak menguasai hidupku, maka logika perlu bekerja keras untuk
menyeimbanginya. Selalu begitu. Itu mengapa dalam setiap kondisi aku selalu
berusaha berpikir positif agar aku lebih memaksimalkan kerja logikaku. Sehingga
perasaanpun tidak mendapat tempat yang banyak lagi untuk mempengaruhi. Inilah
kondisiku sekarang.
Aku
masih terbuai-buai dengan perasaanku. Bukan sekali ini aku merasa begini.
Sebelum-sebelumnya aku juga pernah dekat dan jatuh cinta dengan kaum adam. Dan
selalu saja hal yang sama terjadi aku tidak pernah bisa menang atas perasaanku.
Satu-satunya obat untuk perasaan ini adalah mencari Adam yang baru. Itulah yang
kulakukan selama ini, sehingga beberapa orang berpendapat bahwa aku adalah si
pemain.
Sejak
kelas 6 SD aku telah mengenal perasaan, perasaan mengingini untuk bersama kaum
lawan jenisku. Saat-saat di mana, hal yang paling kusenangi adalah saat
bersamanya, saat melihat senyumnya, dan saat dia menyentuhku tulus, yang bahkan
kadang hanya dengan tatapan saja.
Aku
sudah menyukai banyak Adam sejak itu. Coba kuhitung, ada P, J, R, A, R, B, E,
S, C, C, M, R, S, S, P, P, J, F, Y, C, R, K. Hmm, ya hitunglah ada berapa
inisial nama yang berhasil kuingat, beberapa di antaranya memang hanya
berlangsung sebentar. Ada yang lama, ada yang berkelanjutan, dan ada juga yang
sudah mati rasa. Semua inisial itupun hanya yang masih bisa kuingat. Beberapa
ada yang hanya sekedar suka, ada yang kusayang, ada yang ku spesialkan, ada
yang kuingin untuk dimiliki, dan ada yang ingin kujadikan selalu pemujaku. Gila
memang, tapi ntahlah aku sendiri belum banyak mengerti.
Kadang
aku lucu sekali membayangkannya. Contohnya saja begini, hari ini aku begitu
menginginkan si P dan begitu merasa bahwa aku yakin dengan perasaanku. Semua
kata-kata kuucap, semua puisi kurangkai, dan semua syair kulagukan. Tiba-tiba
aku teringat dulu, aku juga begitu menginginkan si M dan hal yang sama juga
sudah pernah lakukan. Kata-kata, puisi, lagu, dan jutaan cara kulakukan karna
aku merasa begitu yakin dengan perasaanku. Tapi setelah aku bertemu dan dipuja
si R, semua hilang dan berubah, ditambah lagi karena kedatangan si S dan si P.
Ya dan semua terlupakan satu persatu.
Intinya,
aku sudah sering menyukai Adam, sebelum si P. Aku sudah sering menginginkan
Adam, sebelum si P. Nah, kalau sebelum-sebelumnya aku bisa, kenapa kali ini
tidak? Mudah saja kan logikanya? Semua hanya butuh waktu dan keikhlasan untuk
membuka hati kembali. Membersihkan hati dan mempersiapkannya untuk si Adam
baru. Ya, walaupun aku sering jatuh hati, tapi ntah mengapa aku bisa saja
merasakan cinta baru kepada setiap Adam baru.
Aku
tidak tahu apa memang aku pemain Adam atau tidak. Tapi satu yang kutahu, aku
bisa setia. Semua inti dari hubungan macam apapun hanyalah komunikasi dan
keterbukaan. Semua hubunganku gagal sering kali karna kesalahpahaman dan
ketidakinginan salah satu pihak untuk membuka diri. Sehingga tidak ada hubungan
timbal balik yang menggairahkan.
Singkat
cerita. Malam ini aku ingin bangkit dari semua keterpurukan perasaan aku. Aku
sudah lelah dengan semua perasaan ini. Semuanya menyiksaku. Menyiksa bukan saja
jiwaku tapi perlahan juga ragaku. Aku merasa hari-hariku belakangan ini sangat
menyedihkan dan tidak bersemangat. Seperti zombie saja begitu. Semuanya dingin
dan hancur, sepi dan bimbang, aku tak punya arah. Aku bahkan sempat melarikan
diri dari pergaulanku dengan teman-temanku (baik kampus maupun PMKRI) hanya
untuk menghabiskan waktu di kamar, memikirkan semuanya.
Malam
ini tekadku sudah bulat. Selamat tinggal semuanya. Masa lalu hanya akan menjadi
kenangan. Hari ini aku harus tetap semangat, supaya hari esok aku bisa membuat
kenangan yang luar biasa. Sedih itu wajar, tapi aku tidak boleh terlalu lama
menjadi orang bodoh.
Untukmu,
semoga kau bahagia selamanya, Bang. Kapanpun dan di manapun kau berada, semoga
kau tetap dalam lindunganNya. Terimakasih untuk waktu dan gairah yang pernah
kau beri untuk hidupku. Aku benar-benar mendapatkan banyak pelajaran.
Terimakasih sudah mendewasakanku. Kini sudah tiba pada lembaran terakhir , buku
ini sudah usang dan harus dikarduskan.
Selamat
datang buku baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro