Jumat, 30 Maret 2012

Pro dan Kontra Demo


Ntahlah. Kadang aku bingung dengan bagaimana cara berpikir mereka. Memang aku tahu tidak mudah untuk bekerja di pemerintahan. Tapi aku sarankan, kalau memang dari awal kalian tahu menjadi pemerintah itu tidak mudah, janganlah sekali-sekali kau jadikan jabatanmu di pemerintahan sebagai ajang coba-coba. Mana tahu aku bisa, mana tahu, mana tahu, lalalalalalaa~ Jadilah seperti sekarang ini. Biarlah orang yang menjabat di pemerintahan itu sedikit jumlahnya tapi memang orang yang tepat untuk di bidang yang tepat dan di waktu yang tepat.

Sekarang coba pahami sedikit beberapa jawabanku untuk pemikiran-pemikiran kalian yang beberapa hari ini lalu lalang di beranda dan timeline ku.

 "urus kuliahmu saja "
Orang yang hanya pandai urus kuliahnya saja, adalah bibit-bibit pemimpin yang diajarkan untuk tidak memikirkan bagaimana nasib orang lain. Aku rasa begitulah mengapa mayoritas pemimpin kita di negeri ini sekarang berkepribadian yang sangat bobrok. Ya karena sedari dulu, diajarkan untuk hanya memikirkan kuliah saja. Urus dulu kuliahmu, rajin-rajin belajar, nah trus dapat kerja, biayai keluargamu, lalu kaupun berkeluarga, setelah itu bla bla bla. Sehingga sudah menjadi kebiasaanmu untuk lebih individualisme dan tidak memikirkan bagaimana nasib orang lain. Kau enak kuliah, ada kau pikirkan mereka yang tidak bisa kuliah, ha? Atau paling sederhana, mereka yang belum mampu mengecap pendidikan sekolah dasar? Bagaimana?!

“demo anarkis, ngakunya mahasiswa tapi tidak berintelek”
Hellooo!? Coba pikir, anarkis mana, demo kami mahasiswa atau tindakan pemerintah?! Kau pikir tindakan pemerintah sekarang itu belum cukup untuk dikatakan anarkis, ha!? Korupsinya, kesewenang-wenangannya, dan segala kebobrokannya, apa itu tidak cukup anarkis?! Lalu, apa kau pikir mereka yang sudah mewakilkan segala sesuatunya untuk kita itu, adalah tidak berintelek? Mereka (jelas) seharusnya lebih intelek daripada seorang mahasiswa yang baru menempuh strata satu.

Nah, sekarang aku tanya lagi, salah siapa kami bisa jadi anarkis? Kalian tahu kan peribahasa “tidak ada asap kalau tidak api!?” Aku rasa peribahasa itu sudah menjawabnya!

Harusnya kalian berkaca, mengapa seorang mahasiswa intelek bisa berbuat anarkis? Siapa yang salah? Diri kami sendiri kah? Pendidikan yang kurang memadai kah? Atau pemerintah yang tidak pernah memberikan teladan yang baik untuk mahasiswa?

“daripada urusin pemerintah, lebih baik kau perbaiki dulu dirimu sendiri, belajar baik-baik, jadi orang pintar, kan dengan begitu bisa maju juga negara ini nantinya.”
Oke, sekarang pertanyaannya, bagaimana bisa aku menjadi pintar, saat orangtua ku tidak mampu lagi membayar segala sesuatunya untukku? Bagaimana bisa aku belajar dengan tenang saat aku harus melihat orangtuaku bersusah payah mengatur apa yang harus kami makan setiap harinya, agar segala kebutuhan tetap terpenuhi?!

Asyik memang saat menyadari bahwa orangtuamu bahkan masih sanggup membayarkan pajak mobilmu. Atau mengabulkan permintaanmu untuk liburan ke luar negeri. Atau salah satu dari kalian masih merasa sanggup untuk tersenyum, karena kekayaan orangtua kalian masih bisa untuk tujuh turunan?! Kau lihat? Itulah gambaran pemimpin sekarang kan!? Pandainya hanya menikmati segala bentuk kemewahan di atas kesengsaraan rakyatnya. Lihat saja bagaimana keturunan-keturunan Soeharto si kaya raya yang tidak pernah sadar darimana mereka menikmati kekayaan itu, dan dengan santainya tidak memikirkan banyak tentang rakyat yang sudah mereka korbankan! Bullshit!

“gak usah ikut-ikutan, umurmu masih 18 tahun pun, masih bau kencur.”
Benar. Kemampuan berpolitikku. Hafalan-hafalan sejarahku. Atau pengetahuan ekonomiku memang jelas belum cukup mampu untuk bisa membuatku berdiri sejajar untuk ikut bersama-sama mencarutkan setiap tindakan pemerintah. Tapi setidaknya dengan umur begini aku bisa melihat semuanya lebih sederhana. Kalian yang sudah tahu banyak hal akan sering sekali melupakan banyak hal kecil. Saat hal kecil telah mulai menjadi sebuah kewajaran untuk dilupakan, maka saat itulah akan terjadi kebobrokan pada hal yang besar. Harusnya kau masih ingat peribahasa, “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit.”


Nah sekarang teman-teman mahasiswa, negeri kita memang sudah terlanjur bobrok. Tapi bukan tindakan yang intelektual jika kita hanya mampu untuk mencaruti pemerintah. Mari belajar mengendalikan emosi. Kita  pelajari semua kekurangan-kekurangan. Kita jadikan semuanya pelajaran. Hingga nanti bila tiba saatnya kita yang memegang negara ini, kita menjadi jauh lebih mampu. Aku harap teman-teman pemuda semuanya tetap konsisten terhadap semua perkataan teman-teman, sehingga nantinya tidak masuk pula ke dalam lingkaran setan nya pemerintah yang sama juga.
Salam juang,








                                                                                                                                                                      f

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro