Kamis, 29 Maret 2012

Kemping Ketigaku


KEMPING KE BARET V PMKRI Cabang Padang Sanctus Anselmus 2012

Kemping kebaret merupakan salah satu follow up atau tindak lanjut dari kegiatan Masa Bimbingan (MABIM) di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Padang Sanctus Anselmus. Dan untuk tahun ini merupakan kemping kebaret yang kelima. Proses terakhir dalam kegiatan mabim, sebelum akhirnya seorang peserta diputuskan layak atau tidak layak menjadi seorang anggota biasa di PMKRI.

Kemping ini dilaksanakn dari hari Jumat (23/3) sampai Minggu (25/3) 2012, di daerah Sungai Pisang. Peserta mabim yang mengikuti kemping tahun ini berjumlah 17 orang (tidak keseluruhan peserta mabim).
Kegiatan ini terbilang sukses, karena lingkungan dan cuaca yang sangat mendukung, ditambah lagi dengan sarana dan prasarana yang sangat memadai (genset dan mobil panter yang ditahun ku tidak ada, ckck). Begitu juga dengan semua jadwal yang direncanakan tim pun terlaksana dengan baik. Kemping Kebaret V ini diisi oleh acara – acara yang menarik oleh Tim Mabim, yang diikuti secara aktif oleh setiap peserta mabim.

Tidak lupa bahwa keberhasilan kegiatan kemping ini berkat kerjasama semua pihak, baik AM, AB, AP, serta Romo Alex sebagai romo moderator. Maka dari itu selayaknya lah, dalam cerita ini mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya atas setiap kerja sama dan bantuan serta dukungan segala pihak, baik secara moral, waktu, serta tenaga, dan mohon maaf atas semua kesalahan agar tidak ada yang dimasukkan ke hati. Kesempurnaan hanya milik Allah. Hehehe ^^

Begitulah sedikit cerita kilas balik kegiatan kemping ke baret V 2012.  Ingin tahu lebih banyak ? Ada materi apa saja ? Atau permainan macam apa ? Atau bagaimana serunya kegiatan puncak saat api unggun? Ikuti saja kemping ke baret VI tahun depan ! Salam sukses dan semangaaat ! ^^

Nah lho?! Segitu doank ceritanya?! -,-“

Sebenarnya tak ada sedikitpun inginku untuk menulis tentang kemping kebaret kali ini. Tapi atas paksaan yang membosankan dari seseorang, ya jadilah tulisan ini. Aku menghadiri kemping di Sabtu malam (baca: malam minggu), maka aku tidak mengikuti kegiatan kemping secara penuh. Itu alasan pertama mengapa aku tidak ingin menulis tentang kemping kali ini.

Akupun berpikir keras untuk bisa menulis sesuatu tentang kemping kali ini. Berusaha mengingat-ingat detail yang mungkin bisa kubagikan. Tapi, bagaimana bisa aku bercerita tentang kemping kali ini, saat yang ada di ingatanku hanya dia. Kau tahu siapa dia? Oknum yang membuatku merasa lemas setelah aku merasa begitu bahagia bisa bernyanyi bersama bintang? BUKAAAAAN!! Dia bukan mantan kekasihku seperti yang kau tebak. Oke, bukan berarti juga mantan yang kau tebak itu tidak berada di ingatanku. Hanya saja, ini tentang dia, yang selalu saja bisa membuatku hampir melupakan mantan ku itu. Rumit kan?!

Yang pertama, dia mengatakan di depan ku dan dua orang lainnya bahwa menyukaiku (dulu) kenyataannya hanyalah kesalahannya di masa lalu. Oke, mengesalkan memang, tapi itu masih bisa kuterima, toh siapa saja berhak mengatakan apa yang dia mau kan? Lagian kalau memang begitu kenyataannya, akupun merasa sedikit lega telah menolaknya, hingga tidak ada (lagi) yang perlu disesalkan.

Tapi tanpa merasa cukup, si oknum pun kembali membuat langit gelap dan dinginnya angin subuh itu kembali bermakna sepi. Aku tidak tahu aku salah apa, aku tidak tahu maksudnya apa, dan aku tidak tahu tujuannya apa. Satu yang perlu diketahui, menurutku, tidak pernah ada alasan yang bisa diterima untuk memaafkan seseorang berkata kotor (bercarut).

Berbicara kotor hanyalah pekerjaan orang tidak dewasa, yang tidak pernah bisa bertanggungjawab untuk emosi dirinya sendiri. Berbicara kotor hanyalah cara terakhir saat logika sudah tidak bisa lagi dipakai. Berbicara kotor termasuk tindak kekerasaan, apalagi kalau sudah menyebutkan alat kelamin, yang artinya melecehkan! Dan berbicara kotor adalah hal terpantang untuk dilakukan saat kita tengah berada dalam situasi kemping! Aku benci aku kesal aku muak!

Aku tidak pernah mengerti bagaimana dia sebenarnya. Oknum yang sungguh membingungkan sejak dari awal sekali aku mengenalnya. Bagaimana tidak, dia baru saja membuatku senang karena sudah berusaha untuk membantuku memperbaiki sandalku yang putus. Tapi setelahnya bisa saja dia membuat emosiku berkeinginan menarik semua pohon bambu yang ada di sekitar kami. Heu T.T

Semua kenanganpun kembali terkuak dan seketika aku menjadi mual. Sejak subuh itu, aku merasa tidak mood untuk melakukaan apa-apa. Memaafkannya tentu saja bisa, tapi bagaimana aku bisa melewati keterbatasanku sebagai manusia biasa?

Beginilah sekilas ingatan yang bisa kuceritakan jika mengingat kemping kebaret kelima tahun ini. Aku berdoa semoga saja, tidak ada lagi cerita yang mengharuskan si oknum harus menjadi pemerannya. Cukup malam itu yang terakhir aku harus menatap matanya. Cukup.

Semoga saja semuanya ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Untuk bisa belajar lebih dewasa dalam mengendalikan emosi diri. Memang umur bukan hal yang menjadi patokan untuk seseorang menjadi dewasa, tapi bukankah baik jika kita bisa dewasa sesuai umur kita? 

2 komentar:

  1. aku pikir rangkaian kegiatan, ehhh ternyata kebutuhan penulis yang ada

    BalasHapus
  2. kebutuhan penulis maksudnya? hahaha xD

    BalasHapus

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro