Sabtu, 31 Maret 2012

Say YES to GAMBARU!


Terus terang aja, satu kata yang benar-benar membuat muak jiwa raga adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan. Muak abis, sumpah, karena setiap kali bimbingan atau sedang berusaha, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), “ taihen dakedo, isshoni gambarimashoo” (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama).  Sampai rasanya ingin ngomong, "Apa nggak ada kosa kata lain selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru."

Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang cemen gitu-gitu aja, yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja. 

Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya :
"doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha habis-habisan)



Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan" .  Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu".

Maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup memang pada dasarnya susah, jadi jangan harap gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.


Terus terang saja, aku tidak pernah mengerti, mengapa orang-orang Jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya. Bahkan anak umur 3 tahun pun sudah disuruh gambaru di sekolahnya. Seperti memakai baju di musim dingin mesti yang tipis-tipis biar tidak manja terhadap cuaca dingin. Di dalam sekolah tidak boleh pakai kaos kaki karena kalau telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan. Sakit-sakit sedikit cuma ingus meler-meler atau demam 37 derajat mah tidak perlu bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri. Jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan. It's a must!


Aku benar-benar baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting sekali dalam hidup. Setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur. Aku tau, rencana alam di indonesia seperti tsunami di Aceh, Nias dan sekitarnya, gempa bumi di Padang, letusan gunung

merapi, juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di Jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia.



Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai merasa galau, nangis2, tidak tahu harus bagaimana. Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu Ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan. Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.



Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, aku search google dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun2 online Jepang. Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga aku tunggu-tungguin. Tiga unsur itu (lagu ala Ebiet,

rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri) sama sekali tidak disiarkan di TV. Jadi yang ada apaan dong!?



Ini yang aku lihat di stasiun-stasiun TV :

1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada

2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi

bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah

tokyo dan tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)

3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman

listrik terencana

4. Tips-tips menghadapi bencana alam

5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam

6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang

terkena bencana

7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang

terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai

banget harganya)

8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan

tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita

hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan
secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati

9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati.


*ada yang nyari istrinya, belum ketemu-ketemu, mukanya sudah galau banget, tapi tetap tenang dan tidak emosional, disemangati nenek-nenek yang ada di tempat pengungsian : gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)



*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini; Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.



Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, aku bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru nya itu. Bisa dibilang, orang-orang jepang ini tidak punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru sudah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.



Benar sekali, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang-bilang ini semua kehendakNya, Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang... I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, aku rasa bangsa kita tidak akan bisa maju. Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari tidak berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup. Jika diperjelas lagi, tidak berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, tidak mau menghadapi masalah, main salah-salahan, tidak mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.



Kira-kira dua tahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa aku menuntut ilmu Sastra Jepang. Ngapain ke Jepang, tidak ada gunanya. Kalau mau S2 atau S3 mah, ya di Eropa atau Amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung. Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau Go International ya mestinya ke Amrik atau Eropa sekalian, bukannya Jepang. Toh sama-sama Asia, negeri kecil pula dan kalau tidak bisa bahasa Jepang, tidak akan bisa survive di sini. Sampai sempat nyesal juga,kenapa aku mendalami Sastra Jepang dan bukan Sastra Inggris atau sastra barat lainnya.



Tapi sekarang, aku bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan tidak ada gunanya aku menuntut ilmu di Sastra Jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya. Mental gambaru itu yang paling megang adalah Jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada Go International dan sejenisnya itu. Benar, Sastra Jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang habis-habisan biarpun tidak ada jalan, aku rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah di Jepang. 



Maka, mulai hari ini, kalau aku mendengar kata gambaru, aku tidak akan lagi merasa muak jiwa raga. Sebaliknya, aku akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu. (Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang).

Jumat, 30 Maret 2012

Pro dan Kontra Demo


Ntahlah. Kadang aku bingung dengan bagaimana cara berpikir mereka. Memang aku tahu tidak mudah untuk bekerja di pemerintahan. Tapi aku sarankan, kalau memang dari awal kalian tahu menjadi pemerintah itu tidak mudah, janganlah sekali-sekali kau jadikan jabatanmu di pemerintahan sebagai ajang coba-coba. Mana tahu aku bisa, mana tahu, mana tahu, lalalalalalaa~ Jadilah seperti sekarang ini. Biarlah orang yang menjabat di pemerintahan itu sedikit jumlahnya tapi memang orang yang tepat untuk di bidang yang tepat dan di waktu yang tepat.

Sekarang coba pahami sedikit beberapa jawabanku untuk pemikiran-pemikiran kalian yang beberapa hari ini lalu lalang di beranda dan timeline ku.

 "urus kuliahmu saja "
Orang yang hanya pandai urus kuliahnya saja, adalah bibit-bibit pemimpin yang diajarkan untuk tidak memikirkan bagaimana nasib orang lain. Aku rasa begitulah mengapa mayoritas pemimpin kita di negeri ini sekarang berkepribadian yang sangat bobrok. Ya karena sedari dulu, diajarkan untuk hanya memikirkan kuliah saja. Urus dulu kuliahmu, rajin-rajin belajar, nah trus dapat kerja, biayai keluargamu, lalu kaupun berkeluarga, setelah itu bla bla bla. Sehingga sudah menjadi kebiasaanmu untuk lebih individualisme dan tidak memikirkan bagaimana nasib orang lain. Kau enak kuliah, ada kau pikirkan mereka yang tidak bisa kuliah, ha? Atau paling sederhana, mereka yang belum mampu mengecap pendidikan sekolah dasar? Bagaimana?!

“demo anarkis, ngakunya mahasiswa tapi tidak berintelek”
Hellooo!? Coba pikir, anarkis mana, demo kami mahasiswa atau tindakan pemerintah?! Kau pikir tindakan pemerintah sekarang itu belum cukup untuk dikatakan anarkis, ha!? Korupsinya, kesewenang-wenangannya, dan segala kebobrokannya, apa itu tidak cukup anarkis?! Lalu, apa kau pikir mereka yang sudah mewakilkan segala sesuatunya untuk kita itu, adalah tidak berintelek? Mereka (jelas) seharusnya lebih intelek daripada seorang mahasiswa yang baru menempuh strata satu.

Nah, sekarang aku tanya lagi, salah siapa kami bisa jadi anarkis? Kalian tahu kan peribahasa “tidak ada asap kalau tidak api!?” Aku rasa peribahasa itu sudah menjawabnya!

Harusnya kalian berkaca, mengapa seorang mahasiswa intelek bisa berbuat anarkis? Siapa yang salah? Diri kami sendiri kah? Pendidikan yang kurang memadai kah? Atau pemerintah yang tidak pernah memberikan teladan yang baik untuk mahasiswa?

“daripada urusin pemerintah, lebih baik kau perbaiki dulu dirimu sendiri, belajar baik-baik, jadi orang pintar, kan dengan begitu bisa maju juga negara ini nantinya.”
Oke, sekarang pertanyaannya, bagaimana bisa aku menjadi pintar, saat orangtua ku tidak mampu lagi membayar segala sesuatunya untukku? Bagaimana bisa aku belajar dengan tenang saat aku harus melihat orangtuaku bersusah payah mengatur apa yang harus kami makan setiap harinya, agar segala kebutuhan tetap terpenuhi?!

Asyik memang saat menyadari bahwa orangtuamu bahkan masih sanggup membayarkan pajak mobilmu. Atau mengabulkan permintaanmu untuk liburan ke luar negeri. Atau salah satu dari kalian masih merasa sanggup untuk tersenyum, karena kekayaan orangtua kalian masih bisa untuk tujuh turunan?! Kau lihat? Itulah gambaran pemimpin sekarang kan!? Pandainya hanya menikmati segala bentuk kemewahan di atas kesengsaraan rakyatnya. Lihat saja bagaimana keturunan-keturunan Soeharto si kaya raya yang tidak pernah sadar darimana mereka menikmati kekayaan itu, dan dengan santainya tidak memikirkan banyak tentang rakyat yang sudah mereka korbankan! Bullshit!

“gak usah ikut-ikutan, umurmu masih 18 tahun pun, masih bau kencur.”
Benar. Kemampuan berpolitikku. Hafalan-hafalan sejarahku. Atau pengetahuan ekonomiku memang jelas belum cukup mampu untuk bisa membuatku berdiri sejajar untuk ikut bersama-sama mencarutkan setiap tindakan pemerintah. Tapi setidaknya dengan umur begini aku bisa melihat semuanya lebih sederhana. Kalian yang sudah tahu banyak hal akan sering sekali melupakan banyak hal kecil. Saat hal kecil telah mulai menjadi sebuah kewajaran untuk dilupakan, maka saat itulah akan terjadi kebobrokan pada hal yang besar. Harusnya kau masih ingat peribahasa, “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.”


Nah sekarang teman-teman mahasiswa, negeri kita memang sudah terlanjur bobrok. Tapi bukan tindakan yang intelektual jika kita hanya mampu untuk mencaruti pemerintah. Mari belajar mengendalikan emosi. Kita  pelajari semua kekurangan-kekurangan. Kita jadikan semuanya pelajaran. Hingga nanti bila tiba saatnya kita yang memegang negara ini, kita menjadi jauh lebih mampu. Aku harap teman-teman pemuda semuanya tetap konsisten terhadap semua perkataan teman-teman, sehingga nantinya tidak masuk pula ke dalam lingkaran setan nya pemerintah yang sama juga.
Salam juang,








                                                                                                                                                                      f

Kamis, 29 Maret 2012

Kemping Ketigaku


KEMPING KE BARET V PMKRI Cabang Padang Sanctus Anselmus 2012

Kemping kebaret merupakan salah satu follow up atau tindak lanjut dari kegiatan Masa Bimbingan (MABIM) di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Padang Sanctus Anselmus. Dan untuk tahun ini merupakan kemping kebaret yang kelima. Proses terakhir dalam kegiatan mabim, sebelum akhirnya seorang peserta diputuskan layak atau tidak layak menjadi seorang anggota biasa di PMKRI.

Kemping ini dilaksanakn dari hari Jumat (23/3) sampai Minggu (25/3) 2012, di daerah Sungai Pisang. Peserta mabim yang mengikuti kemping tahun ini berjumlah 17 orang (tidak keseluruhan peserta mabim).
Kegiatan ini terbilang sukses, karena lingkungan dan cuaca yang sangat mendukung, ditambah lagi dengan sarana dan prasarana yang sangat memadai (genset dan mobil panter yang ditahun ku tidak ada, ckck). Begitu juga dengan semua jadwal yang direncanakan tim pun terlaksana dengan baik. Kemping Kebaret V ini diisi oleh acara – acara yang menarik oleh Tim Mabim, yang diikuti secara aktif oleh setiap peserta mabim.

Tidak lupa bahwa keberhasilan kegiatan kemping ini berkat kerjasama semua pihak, baik AM, AB, AP, serta Romo Alex sebagai romo moderator. Maka dari itu selayaknya lah, dalam cerita ini mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya atas setiap kerja sama dan bantuan serta dukungan segala pihak, baik secara moral, waktu, serta tenaga, dan mohon maaf atas semua kesalahan agar tidak ada yang dimasukkan ke hati. Kesempurnaan hanya milik Allah. Hehehe ^^

Begitulah sedikit cerita kilas balik kegiatan kemping ke baret V 2012.  Ingin tahu lebih banyak ? Ada materi apa saja ? Atau permainan macam apa ? Atau bagaimana serunya kegiatan puncak saat api unggun? Ikuti saja kemping ke baret VI tahun depan ! Salam sukses dan semangaaat ! ^^

Nah lho?! Segitu doank ceritanya?! -,-“

Sebenarnya tak ada sedikitpun inginku untuk menulis tentang kemping kebaret kali ini. Tapi atas paksaan yang membosankan dari seseorang, ya jadilah tulisan ini. Aku menghadiri kemping di Sabtu malam (baca: malam minggu), maka aku tidak mengikuti kegiatan kemping secara penuh. Itu alasan pertama mengapa aku tidak ingin menulis tentang kemping kali ini.

Akupun berpikir keras untuk bisa menulis sesuatu tentang kemping kali ini. Berusaha mengingat-ingat detail yang mungkin bisa kubagikan. Tapi, bagaimana bisa aku bercerita tentang kemping kali ini, saat yang ada di ingatanku hanya dia. Kau tahu siapa dia? Oknum yang membuatku merasa lemas setelah aku merasa begitu bahagia bisa bernyanyi bersama bintang? BUKAAAAAN!! Dia bukan mantan kekasihku seperti yang kau tebak. Oke, bukan berarti juga mantan yang kau tebak itu tidak berada di ingatanku. Hanya saja, ini tentang dia, yang selalu saja bisa membuatku hampir melupakan mantan ku itu. Rumit kan?!

Yang pertama, dia mengatakan di depan ku dan dua orang lainnya bahwa menyukaiku (dulu) kenyataannya hanyalah kesalahannya di masa lalu. Oke, mengesalkan memang, tapi itu masih bisa kuterima, toh siapa saja berhak mengatakan apa yang dia mau kan? Lagian kalau memang begitu kenyataannya, akupun merasa sedikit lega telah menolaknya, hingga tidak ada (lagi) yang perlu disesalkan.

Tapi tanpa merasa cukup, si oknum pun kembali membuat langit gelap dan dinginnya angin subuh itu kembali bermakna sepi. Aku tidak tahu aku salah apa, aku tidak tahu maksudnya apa, dan aku tidak tahu tujuannya apa. Satu yang perlu diketahui, menurutku, tidak pernah ada alasan yang bisa diterima untuk memaafkan seseorang berkata kotor (bercarut).

Berbicara kotor hanyalah pekerjaan orang tidak dewasa, yang tidak pernah bisa bertanggungjawab untuk emosi dirinya sendiri. Berbicara kotor hanyalah cara terakhir saat logika sudah tidak bisa lagi dipakai. Berbicara kotor termasuk tindak kekerasaan, apalagi kalau sudah menyebutkan alat kelamin, yang artinya melecehkan! Dan berbicara kotor adalah hal terpantang untuk dilakukan saat kita tengah berada dalam situasi kemping! Aku benci aku kesal aku muak!

Aku tidak pernah mengerti bagaimana dia sebenarnya. Oknum yang sungguh membingungkan sejak dari awal sekali aku mengenalnya. Bagaimana tidak, dia baru saja membuatku senang karena sudah berusaha untuk membantuku memperbaiki sandalku yang putus. Tapi setelahnya bisa saja dia membuat emosiku berkeinginan menarik semua pohon bambu yang ada di sekitar kami. Heu T.T

Semua kenanganpun kembali terkuak dan seketika aku menjadi mual. Sejak subuh itu, aku merasa tidak mood untuk melakukaan apa-apa. Memaafkannya tentu saja bisa, tapi bagaimana aku bisa melewati keterbatasanku sebagai manusia biasa?

Beginilah sekilas ingatan yang bisa kuceritakan jika mengingat kemping kebaret kelima tahun ini. Aku berdoa semoga saja, tidak ada lagi cerita yang mengharuskan si oknum harus menjadi pemerannya. Cukup malam itu yang terakhir aku harus menatap matanya. Cukup.

Semoga saja semuanya ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Untuk bisa belajar lebih dewasa dalam mengendalikan emosi diri. Memang umur bukan hal yang menjadi patokan untuk seseorang menjadi dewasa, tapi bukankah baik jika kita bisa dewasa sesuai umur kita? 

Rabu, 28 Maret 2012

Masih Namamu

rinduku telah temukan cara terakhir
dengan menulis namamu
dimana saja kapan saja
setiap aku ingin
apa kabar sayang??
aku berharap kau jauh lebih baik daripada aku
sayang kamu selalu
-pahalajunedipandapotanhutauruk-


Senin, 26 Maret 2012

Kamu


Tak ada yang bisa melakukan sebaik dirimu. Pertahananku begitu rapuh akan pesonamu. Potongan-potongan kejadian indah berlompatan, menyesaki benakku dengan imaji dirimu. Dari caramu buatku tersipu. Tatapanmu langsung ke arahku. Sampai kata-kata manis yang kuingat selalu.


Merindukanmu, membuatku sempat lupa kenapa aku harus melupakanmu. Kau cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kekasih yang tak pernah kumiliki. Dan disuatu hari tak terduga aku tersenyum dan menangis pilu karenamu.

Rindu Pada Sebuah Nama

Kalau bagimu merindukanku adalah hal yang berat, harusnya kau mencoba bagaimana caraku merindukanmu Kau adalah matahari yang hangatkan pagiku dan bulan yang terangi malamkuTak bosan aku merapalmu dalam doa-doakuBerusaha mengetuk hati Tuhan supaya berbaik hati mengirimkanmu untukku

Tak perlulah kamu tahu
berapa banyak air mata 
yang membasahi bantal saat khayalku terbawa dalam kenangan tentangmu
Dan akupun tak ingin kamupun ikut sedih ketika tahu betapa dinginnya hari-hari tanpa senyummu
Jadi beritahu aku, kapan kau akan kembali?
Atau haruskah aku lagi-lagi menggangu Tuhan
Sampai Dia mengabulkan permintaanku (lagi)??

HUFTH


Ketika cinta terbatas ruang dan waktu. Dan ku akui aku sudah tidak mampu. Rasa ini begitu kuat, getar begitu hebat. Jauh ku mendalamimu. Tapi ku tak sampai juga mendekap hatimu. Berdiri tidak, bersandar tidak. Keresahan diterjang, kusam terkulai. Aku terpaku di sini. Hingga kehampaan benar, menekan di kalbu. Aku menantimu di pulau ini. Untuk melihat matahari terbit. Ini permintaan terakhirku. 

Pernahkah kau?


Apakah kau pernah mengalami jatuh cinta? Merasakan hari-harimu diselimuti ungkapan-ungkapan indah. Sayang dan rindu yang terbalas sempurna. Menjadi orang paling bahagia di dunia. Diperlakukan istimewa, diperhatikan setiap hari. Memiliki teman berbagi setiap waktu. Manis.

Bagaimana dengan patah hati, apakah kau juga pernah mengalaminya? Merasakan kerinduan yang menyesakkan dada. Perpisahan tanpa penjelasan. Terjaga dengan berbagai tanya, terlelap karena terlalu lelah menangis. Tak mampu berpikir jenih, walau sedetik. Pahit.


Manis dan pahit ini hanya memberimu dua pilihan. Menyerah atau bertahan. Itu hidup.

Rabu, 21 Maret 2012

TAIK


Tak terhitung sudah berapa kali ini terjadi. Jatuh dan membuatku merasa kecil di dunia ini. Kecewa dan membuatku berhenti untuk percaya orang lain. Dikhianati dan membuatku pesimis terhadap cinta. Seperti burung kecil yang baru terbang, dunia menyuruhku untuk belajar semua hal dalam waktu singkat. Aku dipaksa melakukan segala-galanya seorang sendiri. Tiba-tiba saja, hidup dewasa tidak semenyenangkan di pikiranku selama ini. 

Senin, 19 Maret 2012

Rumah

Kadang kita menemukan rumah justru di tempat yang jauh dari rumah itu sendiri. Menemukan teman, sahabat, saudara, mungkin juga cinta. Mereka-mereka yang memberikan rumah itu untuk kita, apapun bentuknya. Tapi yang paling menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah menemukan diri kita sendiri. Sebuah rumah yang sesungguhnya. Yang membuat kita tak kan merasa asing meski berada di tempat asing sekalipun.

Minggu, 18 Maret 2012

Mengapa Aku Suka Adam?


Penilaian ini mungkin saja hanyalah penilaian yang subjektif. Karena akupun hanya menyimpulkannya dari pengalaman yang aku punya saja. Kesimpulan ini juga tidak melalui penelitian yang terbukti. Jadi semuanya bisa dipercaya bisa juga tidak. Tapi tentu saja, pengalaman yang aku tuliskan di sini adalah pengalaman yang benar-benar pernah terjadi.

Umurku sekarang memang masih 18 tahun dan pengalaman bergaulku belum seberapa. Tapi rasa suka ku terhadap kaum adam sudah menjadi sebuah kebutuhan. Sebenarnya apa sih yang menyebabkan kaum adam lebih menarik?

1. Adam, sosok yang lebih dapat dipercaya.
Dari pengalamanku selama ini, jarang sekali kaum adam membocorkan cerita curhatku, bahkan ke teman-teman dekatnya sekalipun. Apalagi kalau aku sudah menambahkan, “Ini rahasia kita berdua saja ya.”. Maka adam yang paling feminimpun akan tetap menjaga kerahasiaan cerita. Termasuk ke orang yang disayanginya sekalipun.

Hal ini berbeda sekali dengan kaum hawa yang sering sekali bersembunyi di kata “keceplosan”. Kaum hawa akan bercerita dengan teman-teman dekatnya apa rahasia yang baru ia dapatkan. Hingga pada akhirnya tanpa disengaja, semua orang diam-diam telah mengetahui rahasia itu. Ditambah lagi kaum hawa yang begitu mudah dirayu karena begitu tidak tahan untuk bercerita. Begitu tidak tahan untuk member I tahu temannya, bahwa dialah orang pertama yang mendapat rahasia itu.

2. Adam, sosok yang lebih setia kawan.
Dalam setiap persahabatan yang paling sering menjadi masalah adalah komunikasi, uang, dan cinta. Dan persahabatan kaum adam adalah persahabatan yang dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan kaum hawa. Jika mereka terjebak dalam cinta yang sama, maka pasti akan ada yang mengalah, atau keduanya akan sama-sama mundur. Jika mereka terjebak dalam masalah apapun, sering kali mereka lebih cepat menyelesaikan masalahnya tanpa mengubah komposisi persahabatan mereka.

Berbeda 180 derajat dengan kaum hawa yang sering kali bertengkar karena menyukai adam yang sama. Bahkan ada yang mau merebut pacar temannya sendiri. Memalukan memang, bahkan terkadang jika sudah punya pacar, mayoritas kaum hawa lebih memilih bersama pacarnya daripada dengan teman-temannya. Itu mengapa persahabatan kaum hawa jarang sekali yang awet.

3. Adam, sosok yang penuh logika.
Kasus ini mungkin lebih pas sebagai alasan untuk poin nomor tiga. Atas dasar kaum adam lebih menggunakan logika daripada perasaan makanya mereka lebih cepat menyelesaikan masalah. Walaupun dalam penelitiannya, secara psikologis, kaum hawa lebih cepat dewasa daripada kaum adam, tetapi pada prakteknya, aku lebih sering melihat bahwa kaum adam lebih tenang dalam menyikapi masalahnya.

Sedangkan kaum hawa lebih menggunakan perasaan. Itu mengapa kaum hawa keliatan lebih melankolis dalam menghadapi masalahnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya kewajaran yang merata untuk setiap hawa jika dia ingin menangis.

4. Adam, sosok yang penurut dan tidak rewel.
Maksudnya apa ya? Ini memang murni hasil pengalaman aku sendiri. Adam itu memang cepat sekali penurut, mungkin karena mereka berpikir lebih baik mengalah. Dalam berapa kali peristiwa, sering sekali aku merasa bahwa menyenangkan sekali berada di sekitar adam, ketika mereka penurut dan secara tidak langsung memanjakan kita, si hawa. Adam juga tidak rewel. Walaupun mungkin mereka lelah berjalan atau menemani kita, tapi jarang sekali dia mengeluh atau bahkan hanya sekedar melihat jam.

Kaum hawa mungkin bisa merengek, melihat jam berkali-kali, atau memasang ekpresi cemberut di wajahnya jika sudah kelelahan menemani si adam menonton acara TV favoritnya.

5. Adam, sosok yang setia
Mungkin beberapa orang tidak menyetujui hal ini. Secara kita tahu bersama-sama bagaimana banyak sekali adam yang berselingkuh ataupun pada akhirnya harus menikah poligami. Tetapi jika diperhatikan, kaum adam lebih setia dibandingkan kaum hawa. Dalam banyak hal termasuk wanita. Kaum adam akan benar-benar setia terhadap wanita yang dicintainya, bahkan kadang rela melakukan hal-hal bodoh. Adam yang berpoligami pun pasti akan meminta ijin terlebih dahulu dengan istri pertamanya. Jika ada yang selingkuh pun, biasanya adam akan menyesalinya dan kembali pada wanita pertamanya. Biasanya adam selingkuh hanya untuk bersenang-senang, bukan untuk serius. Begitu juga dengan peralatan, adam begitu setia dengan sepatu bututnya, atau mungkin bisa memakai celana jinsnya hingga benar-benar tak bisa dipakai lagi.

Jelas sekali bedanya dengan hawa. Biasanya peselingkuhan hawa lebih serius dan berbahaya, karena jarang mereka menyesalinya apalagi kembali kepada pasangan sebelumnya. Hawa biasanya lebih cepat bosan dengan adamnya, dan tidak berpikir panjang. Begitu juga dalam hal benda-benda. Hawa bisa membeli celana dengan model sama dalam waktu dekat, atau kaus atau juga sepatu. Hawa juga sering mengganti-ganti perlengkapannya seperti parfum, sabun, handbody, dan lain lain.

Lalu sekarang pertanyaannya ada dua :
1. Apakah semua adam seperti itu, bagaimana jika ada yang tidak, apakah dia bukan adam?
2. Apakah berarti hawa itu tidak dapat dipercaya, tidak setia kawan, terlalu sensitif, tidak setia, dan merepotkan?

Kedua pertanyaan tersebut memiliki jawaban tidak. Karena untuk ukuran karakter atau kepribadian, tidak pernah ada ukuran yang pasti. Apalagi untuk membuktikan seseorang benar-benar adam atau benar-benar hawa. Semuanya yang tertulis di atas adalah hasil pengalaman pribadi. Pengalaman yang pada akhirnya membuat aku, lebih senang bergaul atau dekat dengan adam, dibandingkan dengan kaum hawa sendiri. Tak salah beberapa orang pada akhirnya menuduhku sebagai si pemain adam, akibat intensitas kedekatan ku dengan banyak adam.

Sekarang, bagaimana pengalamanmu?


Sabtu, 17 Maret 2012

Dari Rakyat Oleh Rakyat Untuk Pemerintah

Kebijakan yang baik adalah memberikan solusi. Peraturan yang baik adalah berlaku untuk semua golongan dan profesi. Benar, bukan? Apa gunanya kebijakan-kebijakan luar biasa tapi tanpa memberikan solusi yang berguna dan bisa direalisasikan? Apa gunanya peraturan pada buku-buku tebal, tapi tidak berlaku untuk semua jenis masyarakat?

Seharusnya siapa saja bisa memahami hal sederhana itu. Sehingga tidak akan ada lagi namanya kebijakan-kebijakan bodoh yang pada akhirnya hanya menciptakan pro dan kontra. Pro dan kontra memang wajar, tapi sampai kapan rakyat dan pemerintah kita terus begini? Kapan kita sebagai rakyat Indonesia menjadi sebuah kesatuan yang utuh dan hidup harmonis? Katanya negara kita negara demokrasi, dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Tapi pada kenyataannya yang terjadi hanya sekedar dari rakyat dan oleh rakyat, tapi “untuk” nya sudah bukan untuk rakyat.

Hari Sabtu, 10 Maret 2012, PMKRI Cabang Padang Sanctus Anselmus bersama GMNI, HMI, PMII, dan GMKI atas nama aliansi Cipayung Kota Padang berhasil merealisasikan sebuah aksi. Aksi yang menyatakan ketidaksetujuan akan kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Aksi ini aksi mengumpulkan seribu tanda tangan yang rencananya akan dibawa ke kantor DPRD (Selasa, 11 Maret 1012). Seribu tanda tangan yang dikumpulkan di atas spanduk yang telah disediakan.

Aksi dimulai pukul 11.00 WIB, dari wisma HMI di sekitar tepi laut Padang. Kemudian berjalan bersama dan berhenti di Plaza Andalas (PA). Rute selanjutnya adalah berjalan menyusuri pasar dan berhenti di depan kantor Balai Kota Padang. Setelah itupun berhenti di Kawasan Taman Hijau Imam Bonjol untuk konfrensi pers. Kemudian melalui jalur yang sama untuk kembali pulang sekitar pukul 14.00 WIB.

Baik saat berjalan maupun saat berhenti di tempat tertentu, masing-masing utusan orator dari setiap OKP saling bergantian berorasi untuk memberi semangat kepada semua kader yang sudah tidak lagi peduli sengatan matahari. Berbagai lagu rakyat dilantunkan, berbagai yel-yel penyemangat digelorakan, dan berbagai kata-kata disorakkan. Walaupun jumlah massa hanya sekitar 60 orang dengan 5 kader wanita diantaranya, tapi aksi tetap berjalan lancar dan penuh semangat. Begitu juga dengan pihak kepolisian yang ikut bekerjasama dengan baik dalam menertibkan setiap tempat yang kami lalui.

Sesuatu yang unik beberapa kali terjadi. Dimulai dari awal tempat pemberhentian, di depan PA. Seorang ibu yang berusia sekitar 60 tahun – Emi – ikut bergabung di tengah kami dan memegang salah satu spanduk. Bahkan beliaupun mengikuti pergerakan kami hingga ke Taman Imam Bonjol. Beliau kelihatan begitu antusias mendukung aksi ini. Begitu juga dengan siswa SMP dan SMA yang ikut berpartisipasi meramaikan aksi secara positif di daerah Balai Kota Padang.

Di Taman Imam Bonjolpun, Maria Nanik Rahayu, sebagai juru bicara atas nama Cipayung, membackan pernyataan sikap yang berisi :
1.  Menolak dengan tegas kenaikan BBM.
2. Tegakkan konstitusi UUD 1945 pasal 33.
3. Pangkas biaya-biaya anggaran yang tidak menyentuh kesejahteraan rakyat.

Menurut Daryatmo – Ketua Kelompok Fraksi PDI-P di Komisi VII – saat jumpa pers di ruang Fraksi PDI-P di Komplek DPR, Jakarta, Rabu (29/2/2012), dokumen Bank Dunia tentang skenario pengurangan subsidi BBM menunjukkan bahwa dari total premium yang dikonsumsi rumah tangga, 64 persennya untuk bahan bakar sepeda motor. Hanya 36 persen dipakai untuk mobil. Sekretaris Fraksi PDI-P – Bambang Wuryanto – menambahkan, sebesar 41,8 persen premium digunakan oleh masyarakat berpenghasilan dibawah Rp 2 juta perbulan; 33,2 persen digunakan masyarakat berpenghasilan antara Rp 2 juta-Rp 3,6 juta ; 23,6 persen antara Rp 3,6 juta - Rp 5,5 juta.

Masyarakat berpengasilan diatas Rp 5,5 juta yang menggunakan premium hanya 1,4 persen. Jadi statemen subsidi salah sasaran itu salah. Subsidi sudah benar. Jadi jangan dipakai alasan subsidi salah sasaran.

Kebijakan untuk menaikkan harga BBM, bisa mempengaruhi banyak hal. Dalam hal ini yang dimaksud yaitu sektor kehidupan, yang berdampak sistemik, yang saling berkaitan satu sistem dengan sistem lainnya. Sektor yang paling terkena imbas paling besar adalah sektor ekonomi, terutama ekonomi mikro. Isu ini sudah pasti mengakibatkan keresahan yang teramat menyesakan hati bagi rakyat Indonesia. Karena pemerintah tidak memperhatikan aspek sosial atau reaksi masyarakat tersebut, tidak salah pada akhirnya muncul reaksi keras dari masyarakat terhadap rencana pemerintah untuk menyelamatkan APBN. Tidak hanya itu, tapi juga akibat lambatnya pemerintah mengambil keputusan sehingga lebih parahnya lagi menyebabkan maraknya penimbunan BBM. Seharusnya pemerintah berhati-hati dalam memperhitungkan rencana waktu atau  membuat waktu.

Semoga apa yang menjadi harapan masyarakat, melalui aliansi Cipayung, bukan hanya sekedar menjadi bahan pertimbangan, tapi untuk segera direalisasikan. Hidup Cipayung! Hidup rakyat!

Jumat, 16 Maret 2012

M E N Y E R A H


Aku begitu ingin menyerah dengan perasaanku. Benar-benar ingin menyerah.

Aku memang tipe perempuan yang payah dengan perasaanku. Sekali saja perasaanku mendapat hak menguasai hidupku, maka logika perlu bekerja keras untuk menyeimbanginya. Selalu begitu. Itu mengapa dalam setiap kondisi aku selalu berusaha berpikir positif agar aku lebih memaksimalkan kerja logikaku. Sehingga perasaanpun tidak mendapat tempat yang banyak lagi untuk mempengaruhi. Inilah kondisiku sekarang.

Aku masih terbuai-buai dengan perasaanku. Bukan sekali ini aku merasa begini. Sebelum-sebelumnya aku juga pernah dekat dan jatuh cinta dengan kaum adam. Dan selalu saja hal yang sama terjadi aku tidak pernah bisa menang atas perasaanku. Satu-satunya obat untuk perasaan ini adalah mencari Adam yang baru. Itulah yang kulakukan selama ini, sehingga beberapa orang berpendapat bahwa aku adalah si pemain.

Sejak kelas 6 SD aku telah mengenal perasaan, perasaan mengingini untuk bersama kaum lawan jenisku. Saat-saat di mana, hal yang paling kusenangi adalah saat bersamanya, saat melihat senyumnya, dan saat dia menyentuhku tulus, yang bahkan kadang hanya dengan tatapan saja.

Aku sudah menyukai banyak Adam sejak itu. Coba kuhitung, ada P, J, R, A, R, B, E, S, C, C, M, R, S, S, P, P, J, F, Y, C, R, K. Hmm, ya hitunglah ada berapa inisial nama yang berhasil kuingat, beberapa di antaranya memang hanya berlangsung sebentar. Ada yang lama, ada yang berkelanjutan, dan ada juga yang sudah mati rasa. Semua inisial itupun hanya yang masih bisa kuingat. Beberapa ada yang hanya sekedar suka, ada yang kusayang, ada yang ku spesialkan, ada yang kuingin untuk dimiliki, dan ada yang ingin kujadikan selalu pemujaku. Gila memang, tapi ntahlah aku sendiri belum banyak mengerti.

Kadang aku lucu sekali membayangkannya. Contohnya saja begini, hari ini aku begitu menginginkan si P dan begitu merasa bahwa aku yakin dengan perasaanku. Semua kata-kata kuucap, semua puisi kurangkai, dan semua syair kulagukan. Tiba-tiba aku teringat dulu, aku juga begitu menginginkan si M dan hal yang sama juga sudah pernah lakukan. Kata-kata, puisi, lagu, dan jutaan cara kulakukan karna aku merasa begitu yakin dengan perasaanku. Tapi setelah aku bertemu dan dipuja si R, semua hilang dan berubah, ditambah lagi karena kedatangan si S dan si P. Ya dan semua terlupakan satu persatu.

Intinya, aku sudah sering menyukai Adam, sebelum si P. Aku sudah sering menginginkan Adam, sebelum si P. Nah, kalau sebelum-sebelumnya aku bisa, kenapa kali ini tidak? Mudah saja kan logikanya? Semua hanya butuh waktu dan keikhlasan untuk membuka hati kembali. Membersihkan hati dan mempersiapkannya untuk si Adam baru. Ya, walaupun aku sering jatuh hati, tapi ntah mengapa aku bisa saja merasakan cinta baru kepada setiap Adam baru.

Aku tidak tahu apa memang aku pemain Adam atau tidak. Tapi satu yang kutahu, aku bisa setia. Semua inti dari hubungan macam apapun hanyalah komunikasi dan keterbukaan. Semua hubunganku gagal sering kali karna kesalahpahaman dan ketidakinginan salah satu pihak untuk membuka diri. Sehingga tidak ada hubungan timbal balik yang menggairahkan.

Singkat cerita. Malam ini aku ingin bangkit dari semua keterpurukan perasaan aku. Aku sudah lelah dengan semua perasaan ini. Semuanya menyiksaku. Menyiksa bukan saja jiwaku tapi perlahan juga ragaku. Aku merasa hari-hariku belakangan ini sangat menyedihkan dan tidak bersemangat. Seperti zombie saja begitu. Semuanya dingin dan hancur, sepi dan bimbang, aku tak punya arah. Aku bahkan sempat melarikan diri dari pergaulanku dengan teman-temanku (baik kampus maupun PMKRI) hanya untuk menghabiskan waktu di kamar, memikirkan semuanya.

Malam ini tekadku sudah bulat. Selamat tinggal semuanya. Masa lalu hanya akan menjadi kenangan. Hari ini aku harus tetap semangat, supaya hari esok aku bisa membuat kenangan yang luar biasa. Sedih itu wajar, tapi aku tidak boleh terlalu lama menjadi orang bodoh.

Untukmu, semoga kau bahagia selamanya, Bang. Kapanpun dan di manapun kau berada, semoga kau tetap dalam lindunganNya. Terimakasih untuk waktu dan gairah yang pernah kau beri untuk hidupku. Aku benar-benar mendapatkan banyak pelajaran. Terimakasih sudah mendewasakanku. Kini sudah tiba pada lembaran terakhir , buku ini sudah usang dan harus dikarduskan.

Selamat datang buku baru.

Selasa, 13 Maret 2012

Tuhaan, desahku.


Tuhan…
Sepi sekali rasanya
Haus perhatian
Lapar manjaan
Rasanya sudah berapa lama aku berpuasa untuk rasa sayang?
Begitu hinakah diriku untuk mendapatkan ketulusan?
Apa terlalu besar keinginanku untuk dimiliki?
Salahkah aku mengharapkan tempat mengadu?
Apa berlebihan kalau aku membutuhkannya?
Tuhan…
Maafkan aku, bukannya aku tak mau mengadu padaMu..
Bukannya tidak berniat bercerita dan mengandalkanMu..
Tapi begitu tidak mungkinkah aku diberi peluang untuk itu?
Untuk bisa saling mencintai dan dicintai dengan sesama makhlukMu?
Aku begitu rindu Tuhan..
Tidak adakah manusia yang Kau ciptakan untukku?
Untuk melepas semua rasa ini?
Bimbang tangis kesepian, haruskah aku sendiri?
Tuhan…
Terlalu kanak-kanak kah aku atas keinginanku?
Terlalu beresikokah jika mengabulkan keinginanku?
Jika memang Engkau hanya memberikan apa yang aku butuhkan, sebenarnya apa yang aku butuhkan?
Apa memang aku sedang butuh kesepian ini Tuhan?
Tuhan…
Dimana semua orang saat aku menulis ini?
Apa yang sedang mereka lakukan?
Adakah seorang yang memikirkanku sekarang?
Adakah kerinduan yang teralamatkan untukku?
Adakah yang mengartikan keberadaanku?
Atau aku hanya sekedar hidup karna sudah terlanjur tercipta?
Tuhan…
Sudah berapa banyak dosaku?
Aku sudah lelah bicara sendiri Tuhan…
Bisakah kita berjumpa?
Aku rasa jika memang tidak ada makhluk yang tercipta untukku, maka yang kubutuhkan hanyalah Kau Tuhan..
Berilah aku kebutuhanku Tuhan
Amin.

Senin, 12 Maret 2012

Sudah Berapa Lama Ini?


Aku melarikan diri dari kenyataan dan bersembunyi di kesepian. Sekitarpun mulai mencari-cari dan menebak-nebak. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan keseharian ini, walaupun aku cukup kelelahan. Aku hanya sedang sibuk berpikir, tidak usah kalian khawatir, aku baik-baik saja.

Bukannya aku tidak lagi mau bergabung, bermain, dan bercerita dengan kalian, aku hanya ingin segera pergi dari kampus ini karena terlalu banyak harapan di sini yang menjadi bebanku dan membuatku takut mengecewakan semuanya.

Bukannya aku tidak berkomitmen untuk organisasi ini, teman, aku hanya sedang tidak ingin bergaul dengan banyak orang seperti biasanya. Bergaul dengan banyak orang hanya membuat aku mendapat tambahan teman-teman baru lagi. Teman baru sama dengan harapan baru dan lagi-lagi aku belum siap, aku tidak ingin mengecewakan siapapun.

Bukannya aku tidak peduli dengan rumah ini, Pa. Atau bukannya aku tidak sayang dengan kalian, Adik-adikku. Kakak mu ini hanya sedang ingin sendiri, aku harap kalian bisa mengerti makna mandiri dari semua ini. Kakak pun tak ingin kalian menjadi jagoan-jagoan manja, mulailah dengan mencuci piringmu sendiri. Kakak tidak mau kalian berharap terlalu banyak padaku. Begitu juga Papa, janganlah berharap banyak padaku, aku tidak berani mengecewakanmu terlalu sering.

Biarlah untuk sementara ini aku bersenggama di kamarku ini. Dengan dinding teman bicaraku. Dengan selimut dan bantal, teman ku melepas dinginnya hari-hariku. Biarlah untuk sementara ini, duniaku hanyalah sebatas kamar ini. Bahkan dunia maya pun sudah enggan kusentuh lagi.

Aku bahkan bisa bergelut seharian dengan semua ini. Tidak peduli bagaimana seprai kasurku sudah tidak terpasang dengan benar. Atau gulingku yang sarungnya ntah sudah ke mana. Atau dengan lantai yang berserakan dengan baju kotor, baju bersih, termasuk buku-buku kuliahku. Kamarku berantakan? Iya memang, tapi aku merasa sangat nyaman di sini daripada harus di luar. Karna hanya di kamar ini aku bisa berteman baik dengan kesedihan dan menikmati kesepian.

Ntah harus sampai kapan aku begini, aku juga belum tahu pasti. Aku hanya masih ingin berpikir dan berpikir. Aku ingin mengambil keputusan yang benar-benar mantap . Aku akan biarkan pikiran dan perasaanku bergulat sepuas hati mereka. Biar saja. Biar kulatih mereka untuk mengerti bahwa sudah saatnya mereka berteman.

Dan sekarang aku tiba-tiba lelah.

Sabtu, 10 Maret 2012

Engganku Sepiku


Pernahkah kau bertanya mengapa ku enggan mengejamu kata perkata?
Itu bukan karenaku tak bisa mengenal hurufnya.
Aku hanya menjauh dari gejolak khayal semunya rasa, juga takut kan luka


Tak inginku mengusik bisu kelabu lalu membiru
Agar tak terulang rindu pilu meragu
Dalam rupa wajah sayu nan sendu tergugu
Karena hatiku terjerat bayang-bayang semu


Bukan ku tak lagi peduli apalagi benci
Bukan ku tak ingin berdiri tegak menemani asa
Ragu hati ini masih berkemul maya tanpa sinarmu nyata bercahaya


Berlalunya sang waktu ingatkan dan yakinkanku
Sekeras apapun kau jatuh, yang sejati tetap saja memperjuangkanku
Sebab denting dekatnya hati selalu saja menyeru dengan seru
Berharap kelak tiba indah izinNya untuk menyatu


WaktuNya tak akan salah dan selalu saja tepat
Tak pernah lambat atau terlalu cepat
Titipkan saja semua padaNya yang tak pernah salah atau tergugat
Tugas kita menyukurinya dalam taat


Aku tetap bersabar untuk bernaung dalam indahNya
Hanya kepada Dia sang MahadayaNya cinta
Berharaplah kita bersatu di dunia dan abadi dalam surga

Ku harap kini jangan pernah ada tanya lagi
Mengapa enggan itu menampakkan sepi
Jika memang ini pasti
RencanaNya akan terealisasi indah suatu masa nanti


Itulah pesan diam yang terpatri
Semoga dapat kau mengerti dan pahami arti berteman kini
Akankah takdir menempatkanmu di sisi, sungguh itu rahasia Illahi?


Sekali lagi tak inginku menerka pesan tersiratmu
Pada ukiran makna kata  juga perilakumu


Kupasrahkan semua itu pada kuasa Tuhanku
Tentangmu dalam hidupku
Biarlah waktu yang menjadi saksi kesungguhanmu
Bila aku memang penenang gundahnya jiwamu kan ku sambut ikrar itu


Jumat, 09 Maret 2012

Ingin Teriakku


Bang, abang tahu gak sih perasaan aku sekarang?
Bang, abang tahu gak sih bagaimana aku memikirkanmu?
 Bang, abang tahu gak sih sejauh apa impianku bersamamu?

Aku tahu abang gak tahu, karna abang emank gak pernah mau tahu dan peduli sama aku.
Sekarang disini aku bakal teriakin, semua yang ingin aku teriakkan.

Abang tahu gak aku itu gak mudah buat bisa menyayangi, ha? Abang tahu gak, gak mudah buat aku melupakan?

Coba ingat bagaimana dulu kau menginginkanku dan aku berkata aku tidak bisa menyayangimu?

Setelah mengatakan itu, hari-hariku adalah hari-hari penuh dosa dan perasaan bersalah. Aku merasa begitu bersalah tidak bisa membalas rasamu. Aku merasa begitu bersalah tidak bisa menjadi seperti yang kau harapkan. Aku merasa begitu bersalah menjadi penghancur hatimu.
Kau tahu bagaimana rasanya menyimpan rasa bersalah? Belum lagi lingkungan yang menyalahkanmu?

“ Apa sih Cornel salahnya Pahala? Padahal kayaknya dia udah sayang banget lah sama mu?”
“ Jahat kali lah mu Cornel, cuma main-mainin dia aja.”
“ Berubah lah mu Cornel, mu pikirnya si Pahala main-main sama mu.”
“ Issh, kalau aku jadimu gak akan kusia-siakan si Pahala lah.”
“ Kurang apa sih Pahala, Nel? Udah baik, cakep, pinter, sayangpun dia samamu.”
“ Apanya maumu Cornel? Kukira udah si Pahala yang terakhir untukmu.”
“ Kusarankan ya nel, gak usahlah mu pacarin anak orang kalau belum yakin sama perasaan sendiri.”
“ Jangan sampai kejadian sama Pahala, terjadi lagi Nel.”
“ Mau PDKT sama berapa cowok, Nel? Masih kurangnya kau coba semua cowok?”

TAHU GAK APA PERASAAN KU??

Mungkin beberapa dari mereka terkesan bercanda tapi ntah mengapa begitu menusuk ke hatiku. Dan membuatku merasa bersalah dari hari ke hari. Merasa jadi gadis paling bodoh sedunia.

Tahu abang apa rasanya saat dunia menyalahkanku karna tidak bisa mencintaimu? Tahu abang bagaimana rasanya ketika tak ada satupun dari dunia ini yang membenarkan pilihanmu? Tahu abang gimana rasanya ketika abang jatuh dan tak ada satupun yang mau mengajakmu berdiri?

Akupun semakin hari semakin tak berdaya. Semuanya kupasrahkan kepada Tuhan. Aku berdoa agar yang terbaiklah yang terjadi di antara kita. Semakin hari aku semakin memikirkanmu. Tapi aku belum juga bisa cepat meyakini perasaanku. Yang bisa kulakukan hanya berdoa dan berdoa.

“ Tuhan, kalau memang Pahala untukku, bukalah hatiku untuk mencintainya. Akupun ingin membahagiakannya, seperti inginnya dia.”

Orang yang bahkan tidak mengenal mu, bisa saja menyalahkanku dan membenarkanmu di hadapanku. Abang tahu perasaan aku?

Aku ingat itu juni dan berakhir juli. Agustus, September, Oktober tiga bulan penuh rasa bersalah. Tiga bulan penuh aku memikirkanmu. Tiga bulan penuh aku mendoakanmu. Tiga bulan penuh aku meyakinkan hatiku.
Hingga malam itu, akhir Oktober tiba-tiba aku merasa begitu ingin memelukmu. Aku merindukanmu. Ntah darimana asalnya. Tiba-tiba aku ingin membelai wajahmu dan berkata, “Bang, maafin aku.” Tiba-tiba aku ingin menemuimu dalam setiap waktu senggangku.

Aku masih ingat bagaimana malam itu aku dan abang sempat bercanda ringan berkomen ria di facebook. Abang menjawab setiap komentarku dengan ramah seperti siap merangkulku kembali. Memantapkan tidurku malam itu.

Hingga besoknya 1November 2011, aku terbangun dan dengan mudah menghilangkan semua rasa gengsi ku untuk mengatakan cintaku padamu terlebih dahulu. Aku masih ingat itu sekitar pukul  9 pagi sebelum aku memulai aktivitas kuliahku. Aku masih ingat bagaimana perasaanku menggelora pagi itu menunggu balasan pesanmu. Aku masih ingat bagaimana hatiku merasa berbunga-bunga saat abang bilang abang mau menerima ku kembali.

Aku serasa hidup kembali. Hatiku berbunga-bunga dan segar. Aku beri pantun dan puisi indah untukmu. Aku memujamu dan aku memimpikanmu. Akupun tersenyum karenamu. Aku bahagia. Aku ingat itu. Setiap pesanmu bisa membuatku selalu tersenyum, Bahkan walau hanya berisi “Hho” “:)” atau “Hmm.”.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, kenapa aku merasa berbeda? Seminggu sebelum bulan keempat, aku kembali mengakhiri semua ini. Kecuekanmu, ketidakpekaanmu membuatku membeku. Dan yang paling sakit adalah abang mengikhlaskanku pergi. Hari itu, kamis 23 februari, aku jatuh kedalam lubang sakit terdalam yang pernah aku rasa. Aku merasa sangat sia-sia. Aku merasa sangat bodoh. Dan abangpun tetap diam.

Hingga kini, abangpun tetap diam. Apa yang harus kulakukan? Aku begitu trauma untuk mulai menyayangi. Sedikit terbersit rasa sesalku yang mendoakan rasa ini untukmu. Aku begitu bodoh mengapa aku mau serius dengan mu. Aku begitu muak mengapa aku begini. Aku pun benci terhadap diriku sendiri. Tidak ada lagi, aku sangat terjatuh. Aku teriak berulang kali, tapi abang tetap diam, abang tetap tidak peduli, abang tetap tak memikirkan perasaanku.

Aku kehilangan semangatku. Apa kah abang lupa? Bahwa aku pernah bilang bahwa tinggal abang lah semangatku satu-satunya?! Tanpamu, aku tu nggak tahu mesti hidup untuk siapa?! Aku tuh gak tahu mesti belajar buat siapa? Aku tuh gak tahu mesti semangat untuk apa?! Dengan abang aku tahu bahwa aku punya masa depan. Dengan abang aku merasa percaya diri! Bukankah aku pernah bilang?! Tapi apa? Abang tidak pernah peduli kan??

Aku merasa sangat kesepian. Aku merasa tidak ada seorangpun di luar sana tercipta untukku. Aku hanya ingin abang. Aku sangat gila menginginkanmu. Aku ingin abang di sini, tidak peduli apapun yang terjadi. Aku ingin mencintaimu. Aku benci abang tidak peduli dengan ku seperti aku peduli sama abang.

Trauma aku membuka hati ini lagi. Trauma aku menerima laki-laki lagi. Sudah tidak kuat lagi aku untuk menyelami jiwa lain. Sudah cukup bagiku abang yang terakhir. Sudahlah aku tidak akan menyeriusi apa-apa lagi. Lebih baik memang aku bermain-main saja, saat aku ditinggalkan, semua terasa santai dan bukan hal sulit untuk membuka lembaran baru. Daripada aku harus serius dan semua harus begini menyakitkannya, begitu sulit dilupakan.

Aku ingin sekali membencimu. Aku ingin sekali menghancurkan cinta ini.

Bang, untuk misi terakhir ini aku mohon bertemanlah denganku. Bantu aku membencimu. Aku benar-benar sudah tersiksa dengan semua ketidakpeduliaanmu. Aku benar-benar lelah, lemas, dan kehabisan tenaga untuk meneriakkan perasaanku. Abang yang tidak pernah peduli.

Aku merasa sangat bodoh. Aku sangat bodoh. Aku sangat bodoh. Aku luar biasa bodoh.

Ingin aku mencari penyemangat lagi, tapi siapa? Untuk siapa lagi aku hidup? Untuk siapa lagi aku semangat? Untuk siapa lagi aku tersenyum? Tak ada lagi alasanku. Aku tidak punya masa depan. Tidak ada yang ingin bersamaku. Aku merasa hancur. Untuk yang kesekian kalinya. Aku harus tahu diri memang bahagiamu itu tanpaku.

Apapun yang akan terjadi. Aku pasrah. Selamat tidur.