Jumat, 09 Maret 2012

Ingin Teriakku


Bang, abang tahu gak sih perasaan aku sekarang?
Bang, abang tahu gak sih bagaimana aku memikirkanmu?
 Bang, abang tahu gak sih sejauh apa impianku bersamamu?

Aku tahu abang gak tahu, karna abang emank gak pernah mau tahu dan peduli sama aku.
Sekarang disini aku bakal teriakin, semua yang ingin aku teriakkan.

Abang tahu gak aku itu gak mudah buat bisa menyayangi, ha? Abang tahu gak, gak mudah buat aku melupakan?

Coba ingat bagaimana dulu kau menginginkanku dan aku berkata aku tidak bisa menyayangimu?

Setelah mengatakan itu, hari-hariku adalah hari-hari penuh dosa dan perasaan bersalah. Aku merasa begitu bersalah tidak bisa membalas rasamu. Aku merasa begitu bersalah tidak bisa menjadi seperti yang kau harapkan. Aku merasa begitu bersalah menjadi penghancur hatimu.
Kau tahu bagaimana rasanya menyimpan rasa bersalah? Belum lagi lingkungan yang menyalahkanmu?

“ Apa sih Cornel salahnya Pahala? Padahal kayaknya dia udah sayang banget lah sama mu?”
“ Jahat kali lah mu Cornel, cuma main-mainin dia aja.”
“ Berubah lah mu Cornel, mu pikirnya si Pahala main-main sama mu.”
“ Issh, kalau aku jadimu gak akan kusia-siakan si Pahala lah.”
“ Kurang apa sih Pahala, Nel? Udah baik, cakep, pinter, sayangpun dia samamu.”
“ Apanya maumu Cornel? Kukira udah si Pahala yang terakhir untukmu.”
“ Kusarankan ya nel, gak usahlah mu pacarin anak orang kalau belum yakin sama perasaan sendiri.”
“ Jangan sampai kejadian sama Pahala, terjadi lagi Nel.”
“ Mau PDKT sama berapa cowok, Nel? Masih kurangnya kau coba semua cowok?”

TAHU GAK APA PERASAAN KU??

Mungkin beberapa dari mereka terkesan bercanda tapi ntah mengapa begitu menusuk ke hatiku. Dan membuatku merasa bersalah dari hari ke hari. Merasa jadi gadis paling bodoh sedunia.

Tahu abang apa rasanya saat dunia menyalahkanku karna tidak bisa mencintaimu? Tahu abang bagaimana rasanya ketika tak ada satupun dari dunia ini yang membenarkan pilihanmu? Tahu abang gimana rasanya ketika abang jatuh dan tak ada satupun yang mau mengajakmu berdiri?

Akupun semakin hari semakin tak berdaya. Semuanya kupasrahkan kepada Tuhan. Aku berdoa agar yang terbaiklah yang terjadi di antara kita. Semakin hari aku semakin memikirkanmu. Tapi aku belum juga bisa cepat meyakini perasaanku. Yang bisa kulakukan hanya berdoa dan berdoa.

“ Tuhan, kalau memang Pahala untukku, bukalah hatiku untuk mencintainya. Akupun ingin membahagiakannya, seperti inginnya dia.”

Orang yang bahkan tidak mengenal mu, bisa saja menyalahkanku dan membenarkanmu di hadapanku. Abang tahu perasaan aku?

Aku ingat itu juni dan berakhir juli. Agustus, September, Oktober tiga bulan penuh rasa bersalah. Tiga bulan penuh aku memikirkanmu. Tiga bulan penuh aku mendoakanmu. Tiga bulan penuh aku meyakinkan hatiku.
Hingga malam itu, akhir Oktober tiba-tiba aku merasa begitu ingin memelukmu. Aku merindukanmu. Ntah darimana asalnya. Tiba-tiba aku ingin membelai wajahmu dan berkata, “Bang, maafin aku.” Tiba-tiba aku ingin menemuimu dalam setiap waktu senggangku.

Aku masih ingat bagaimana malam itu aku dan abang sempat bercanda ringan berkomen ria di facebook. Abang menjawab setiap komentarku dengan ramah seperti siap merangkulku kembali. Memantapkan tidurku malam itu.

Hingga besoknya 1November 2011, aku terbangun dan dengan mudah menghilangkan semua rasa gengsi ku untuk mengatakan cintaku padamu terlebih dahulu. Aku masih ingat itu sekitar pukul  9 pagi sebelum aku memulai aktivitas kuliahku. Aku masih ingat bagaimana perasaanku menggelora pagi itu menunggu balasan pesanmu. Aku masih ingat bagaimana hatiku merasa berbunga-bunga saat abang bilang abang mau menerima ku kembali.

Aku serasa hidup kembali. Hatiku berbunga-bunga dan segar. Aku beri pantun dan puisi indah untukmu. Aku memujamu dan aku memimpikanmu. Akupun tersenyum karenamu. Aku bahagia. Aku ingat itu. Setiap pesanmu bisa membuatku selalu tersenyum, Bahkan walau hanya berisi “Hho” “:)” atau “Hmm.”.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, kenapa aku merasa berbeda? Seminggu sebelum bulan keempat, aku kembali mengakhiri semua ini. Kecuekanmu, ketidakpekaanmu membuatku membeku. Dan yang paling sakit adalah abang mengikhlaskanku pergi. Hari itu, kamis 23 februari, aku jatuh kedalam lubang sakit terdalam yang pernah aku rasa. Aku merasa sangat sia-sia. Aku merasa sangat bodoh. Dan abangpun tetap diam.

Hingga kini, abangpun tetap diam. Apa yang harus kulakukan? Aku begitu trauma untuk mulai menyayangi. Sedikit terbersit rasa sesalku yang mendoakan rasa ini untukmu. Aku begitu bodoh mengapa aku mau serius dengan mu. Aku begitu muak mengapa aku begini. Aku pun benci terhadap diriku sendiri. Tidak ada lagi, aku sangat terjatuh. Aku teriak berulang kali, tapi abang tetap diam, abang tetap tidak peduli, abang tetap tak memikirkan perasaanku.

Aku kehilangan semangatku. Apa kah abang lupa? Bahwa aku pernah bilang bahwa tinggal abang lah semangatku satu-satunya?! Tanpamu, aku tu nggak tahu mesti hidup untuk siapa?! Aku tuh gak tahu mesti belajar buat siapa? Aku tuh gak tahu mesti semangat untuk apa?! Dengan abang aku tahu bahwa aku punya masa depan. Dengan abang aku merasa percaya diri! Bukankah aku pernah bilang?! Tapi apa? Abang tidak pernah peduli kan??

Aku merasa sangat kesepian. Aku merasa tidak ada seorangpun di luar sana tercipta untukku. Aku hanya ingin abang. Aku sangat gila menginginkanmu. Aku ingin abang di sini, tidak peduli apapun yang terjadi. Aku ingin mencintaimu. Aku benci abang tidak peduli dengan ku seperti aku peduli sama abang.

Trauma aku membuka hati ini lagi. Trauma aku menerima laki-laki lagi. Sudah tidak kuat lagi aku untuk menyelami jiwa lain. Sudah cukup bagiku abang yang terakhir. Sudahlah aku tidak akan menyeriusi apa-apa lagi. Lebih baik memang aku bermain-main saja, saat aku ditinggalkan, semua terasa santai dan bukan hal sulit untuk membuka lembaran baru. Daripada aku harus serius dan semua harus begini menyakitkannya, begitu sulit dilupakan.

Aku ingin sekali membencimu. Aku ingin sekali menghancurkan cinta ini.

Bang, untuk misi terakhir ini aku mohon bertemanlah denganku. Bantu aku membencimu. Aku benar-benar sudah tersiksa dengan semua ketidakpeduliaanmu. Aku benar-benar lelah, lemas, dan kehabisan tenaga untuk meneriakkan perasaanku. Abang yang tidak pernah peduli.

Aku merasa sangat bodoh. Aku sangat bodoh. Aku sangat bodoh. Aku luar biasa bodoh.

Ingin aku mencari penyemangat lagi, tapi siapa? Untuk siapa lagi aku hidup? Untuk siapa lagi aku semangat? Untuk siapa lagi aku tersenyum? Tak ada lagi alasanku. Aku tidak punya masa depan. Tidak ada yang ingin bersamaku. Aku merasa hancur. Untuk yang kesekian kalinya. Aku harus tahu diri memang bahagiamu itu tanpaku.

Apapun yang akan terjadi. Aku pasrah. Selamat tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Capcuuus kritik dan saran nya masbro mbabro