Jumat, 16 Maret 2012

M E N Y E R A H


Aku begitu ingin menyerah dengan perasaanku. Benar-benar ingin menyerah.

Aku memang tipe perempuan yang payah dengan perasaanku. Sekali saja perasaanku mendapat hak menguasai hidupku, maka logika perlu bekerja keras untuk menyeimbanginya. Selalu begitu. Itu mengapa dalam setiap kondisi aku selalu berusaha berpikir positif agar aku lebih memaksimalkan kerja logikaku. Sehingga perasaanpun tidak mendapat tempat yang banyak lagi untuk mempengaruhi. Inilah kondisiku sekarang.

Aku masih terbuai-buai dengan perasaanku. Bukan sekali ini aku merasa begini. Sebelum-sebelumnya aku juga pernah dekat dan jatuh cinta dengan kaum adam. Dan selalu saja hal yang sama terjadi aku tidak pernah bisa menang atas perasaanku. Satu-satunya obat untuk perasaan ini adalah mencari Adam yang baru. Itulah yang kulakukan selama ini, sehingga beberapa orang berpendapat bahwa aku adalah si pemain.

Sejak kelas 6 SD aku telah mengenal perasaan, perasaan mengingini untuk bersama kaum lawan jenisku. Saat-saat di mana, hal yang paling kusenangi adalah saat bersamanya, saat melihat senyumnya, dan saat dia menyentuhku tulus, yang bahkan kadang hanya dengan tatapan saja.

Aku sudah menyukai banyak Adam sejak itu. Coba kuhitung, ada P, J, R, A, R, B, E, S, C, C, M, R, S, S, P, P, J, F, Y, C, R, K. Hmm, ya hitunglah ada berapa inisial nama yang berhasil kuingat, beberapa di antaranya memang hanya berlangsung sebentar. Ada yang lama, ada yang berkelanjutan, dan ada juga yang sudah mati rasa. Semua inisial itupun hanya yang masih bisa kuingat. Beberapa ada yang hanya sekedar suka, ada yang kusayang, ada yang ku spesialkan, ada yang kuingin untuk dimiliki, dan ada yang ingin kujadikan selalu pemujaku. Gila memang, tapi ntahlah aku sendiri belum banyak mengerti.

Kadang aku lucu sekali membayangkannya. Contohnya saja begini, hari ini aku begitu menginginkan si P dan begitu merasa bahwa aku yakin dengan perasaanku. Semua kata-kata kuucap, semua puisi kurangkai, dan semua syair kulagukan. Tiba-tiba aku teringat dulu, aku juga begitu menginginkan si M dan hal yang sama juga sudah pernah lakukan. Kata-kata, puisi, lagu, dan jutaan cara kulakukan karna aku merasa begitu yakin dengan perasaanku. Tapi setelah aku bertemu dan dipuja si R, semua hilang dan berubah, ditambah lagi karena kedatangan si S dan si P. Ya dan semua terlupakan satu persatu.

Intinya, aku sudah sering menyukai Adam, sebelum si P. Aku sudah sering menginginkan Adam, sebelum si P. Nah, kalau sebelum-sebelumnya aku bisa, kenapa kali ini tidak? Mudah saja kan logikanya? Semua hanya butuh waktu dan keikhlasan untuk membuka hati kembali. Membersihkan hati dan mempersiapkannya untuk si Adam baru. Ya, walaupun aku sering jatuh hati, tapi ntah mengapa aku bisa saja merasakan cinta baru kepada setiap Adam baru.

Aku tidak tahu apa memang aku pemain Adam atau tidak. Tapi satu yang kutahu, aku bisa setia. Semua inti dari hubungan macam apapun hanyalah komunikasi dan keterbukaan. Semua hubunganku gagal sering kali karna kesalahpahaman dan ketidakinginan salah satu pihak untuk membuka diri. Sehingga tidak ada hubungan timbal balik yang menggairahkan.

Singkat cerita. Malam ini aku ingin bangkit dari semua keterpurukan perasaan aku. Aku sudah lelah dengan semua perasaan ini. Semuanya menyiksaku. Menyiksa bukan saja jiwaku tapi perlahan juga ragaku. Aku merasa hari-hariku belakangan ini sangat menyedihkan dan tidak bersemangat. Seperti zombie saja begitu. Semuanya dingin dan hancur, sepi dan bimbang, aku tak punya arah. Aku bahkan sempat melarikan diri dari pergaulanku dengan teman-temanku (baik kampus maupun PMKRI) hanya untuk menghabiskan waktu di kamar, memikirkan semuanya.

Malam ini tekadku sudah bulat. Selamat tinggal semuanya. Masa lalu hanya akan menjadi kenangan. Hari ini aku harus tetap semangat, supaya hari esok aku bisa membuat kenangan yang luar biasa. Sedih itu wajar, tapi aku tidak boleh terlalu lama menjadi orang bodoh.

Untukmu, semoga kau bahagia selamanya, Bang. Kapanpun dan di manapun kau berada, semoga kau tetap dalam lindunganNya. Terimakasih untuk waktu dan gairah yang pernah kau beri untuk hidupku. Aku benar-benar mendapatkan banyak pelajaran. Terimakasih sudah mendewasakanku. Kini sudah tiba pada lembaran terakhir , buku ini sudah usang dan harus dikarduskan.

Selamat datang buku baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro