KEMPING
KE BARET V PMKRI Cabang
Padang Sanctus Anselmus 2012
Kemping
kebaret merupakan salah satu follow up atau tindak lanjut dari kegiatan Masa
Bimbingan (MABIM) di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang
Padang Sanctus Anselmus. Dan untuk tahun ini merupakan kemping kebaret yang
kelima. Proses terakhir dalam kegiatan mabim, sebelum akhirnya seorang peserta diputuskan
layak atau tidak layak menjadi seorang anggota biasa di PMKRI.
Kemping ini dilaksanakn dari
hari Jumat (23/3) sampai Minggu (25/3) 2012, di daerah Sungai Pisang. Peserta mabim yang mengikuti
kemping tahun ini berjumlah 17 orang (tidak keseluruhan peserta mabim).
Kegiatan
ini terbilang sukses,
karena lingkungan dan cuaca yang sangat mendukung, ditambah lagi dengan sarana dan prasarana yang sangat memadai
(genset dan mobil panter yang ditahun ku tidak ada, ckck). Begitu juga
dengan semua jadwal yang direncanakan
tim pun terlaksana
dengan baik. Kemping Kebaret V ini diisi oleh acara – acara yang menarik oleh
Tim Mabim, yang diikuti secara aktif oleh setiap peserta mabim.
Tidak lupa bahwa keberhasilan
kegiatan kemping ini berkat kerjasama semua pihak, baik AM, AB, AP, serta Romo
Alex sebagai romo moderator. Maka dari itu selayaknya lah, dalam cerita ini mengucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya atas setiap kerja sama dan bantuan serta
dukungan segala pihak, baik secara moral, waktu, serta tenaga, dan mohon maaf
atas semua kesalahan agar tidak ada yang dimasukkan ke hati. Kesempurnaan hanya
milik Allah. Hehehe ^^
Begitulah sedikit cerita kilas balik
kegiatan kemping ke baret V 2012. Ingin
tahu lebih banyak ? Ada materi apa saja ? Atau permainan macam apa ? Atau bagaimana
serunya kegiatan puncak saat api unggun? Ikuti saja kemping ke baret VI tahun
depan ! Salam sukses dan semangaaat ! ^^
Nah lho?! Segitu doank ceritanya?!
-,-“
Sebenarnya
tak ada sedikitpun inginku untuk menulis tentang kemping kebaret kali ini. Tapi
atas paksaan yang membosankan dari seseorang, ya jadilah tulisan ini. Aku
menghadiri kemping di Sabtu malam (baca: malam minggu), maka aku tidak
mengikuti kegiatan kemping secara penuh. Itu alasan pertama mengapa aku tidak
ingin menulis tentang kemping kali ini.
Akupun
berpikir keras untuk bisa menulis sesuatu tentang kemping kali ini. Berusaha
mengingat-ingat detail yang mungkin bisa kubagikan. Tapi, bagaimana bisa aku
bercerita tentang kemping kali ini, saat yang ada di ingatanku hanya dia. Kau
tahu siapa dia? Oknum yang membuatku merasa lemas setelah aku merasa begitu
bahagia bisa bernyanyi bersama bintang? BUKAAAAAN!! Dia bukan mantan kekasihku
seperti yang kau tebak. Oke, bukan berarti juga mantan yang kau tebak itu tidak
berada di ingatanku. Hanya saja, ini tentang dia, yang selalu saja bisa membuatku
hampir melupakan mantan ku itu. Rumit kan?!
Yang
pertama, dia mengatakan di depan ku dan dua orang lainnya bahwa menyukaiku
(dulu) kenyataannya hanyalah kesalahannya di masa lalu. Oke, mengesalkan
memang, tapi itu masih bisa kuterima, toh siapa saja berhak mengatakan apa yang
dia mau kan? Lagian kalau memang begitu kenyataannya, akupun merasa sedikit
lega telah menolaknya, hingga tidak ada (lagi) yang perlu disesalkan.
Tapi
tanpa merasa cukup, si oknum pun kembali membuat langit gelap dan dinginnya
angin subuh itu kembali bermakna sepi. Aku tidak tahu aku salah apa, aku tidak
tahu maksudnya apa, dan aku tidak tahu tujuannya apa. Satu yang perlu
diketahui, menurutku, tidak pernah ada alasan yang bisa diterima untuk
memaafkan seseorang berkata kotor (bercarut).
Berbicara
kotor hanyalah pekerjaan orang tidak dewasa, yang tidak pernah bisa
bertanggungjawab untuk emosi dirinya sendiri. Berbicara kotor hanyalah cara
terakhir saat logika sudah tidak bisa lagi dipakai. Berbicara kotor termasuk
tindak kekerasaan, apalagi kalau sudah menyebutkan alat kelamin, yang artinya
melecehkan! Dan berbicara kotor adalah hal terpantang untuk dilakukan saat kita
tengah berada dalam situasi kemping! Aku benci aku kesal aku muak!
Aku
tidak pernah mengerti bagaimana dia sebenarnya. Oknum yang sungguh
membingungkan sejak dari awal sekali aku mengenalnya. Bagaimana tidak, dia baru
saja membuatku senang karena sudah berusaha untuk membantuku memperbaiki sandalku
yang putus. Tapi setelahnya bisa saja dia membuat emosiku berkeinginan menarik
semua pohon bambu yang ada di sekitar kami. Heu T.T
Semua
kenanganpun kembali terkuak dan seketika aku menjadi mual. Sejak subuh itu, aku
merasa tidak mood untuk melakukaan apa-apa. Memaafkannya tentu saja bisa, tapi
bagaimana aku bisa melewati keterbatasanku sebagai manusia biasa?
Beginilah
sekilas ingatan yang bisa kuceritakan jika mengingat kemping kebaret kelima
tahun ini. Aku berdoa semoga saja, tidak ada lagi cerita yang mengharuskan si
oknum harus menjadi pemerannya. Cukup malam itu yang terakhir aku harus menatap
matanya. Cukup.
Semoga
saja semuanya ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Untuk bisa belajar
lebih dewasa dalam mengendalikan emosi diri. Memang umur bukan hal yang menjadi
patokan untuk seseorang menjadi dewasa, tapi bukankah baik jika kita bisa
dewasa sesuai umur kita?
aku pikir rangkaian kegiatan, ehhh ternyata kebutuhan penulis yang ada
BalasHapuskebutuhan penulis maksudnya? hahaha xD
BalasHapus